".....A----....,ku...hidup...."- terdengar senduhan haru dari hamparan hutan yang luas.
Rani membuka matanya yang sangat mengantuk. Darah merah segar menghiasi sebagian kepalanya.
Krek...,"Aaaakh"
Tangan Rani otomatis memegang kakinya, patah...!!, betul kaki itu benar benar patah.
Tangan Rani beralih ke tanah dan berupaya membangunkan badannya.
"Uuh...uh...."
Rani sangat menderita, ia bisa merasakan seluruh tubuhnya patah dan seakan akan putus saat digerakkan.
Rani terduduk dan perlahan memegang kepalanya. Pusing..."
Perlahan Rani merasa rasa sakit menusuk pada perutnya, Rani merasakan gabungan kedua rasa sakit itu ....sakit...."
Warna hitam memenuhi penglihatannya namun mata Rani tetap berusaha terbuka.
Jika ia pingsan lagi, tidak ada jaminan akan bangun lagi. Rani teringat pesan kak Nika...."Ia harus memberitahu polisi"
Rani memegang kedua pahanya, ternyata ia ditusuk pada salah satu kakinya. Untungnya dia masih hidup.
Walaupun tulang kaki satunya patah , sudah kering tetapi tidak ada jaminan kakinya akan sembuh seperti semula.
"Malam...kah..."
Seru Rani ia menatap suasana sekitar, gelap bahkan tidak terlihat apa apa.
Mata Rani menengadah pada bulan diatas, ...."Senang..kah kau.."
_
_
_
Tes..."hiks..."
Rani merasakan tetesan hangat mengalir tidak diundang pada pipinya.
Segera Rani mengelap itu dan menyadari air itu bercampur pada darahnya sehingga berwarna pink..."
"Aku.....,..hiks..."
- Benar benar kenapa kehidupan sekeji ini padanya.
Rani mengelap air matanya, ini adalah kehidupan nya dan dia juga sudah mendapatkan ingatan nya.
Ini adalah konsekuensi yang dia dapatkan, ia harus menyelesaikan tugas terakhirnya...dan the last...."
"Uuh...hm...."- Rani merasakan sakit luar biasa saat bangun dan berdiri.
Dia merasakan seluruh tubuhnya patah dan tersayat sayat pada bagian dalamnya.
Srek...
Tiba tiba handuk kecil jatuh dari sakunya, Rani menatap lama handuk itu.
Handuk yang dulunya putih kini berwarna merah darah.
Karena handuk ini Rani harus mengalami semua ini, dan karena dirinya dia terlibat kasus pembunuhan.
"Menyebalkan..!!"-
Rani mendecih lalu berlalu meninggalkan handuk itu pada tengah jalanan hutan yang gelap saat itu.
syur~, Darah terus saja mengalir di kepalanya tidak terhitung berapa banyak darah yang mengalir itu.
Tes...."Sa...kit..."
Rasa ngantuk Rani sudah sampai batas, ia merasa tenaganya lenyap dan untuk sekejap ia tidak dapat kendali tubuh nya.
Lalu..., bruk...,pingsan untuk kedua kalinya ..."