Kila terkejut dengan pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang baru saja ia follow tadi. Apakah ini tidak terlalu cepat?? Apakah ini tidak terlalu terburu-buru? Maksudnya apakah Lucas ini.... Kila menghentikan pikirannya dan segera mengetikkan deretan nomor ponselnya. Tidak ada salahnya mengenal orang baru, selama ini pikiranku selalu berkutat pada Juno, saatnya melepaskan diri darinya dan melepaskan perasaan ini, membebaskan perasaan ini dengan mengenal orang baru.
Kila menarik nafas dan menganggukkan kepalanya mantap. Fighting! Tak lupa Kila mengepalkan tangannya sambil menahan senyum dan menekan tanda 'kirim' sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya Kila masuk kedalam selimutnya karena ini sudah pukul 12 malam dan diluar turun hujan yang membuat cuaca semakin dingin, Kila meringkuk dibawah selimut putihnya kembali dan berpikir seperti apakah Lucas Wijaya itu, bagaimana wajahnya, apa saja kegiatannya, bagaimana suaranya. Seketika Ji Ri tersenyum membayangkannya. Tidak lama, ponselnya berbunyi.
"Hello, it's me Lucas Wijaya"
Kila benar-benar tertawa dibuatnya, tiba-tiba dirasakannya ruangan di kamarnya menghangat dan Kila tidak bisa memikirkan kata-kata yang tepat untuk membalas pesan yang baru saja masuk baru. Apa yang dilakukan Lucas di jam seperti ini, mengapa dirinya belum terlelap seperti dirinya? Setelah 5 menit terdiam, tangan Kila bergerak mengetik sebuah balasan.
"Lucas, apa yang kau lakukan jam 12 malam seperti ini?"
"Ah.. maaf, apakah aku mengganggu waktu istirahatmu?"
"Tidak, malah aku ingin bertanya apakah ada yang insomnia seperti aku?"
"Berarti kita benar-benar berteman sekarang."
"Terimakasih, Lucas. Kau sangat baik."
"Ah, yang benar saja, darimana tahu aku baik? Bisa saja aku ini orang jahat? Hahaha."
"Karena kau mau berteman denganku."
"Aku senang berteman dengan siapa saja."
Kila larut dalam obrolan itu. Dari sana Kila mengetahui kalau Lucas tinggal sangat jauh dari dirinya, lebih tepatnya di Bali, satu kota dengan Sera. Kila juga mengetahui bahwa Lucas sangat suka membaca komik dan suka bermain gitar. Saat ini Lucas sibuk mempersiapkan materi lagu untuk bandnya. Kila cukup terkejut karena anak band biasanya terkenal sombong dan tidak ramah, tapi Lucas mau meluangkan waktu untuk mampir di blognya serta memberikan komentarnya.
Aku sedang mencari bahan lagu dengan tema impian, lalu aku bertemu blogmu. Dan, yang Kila ceritakan di tulisan itu menjadi inspirasi. Entah hati Kila merasa cukup senang jika tulisan yang dibuatnya dibaca oleh orang lain apalagi kalau tulisannya bisa menginspirasi, itu seperti suatu kebahagiaan untuk Kila yang datang dari langit.
setelah dua jam telah berlalu semenjak Kila membalas pesan-pesan Lucas sehingga matanya menjadi mengantuk. Tapi, Kila juga tidak ingin melewatkan perkenalannya dengan Lucas. Semakin lama, mata Kila semakin meredup, mulutnya menguap entah sudah berapa kali hingga mata Kila berair dan Kila memutuskan untuk menyudahi percakapannya dengan Lucas sampai disini.
"Saatnya beristirahat, Kila. Sleep well"
Kila tertawa geli, baru saja dia ingin meng ucapkan selamat tidur untuk Lucas, namun sepertinya Lucas sudah bisa menebak pikirannya. Kila tersenyum dan merapatkan selimutnya.
Kila sedang bermimpi melewati sebuah padang luas, bermimpi ada di padang luas atau mungkin saja itu sawah, Kila berjalan di tengah padang dan Juno ada di depannya, Kila berusaha menghindarinya seperti orang ketakutan Kila berjalan perlahan untuk menjauhi Juno tetapi Juno ikut berjalan mendekati Kila. Kila mulai berlari seperti dikejar oleh sesuaru yang sangat menakutkan, selanjutnya Kila terus berlari menghindari Juno dan akhirnya Juno sudah tidak terlihat lagi di belakangnya.
Dering alarm di kamar mungil itu membuat penghuninya, Kila tersadar dari mimpinya dan bangun untuk mengawali paginya. Sangat menganggu dan tidak menyenangkan, Kila menghela nafas berat mimpi yang membuatnya selalu bertanya-tanya. Mengapa selalu saja mimpi-mimpi tentang Juno? Seperti tidak pernah akan berakhir. Sekilas Kila membaca lagi pesan-pesannya dengan Lucas semalam dan hatinya terasa menghangat kembali. Dengan ceria, Kila menuju ke kamar mandi dan mandi dengan air hangat. Berjalan di pagi hari yang semakin dingin karena semalem hujan yang lebat membuat Kila melangkah cepat-cepat supaya tiba di kantor dengan segera. Tidak seperti biasanya, Junl datang lebih pagi hari ini. Kila melihat mobil putihnya melintas dengan anggun dan memotong jalannya. Kila melirik ke dalam mobil Juno dan mendapati Juno menatapnya. Kila melirik sebal dan melanjutkan langkahnya yang terhenti karena harus memberi jalan pada tuan muda yang hendak memarkir mobilnya. Diam-diam Juno memperhatikan Kila dari kaca spionnya. Tepat saat Kila melewati mobilnya, Junp membuka pintu mobil secara mendadak. Seketika Kila yang melamun menjadi terkejut dan membuatnya sedikit mundur.
"Selamat pagi, pak" Kila membungkukkan tubuhnya di depan Juno yang tinggi menjulang. Juno balas membungkukkan badannya. Kila memperhatikan wajah Juno yang dingin sekali, tersenyum pun tidak. Kila menurunkan bahunya lemas.
"Kau tahu, kau mengejarku semalam. Mengejarku! Aissh" Kila menggumam dengan tidak jelas dan mengepalkan tinjunya ke arah Juno dengan sedikit kesal. Teman kerja Kila yang melihat itu dari kejauhan merasa aneh dengan sikap Kila namun mengabaikannya. Juno masuk ke ruangan lebih cepat dari Kila yang harus merapihkan diri terlebih dahulu di toilet. Berusaha tidak mempedulikan Juno yang terpaut hanya beberapa meter di dekatnya, yang sibuk membereskan meja kerjanya, Kila melirik sekilas dan meletakkan tasnya di atas meja. Kila menyalakan komputer dan menunggu. Setiap hari harus seperti itu. Datang kantor, menghadapi Sang Seok yang dingin dan pendiam, mengerjakan banyak hal, menerima telepon, menjelaskan sesuatu kepada konsumen, meneguk kopi, melamun, membalas pesan, marah, berdecak-decak, menggumam dan masih banyak kegiatan lainnya yang seperti tidak perlu. Tetapi, setiap kali Kila memandang Juno setiap itu pulalah Kila menghela nafasnya berat. Kila menatap layar ponselnya dan mengetik pesan.
"Selamat pagi, Lucas! Semoga harimu menyenangkan!"
Beberapa saat kemudian Kila mendapat balasan yang membuatnya tersenyum cerah.
"Kau juga Kila, fighting!"
Jam kembali menjadi malam. Kila merebahkan tubuhnya lebih awal dari biasanya. Udara masih dingin dan Kila merasa sangat mengantuk. Dia sangat ingin mengucapkan selamat malam untuk Lucas tapi Kila menahan diri. Kila mulai merasa nyaman dengan keberadaan Lucas saat ini, namun Kila sebisa mungkin tidak menganggap serius kehadiran Lucas dua hari ini.
"Kila, apakah kau sudah tidur?"
"'Hampir saja, kau sedang apa?"
"Seperti biasa. Insomnia.. Oh ya, kenapa kau resign dari pekerjaan yang dulu?"
"Dari mana kau tahu kalau aku resign?"
"Oh itu, kebetulan aku bekerja di perusahaan itu juga"
"Oh! Benarkah?"
"Iya, walaupun beda kota"
Lucas menceritakan mulanya dulu Lucas menempuh pendidikan tinggi di Jambi, sama seperti Kila. Kemudian Lucas sempat tinggal beberapa lama di Jambi setelah selesai menempuh pendidikan tinggi dan juga mendapatkan pekerjaan di sebuah bank swasta. Sampai akhirnya Lucas harus kembali ke Jakarta karena ayahnya sakit. Sampai akhirnya sang ayah meninggal, Lucas tetap tinggal di Jakarta untuk menjaga ibu dan saudara perempuannya. Lucas sangat rindu dengan Jambi yang tenang dan nyaman, Lucas juga berkata sangat rindu membaca komik seharian dan diam di dalam kamar tanpa keluar ruangan yang dia lakukan dulu pada saat di Jambi. Di Jakarta dia harus berjuang untuk menaklukkan hari-hari yang berat dan membosankan. Kila juga akhirnya bercerita bahwa dulu dirinya sangat tidak bisa untuk bertahan di perusahaan call-center yang membuatnya pusing setiap hari karena mendapat omelan dari konsumen yang bawel dan cerewet, walaupun sebenarnya mereka tidak bersalah. Namun, Kila merasa memang dirinya tidak cocok berada di sana, sehingga setelah setahun berkutat di jam kerja yang juga memusingkan kepala karena jadwal kerja dengan jam yang tidak pasti, Kila memutuskan berhenti dari pekerjaan tersebut. Lucas tertawa membaca pesan Kila yang panjang. Kemudian ada panggilan masuk ke ponsel Kila. Kila menerka nomor tersebut. Seperti tidak asing dan terasa familiar. Kila mengangkatnya.
"Halo, Kila ini aku Lucas" ujar seseorang dari balik telepon.