Bulan demi bulan pun berlalu, segalanya mulai berubah kecuali perasaanku. Begitu pula dengan pertemanan ku dengan Sinta. Aku dan Sinta terlibat salah paham, dan akhirnya dia memutuskan untuk tidak lagi menegurku, dia benar-benar menjauhiku, bahkan yang lebih parahnya lagi dia membongkar semua rahasia perasaanku tentang Febri kepada Febri. Dan itu memang benar-benar terjadi, saat jam istirahat aku duduk sendirian di kelas, tiba-tiba Febri datang menghampiri ku lalu.....
"Braaaaakkkkkkkk......!!!!!" Febri memukul meja ku. Jelas aku langsung kaget dan bertanya...
"Kenapa sih Feb...??!"
"Aku sudah tau rahasiamu apa.....! kamu suka kan sama aku????!" Tanya Febri sambil dengan nada tinggi, terlihat seperti sedikit marah. Mendengar pertanyaan itu, aku pun terdiam, Febri terlihat kesal, dan aku memberanikan diri untuk menjawabnya....
"Ya terus memang nya kenapa kalo aku suka sama kamu? kenapa kamu marah? memang nya salah ya kalo aku suka sama kamu???"
Mendengar jawabanku, Febri diam lalu pergi meninggalkan ku di kelas tanpa menjawab apa yang telah ku katakan. Di dalam hati, terselip rasa kecewa, kesal, dan sedih. Yaah, semua berkecamuk dalam hatiku, mengapa Febri terlihat marah setelah mengetahui perasaanku ? apakah karna aku hanya sebatas sahabat ? bahkan kalau pun sahabat seharusnya dia tak perlu marah seperti itu, kenapa tak di abaikan saja dan sekedar cukup tau ? Febri benar-benar berubah, dia tak seperti yang dulu lagi, semenjak dia punya pacar. Aku yang kini di jauhi oleh Febri dan Sinta, hanya bisa memendam sendiri apa yang kini ku rasakan. Tak mungkin rasanya untuk curhat dengan Resa, karna selain aku khawatir dia akan menyampaikan nya pada Febri, dan cerita ini sudah terlampau jauh untuk ku ceritakan ulang dengan Resa. Aku yang masih saja memasang topeng bahagia di depan Resa, teman sebangku sekaligus sahabatku, dan Febri yang benar-benar tak mau menegurku. Andai aku bisa mengatakan padanya ,bahwa aku ingin mengatakan ...
"Feb...aku tau sekarang aku nggak berhak untuk masih mencintaimu lagi, karna kamu adalah pacar Yulia , dan kalau memang kamu nggak suka dengan apa yang aku rasa terhadap kamu, seharusnya nggak perlu marah, aku masih tetap menjadi sahabatmu, cukup abaikan saja apa yang aku rasakan, mungkin semua akan hilang dan berubah seiring berjalannya waktu...bukan salahku atau salahmu rasa ini ada, tapi aku hanya manusia biasa yang tak luput dari rasa cinta"
Dan sayangnya semua curahan hati ini hanya ku simpan dalam hati, dan aku pun hanya bisa menanti , entah sampai kapan Febri akan terus seperti ini. Aku yang sering cemburu dengan Yulia, karna dia menyita hati dan waktu nya Febri dari ku, namun di sisi lain aku lagi-lagi menyadari, bahwa Febri tak pernah menjadi milikku.
Hari demi hari pun berlalu, suatu ketika aku mendengar dari teman-teman sekelas ku bahwa Febri 'mutusin' Yulia, itu ku dengar ketika di kantin sekolah, lalu aku membawa makanan ku untuk makan di kelas, tapi ketika aku hampir melewati pintu kelas ku, benar saja, disitu ada Yulia yang menangis di hadapan Febri, sekilas aku mendengar seperti ini percakapan nya.....
"Feb....please aku nggak mau kita putus...."
"Maaf Yul... aku nggak mau ini berlarut-larut...tolong ngerti ya...mulai sekarang kita berteman aja...oke..??"
Yulia yang masih saja menangis, langsung pergi meninggalkan kelasku tanpa menjawab kata-kata Febri. Dan aku, yang masih berdiri disamping pintu kelas, lalu memberanikan diri masuk, aku berjalan dan Febri menatapku , aku menatapnya sebentar lalu memalingkan pandanganku, aku tak bisa menatapnya lama-lama. Kemudian aku duduk di bangku ku tepat di depan Febri sambil memakan makanan ku, tak lama kemudian Febri pergi meninggalkan ku di kelas. Sekitar 10 menit kemudian, Resa masuk ke dalam kelas dan duduk disampingku dan tiba-tiba cerita tanpa ku tanya....
"Febri putus yaa...? ya jelas lah, kan Febri sebenarnya nggak pernah ada rasa sama Yulia..."
"Terus..??? kok bisa jadian kalo nggak suka?"
"Kan bukan Febri yang nembak...tapi Yulia...terus dia maksa supaya di terima...pas sudah di jalanin selama ini Febri nya memang gak pernah bisa suka sama dia..."
Lalu aku tak lagi menjawab ataupun bertanya, aku berharap setelah putus dengan Yulia, Febri mau menegurku lagi dan bersahabat denganku lagi seperti dulu, dan yaa....perasaan ini masih seperti dulu meski sedikit rapuh, setidaknya aku masih bisa dekat dengannya meski tak bisa memilikinya, aku sadar, bahwa cinta itu tak mesti harus memiliki, cukup dengan tiap hari melihat nya dan dekat dengannya pun itu sudah cukup bagiku. Febri, aku masih mencintaimu .