Chapter 114 - Jatuh pada Pesona Max (9)

"Dokter Chris! Kurasa anda salah paham, iya, kan, David?" Merasa tak ingin membebani David, ia tak bisa membuat dirinya lebih buruk lagi jika lelaki itu hanya benar-benar kasihan padanya. Jadi sebaiknya ia memperjelas hubungan mereka selagi ada kesempatan. "David hanya menolongku. Dia pria yang sangat baik. Kurasa siapa pun yang ditolongnya malam itu, pasti akan mendapat perhatiannya. Aku tidak istimewa baginya. Iya, kan, David?"

David membuka mulut, tapi Milena tetap bercerocos hingga lelaki itu hanya bisa terdiam muram mendengarnya, dokter Chris nyaris terbahak melihat adegan itu, cukup menikmati siksaan kecil David. "Kurasa sudah seharusnya aku mendapat seseorang yang memperingatiku soal 'tidak menerima barang dari orang asing' mulai sekarang. Di dunia peri tak ada orang jahat, jadi aku dengan bebas menerima hadiah dari para fansku, mungkin juga karena kota kami sangat aman. Ini dunia manusia, aku tak tahu apa-apa tentang manusia selain dari buku yang kubaca. Banyak orang jahat di dunia manusia. Ada juga yang baik, sih, tapi manusia adalah makhluk yang kompleks. Aku memang ceroboh. Aku yang salah. Maafkan aku, David..." Milena terengah-engah setelah menjelaskannya seperti rentetan peluru tiada henti.

"Kau tak apa-apa?" David memicingkan mata, sebelah keningnya terangkat.

"Seratus persen!" Dia mengangkat bahu seraya menarik napas panjang penuh antusias.

"Kau tidak makan cokelat itu, kan? Kau tidak mabuk? Setengah mabuk?" canda dokter Chris, mungkin niatnya untuk membuat Milena tertawa, tapi sebaliknya, Milena membeku sesaat, kemudian tersenyum kikuk. Untungnya, David melirik isi tempat sampah.

"Sepertinya kau harus belajar beberapa aturan manusia mulai sekarang." Gumam David, senyumnya dipaksakan.

"Yeah... kalau begitu.." sang dokter terdiam sejenak. Matanya melirik secara bergantian: Milena, cokelat Max di atas meja, Milena, cokelat itu lagi, Milena lagi, cokelat itu lagi, sampai beberapa kali. Keningnya bertaut, matanya melirik ke kanan atas, berpikir.

"Dokter Chris, apa kau tak sibuk?" pekik Milena canggung, takut jika dokter itu memiliki dugaan yang aneh-aneh.

Ia tersenyum misterius. "Kau benar! Aku sibuk! Hampir lupa!" Telunjuknya bergerak di udara, "kalau begitu aku akan meminta Matilda mengambil beberapa sampelmu sekarang."

"Apa?" pekik Milena.

"Kau mengagetkanku, Milena! As.ta.ga!" protes David yang tergolak kaget di kursi, ia memejamkan mata, mulutnya mengatup keras. "Dan paman!"

"Dokter Chris, kumohon?" sang paman nyengir jail.

"Baiklah! Dokter Chris! Ini bukan saatnya mengambil sampel sekarang, kan?"

"Aku suka melakukan pra-pemeriksaan!" serunya riang.

"Tapi, dokter Chris—" sang dokter memotong perkataan Milena dengan menunjukkan telapak tangannya.

"Jika kau menolak. Aku curiga kau mengkonsumsi sesuatu yang mencurigakan. Meth? Cocain?" selidiknya dengan mata memicing tajam.

"TIDAK!"tegas Milena.

"Paman!" Bentak David, nada suaranya terdengar bergetar.

"Maaf, deh!" Ia memutar bola mata. "Kalau begitu biarkan aku ambil beberapa sampel saja, air liur sudah cukup." Ia berjalan menuju meja, mengambil gelas kosong, dan menyodorkannya di depan Milena. "Meludahlah." Perintahnya santai.