Chapter 111 - Jatuh pada Pesona Max (6)

David memasuki ruangan, raut wajahnya agak tak menyenangkan. Apakah Max mengatakan sesuatu hal yang buruk? Dokter Chris mengekor di belakangnya, raut wajahnya tampak berseri-seri. Ini membuat Milena keheranan.

"Apa yang terjadi?" tanya Milena memulai percakapan, sebisa mungkin menahan luapan emosi dan rasa khawatir dalam suaranya.

"Bukan masalah kecil. Apa kau mau makan yang lain? Sushi mungkin? Burger?" David tampak kebingungan, entah apa yang dipikirkannya namun jelas ia berusaha mengalihkan perhatian.

"Hah! Sendok! Apa kau mulai punya sindrom melempar barang?" canda dokter Chris, ia memungut sendok yang dilempar oleh Max sebelumnya, mengamatinya penuh minat.

"Itu terlempar saat aku terlalu senang dengan kuenya," ujar Milena berbohong, tangannya bergerak-gerak di udara, memutar bola mata.

"Apa kue itu seenak itu?" David terkekeh.

"Well, tidak setiap hari kau bisa makan kue seperti itu. Apalagi jika kau peri yang menjadi manusia, kurasa?" Milena meringis.

"Yeah, benar juga," David menggelengkan kepala, mendengus geli.

"Jadi! Milena? Apa malam ini kau sudah siap dengan pengambilan sampel? Aku datang untuk memastikan kau tidak makan sembarangan. Kau tidak makan coklat itu lagi, kan?" paman David menunjuk pada potongan coklat Max yang tergelak di atas meja, wajahnya terlihat mengkerut tak senang.

Sesaat, Milena tak tahu harus berkata. Max yang memakan coklat itu secara tehknis, ya, dan Max sialan itu menciumnya dengan cara cukup brutal. Yang Milena yakin jika dokter Chris mengambil sampel air liurnya saat ini, pasti akan sangat mencurigakan.

"Kau? Tidak makan, kan?" tanya sang dokter dengan nada suara menuduh, ia menjentikkan jari di depan wajah Milena.

"Tidak! Tentu saja tidak!" Milena tertawa canggung.

Tidak secara langsung mengonsuminya, sih.... Lanjutnya dalam hati.

"Itu Max! Aku baru tahu kalau dia suka alkohol. Aku nyaris tak pernah melihatnya mengkonsumsi alkohol. Anak itu penuh misteri." canda David, terkekeh. Ia sibuk mengambil potongan kue es krim untuk sang paman.

Yeah, Sangat penuh misteri. Dan brengsek. Keluh Milena dalam hati.

"Well, siapa yang tak suka alkohol?" dokter Chriss meraih kue es kirm yang disodorkan David, "kalau begitu, supaya hasilnya lebih meyakinkan, besok saja aku ambil sampelmu. Kue ini enak. Apa di dunia peri ada es krim, huh?" ia duduk menyilangkan kaki sambil melahap kuenya.