Langkahnya gontai begitu memasuki ruangan.
Sebentar lagi jam makan siang. David membawakan beberapa kue dan buah untuknya bersama buku-buku tadi. Pasti sangat berat membawa keduanya. Matanya menyapu isi ruangannya. Sepi dan sunyi. Dinding ruangannya sangat muram, dan itu menambah dongkol suasana hatinya. Ia rindu David. Lelaki itulah yang sanggup membuatnya menghindari hal-hal negatif yang sanggup dilakukannya, contohnya keinginan mengacau di bagian administrasi.
Ia menyeret kakinya secara paksa menuju tempat tidur, menghempaskan diri, lalu memandang langit-langit. David tak ada. Dokter Chris tak ada. Dan ia berdebat dengan dokter Ames. Sungguh bukan hari yang baik baginya. Matilda? Dia orang yang tidak asyik jika sedang bertugas.
Milena merasa kondisinya saat ini tak jauh beda dengan di dunia peri. Terbayang diingatannya ia terbang bebas menelusuri isi hutan sendirian, mengerjai beberapa hewan, dan tidur siang di sarang burung jarahannya. Matanya terpejam, seolah-olah ketika membuka mata, maka semua yang dialaminya hanyalah mimpi buruk belaka.
Dunia sungguh kejam! Rutuknya dalam hati.
Pikirannya sangat lelah hingga ia tertidur cukup lama.
Matilda memasuki ruangan, ia menggeleng keras-keras. "Saatnya makan siang! Sudah telat sebenarnya. Ayo bangun!"
Suara Matilda sangat keras hingga membuatnya kaget dan terbangun. Muka menekuk, suasana hatinya sangat jelek. Kepalanya miring ke arah Matilda.
Perawat itu menaruh nampan makan siangnya di atas meja geser, kemudian mendorongnya secara perlahan menuju tempat tidur.
"Berhenti menatapku seakan-akan kau akan menerkamku. Dokter Chris menelepon kalau aku harus mengecekmu saat makan siang. Kemungkinan kau akan melewatkannya karena lelaki itu tak ada. Dan ternyata itu benar!" Ia mengedikkan bahu malas, kedua telapak tangannya mengarah ke atas.
"Dokter Chris menelepon?"
"Yup! Kau tahu? Yang seperti ini!" Ia merogoh sakunya dan memperlihat ponsel lipatnya, "alat komunikasi manusia."
"Oh, kami juga punya, hanya saja berbentuk bunga."
Matilda tampak menahan gelak tawa, menggeleng, lalu menyodorkan makanan yang telah disiapkannya pada meja geser. "Makanlah! Dan ini vitaminmu. Dokter Chris protes kalau aku tak memberitahumu soal vitamin ini hingga kau mengiranya obat."
"Vitamin atau bukan, tetap saja pahit." Ia menjulurkan lidah.
"Tak ada pilihan selain itu kalau kau mau pulih." Matilda membuka lemari meja di samping tempat tidur dan menenteng sebuah tas kertas putih polos. Ia menaruhnya di sisi tempat tidur.
"Apa ini?" tanya Milena penasaran.
"Seseorang menitipkan ini untukmu di gantungan pintu bagian dalam ruangan ini. Sepertinya sebuah hadiah. Kau punya penggemar rahasia sekarang, huh?" Matilda tersenyum menggoda.
"Apa? Hadiah? Apa kau tak tahu siapa yang memberinya? Mungkin saja salah ruangan." Milena memandang curiga pada tas kertas putih itu.