"Dan tes psikologi-ku membuktikan aku baik-baik saja!" lanjut Milena.
"Tes terkadang tidak bisa menjamin sepenuhnya sebuah hasil. Aku tak menuduhmu. Hanya saja, jika memang benar, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa tak ada upayamu untuk kembali ke duniamu?" dokter Ames memandang Milena penuh selidik, mengamati perubahan ekspresi Milena.
Milena menghela nafas, tangannya yang semula melipat di dada, kini berada di pangkuannya, bahunya merosot. "Kuharap aku tahu. Mungkin saja aku akan tinggal di dunia manusia untuk selamanya. Entahlah... Aku mempersiapkan yang terburuk saja..." Ia mengedikkan bahu, suaranya serak, nyaris berbisik.
"Milena. Dengar. Aku tak tahu apa itu hanya fantasimu yang berlebihan atau tidak. Selama ini, aku mengawasi, mengamati, dan memeriksa sesuai beberapa prosedur yang ada. Semua tes yang kau jalani, baik fisik maupun non-fisik, tak ada yang mengidentifikasikan dirimu adalah orang gila, atau peri!" Kedua bahunya naik, sudut bibirnya menekuk, dan sebelah telapak tangannya menghadap ke atas. "Tubuhmu memiliki anatomi tubuh manusia. Tak ada sayap, tak ada telinga lancip, kecuali fakta bahwa kau itu memang cantik mempesona di mata lelaki, para pegawai rumah sakit bahkan bergosip tentangmu. Sebentar lagi kau akan keluar rumah sakit, aku hanya khawatir, Milena. Syok yang akan kau hadapi ke depannya bisa benar-benar menganggu mentalmu."
"Aku tidak gila." Rahangnya mengatup rapat.
"Tapi jika kau seperti ini terus, kau mungkin bisa gila."
Atmosfer di ruangan berubah tegang. Mereka beradu pandang.
"Kupikir kau orang yang menyenangkan, dokter Ames. Rupanya aku salah." Milena mendengus kasar, ia melempar tatapan tak percaya, mengemut permennya, dan berlalu dari ruangan itu dengan novel mengapit di lengan kirinya.
"Milena!" seru dokter Ames, cepat-cepat ia mengejarnya yang sudah beberapa meter dari pintu. "Aku tak bermaksud seperti itu!"
Rasa kesal seketika itu juga muncul bertalu-talu di dada Milena, ia berbalik dan berkata, "dokter Ames!" serunya, matanya memicing, " aku tidak gila! Kupikir kita sudah selesai dengan tes itu! Kalaupun hasil tes tidak sepenuhnya membuktikan apa pun, lalu aku harus bagaimana?"
Mereka saling pandang dalam diam selama beberapa detik.
"Kurasa mulai sekarang aku harus mencari cara agar bisa kembali ke duniaku. Di sini aku hanya dicap sebagai cewek sinting, cewek delusional, atau apalah!" katanya sarkastik.
"Milena!" bentak dokter Ames tanpa sadar, "aku peduli padamu! Kau pikir selama ini aku bagaimana terhadapmu—"
"Kelinci percobaan?" Potong Milena kasar.
Dokter Ames terpana mendengarnya. Mulutnya terbata, ia mengerjapkan mata cepat sekali.
Dengan perasaan kesal Milena meninggalkan dokter Ames yang masih terpana. Ia sungguh kecewa. Hari ini sangat menyebalkan! Kenapa pula dokter Ames harus membahas hal itu? Bukankah ia tak mempermasalahkan mengenai klaim status peri-nya selama ini? Kenapa baru sekarang? Hatinya benar-benar uring-uringan, dadanya serasa ingin meledak dan memulai kembali mengacaukan apa saja untuk bisa melampiaskan amarah, kekecewaan, dan frustasi yang dirasakannya terhadap saat ini.
Selama menuju ruangannya, ia berjalan sangat cepat, wajahnya terlihat menakutkan, beberapa orang yang berpapasan dengannya otomatis menghindar tanpa disuruh.