Max mengawasi pintu, jaga-jaga David telah kembali. Senyum liciknya merekah ketika melihat tak ada siapapun. Ia bersandar dengan santai, kedua kakinya terangkat ke sisi tempat tidur. Alas sepatu boot-nya menghadap Milena. Sembari menguyah makanannya ia berkata, "hentikan semua omong kosongmu. Aku tak menyukaimu, ralat, mungkin saja aku akan menyukai—" dia mengeryitkan kening sesaat, "—kalau kau tak bertingkah seperti cewek delusional penuh tipu daya." sudut bibirnya berkedut, ia menatap tajam Milena, lagi.
Bulu kuduk Milena meremang. Apa dia berkepribadian ganda? Dokter Ames pernah menjelaskannya sekali tentang jenis gangguan mental itu.
"Aku tak mengerti dengan apa yang kau bicarakan." Emosi Milena mulai terpancing, selama di dunia manusia seminggu ini, baru hari itu ia tersulut amarahnya seperti gunung api.
"Aku tahu kau hanya berpura-pura. Kau ingin PDKT dengan David, kan? Hentikan sebelum kau terluka." Itu bukan perintah, tapi peringatan.
Milena terpaku.
Ada apa dengan orang ini? Pikirnya kesal.
Perempuan itu mendengus gusar. "Aku tak tahu kau berbicara apa, yang jelas aku tak seperti yang kau tuduh!"
"Benarkah? Kalau begitu tunjukkan sihir, atau telinga lancip, atau mungkin sayapmu! Sesederhana itu! Ayo! Lakukan!" ledeknya.
Milena nyaris kehabisan kata-kata. Beberapa saat lalu, ia begitu senang dengan teman baru David itu. Ia menyenangkan, bukannya menyebalkan seperti saat ini!
"Kenapa? Tak bisa membuktikannya? Itu karena kau seorang Pem.bo.hong!" kata terakhir itu diucapkan dengan penuh hinaan.
Kedua tangan Milena mengepal, ia mengatupkan rahang, geram.
"Apa kau sudah selesai?" Sebelah kening Milena terangkat, berusaha menahan murka.
Max hanya mengedikkan bahu, nyengir.
"Apa maumu?" Ia nyaris memekik.
Max terdiam. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun. Pandangan mata Max seolah-olah menggerogoti jiwanya. Itu membuat Milena merasa ngeri.
"Bukankah sudah jelas? Jauhi. David." Cara Max mengatakannya memang terdengar lembut, tapi tajam dan mengancam.
"Ada apa, sih, denganmu? Aku baru mengenalmu!" geram Milena, "awalnya kau bersikap baik dan ramah, kemudian kau berubah seperti orang kerasukan! Aku tak mengerti!"
"Kau tak usah mengerti semua hal, cukup hentikan sandiwaramu dan jauhi David. Itu saja!" Ia mengerucutkan bibir, bermasa bodoh kali ini. Dengan santai ia melanjutkan santapannya.
Milena hanya bisa mendengus tak percaya.
"Aku tidak melakukan semua itu!" tegas Milena, setiap kata-katanya diucapkan penuh tekanan.
Max menggeleng cepat. "Aku tak percaya. Dasar pembohong."
"Oh... Ini mungkin karma buatku..." keluh Milena dengan suara serak, ia memijat keningnya dengan tangan kanan.
"Bagus! Artinya kau dihukum! Hentikan saja semua!" seru Max riang.
"Tak bisakah kau diam?"
Max hanya mendengus mendengar teriakan marah Milena, nyengir lebar, lalu kembali menyantap makanannya dengan lahap.
"Oh... David... Cepatlah datang..." gumam perempuan itu, setengah berbisik cemas.