"Senang bertemu denganmu, juga." Milena berusaha terdengar ceria, tapi kalimat itu nantinya menjadi kalimat yang akan disesali seumur hidupnya.
Max orang yang sangat ramah. Milena merasa bodoh dengan penglihatan kelirunya tadi, mungkin masih efek dari sesuatu yang berkaitan dengan tubuhnya yang belum pulih benar.
Perkenalan itu cukup singkat dan normal: saling bertukar nama, berjabat tangan, lalu menanyakan keadaannya seperti hal umumnya yang dilakukan seseorang ketika menjenguk orang sakit. Milena bisa merasakan kalau Max sangat tertarik padanya, bukan dalam artian khusus, lebih seperti seorang teman. David bilang padanya jika Max memang orang yang suka bergaul pada siapapun, memintanya agar tidak salah paham.
Beberapa menit kemudian, David keluar mencari pamannya, Max mendekat. Ia memandang Milena cukup dekat, tatapannya tajam dan tak berkedip, membuat siapapun pasti salah tingkah jika diperlakukan seperti itu.
Milena memundurkan kepalanya, kening berkerut.
"Jadi, peri, huh?" Max berusaha menahan tawa, ia berdeham sekali lalu melanjutkan dengan hati-hati, "David menceritakan semuanya padaku." lanjutnya tersenyum.
Sesaat, Milena nyaris saja terpesona. Namun senyum khas yang indah itu berubah dalam sedetik. Bukan senyuman seperti sebelumnya saat mereka berkenalan di awal. Senyum itu lebih mirip cengiran mengerikan baginya: senyuman yang merendahkan dan menghina. Apa ini bukti bahwa ia tidak salah liat sebelumnya? Sungguh aneh!
"Eng.... Yah... David pasti orang yang cerewet." gerutunya, terkekeh. Milena berusaha mencairkan suasana, tapi gagal.
Max terbahak mengejek. Ia duduk bersandar di kursi kayu, menyesap sodanya lalu melanjutkan, "apa semua ini baru bagimu? Seminggu belakangan ini?"
"Ya!" nada suara Milena mulai terdengar kesal.
"Jangan khawatir. David bukan orang seperti itu. Tingkahnya yang aneh belakangan ini yang membuatku curiga. Tidak biasanya dia hilang fokus dan seperti orang bodoh yang melamun sendirian." Ia memakan mie cukup banyak, mulutnya belepotan bumbu. "Setelah kuselidiki, ternyata kau penyebabnya." lanjutnya lagi dengan penekanan kuat pada kata 'kau'. Ada nada tak bersahabat dalam suaranya. Ia menyeka mulutnya dengan ujung lengan bajunya, lalu menatap tajam Milena cukup lama,
"Jadi apa maksudmu?" tuntut Milena. Ia mulai tak nyaman dengan lelaki itu.
"Kenapa kau tak memakan makananmu?" Ia mengabaikan pertanyaannya, meraih kotak makanan cepat saji sang wanita, membuka tutupnya dan mengambil separuh isinya, "maaf, aku lagi lapar."
"Aku tak menyangka kau kasar dan tak sopan!" Milena mendengus kesal, ia melempar tatapan tak percaya pada Max.
"Well, itulah aku!" Ia berhenti menguyah, kepribadian ramah dan hangat Max berubah. Ia dingin, kasar, tajam, dan tak bersahabat "ini sifat asliku. Rahasiakan dari David." Ia mengedip genit, tersenyum nakal.
"Apa maksudnya itu?"