Chapter 72 - Pria Bermuka Dua (1)

"Hasil pemeriksaannya semua bagus: aliran dan tekanan darah normal, pernapasan normal, jantung normal, otak baik-baik saja... " dokter Chris diam sejenak, lalu nyaris memekik, "semuanya normal! Tak ada luka di otak, luka syaraf, atau luka fisik apapun yang menjelaskan dia bertingkah seperti itu. Luka di tubuhnya tak ada pengaruh berarti selain rasa perih. Aku tak tahu apa dia sedang bersandiwara atau tidak. Mentalnya sehat seratus persen meski dokter Ames harus menjelaskan beberapa hal padanya saat tes tertulis. Waras! Dia waras!"

Pamannya, Chris, memeriksa semua hasil tes yang keluar pada hari Kamis pagi itu. Sesekali ia mengamati Milena yang termenung sendirian memandang keluar jendela. Lagi-lagi mereka berdua berbicara di dekat pintu.

"Lalu, ada apa dengannya?" David bertanya-tanya lebih kepada dirinya sendiri.

"Mungkin dia mendapat trauma—masih kurang yakin akan hal ini, dokter Ames masih ingin mengawasinya beberapa hari lagi. Berhubung ia mengklaim dirinya seorang peri dan tak begitu paham dengan kehidupan manusia, sang dokter memutuskan melakukan pendekatan lain." Ia mengelus dagu. "Aku tahu kau punya banyak penggemar di luar sana. Apa mungkin ini metode PDKT yang baru?" pamannya terkekeh jahil.

"Tidak lucu."

"Baiklah. Maafkan aku. Dia harus tinggal kurang lebih seminggu lagi untuk pemeriksaan fisik beberapa kali, jaga-jaga gejalanya baru muncul. Dan dokter Ames sangat tertarik padanya. Apa kau sudah tanya dia punya kerabat atau kenalan?"

"Dia tak kenal siapapun di kota ini. Dia bersikeras adalah peri yang terjebak di dunia manusia." David nyaris putus asa dengan fakta itu. Ia tak tahu harus bagaimana dengan kehadiran Milena sekarang.

"Apa sebaiknya kita panggil polisi saja?" saran pamannya.

"Menurutmu itu ide bagus? Bagaimana jika mereka memasukkannya ke rumah sakit jiwa?" ia mulai cemas sendiri.

"Kau pikir begitu? Kalau begitu kita tutup mulut saja." Dr. Chris mengisyaraktan gerakan menutup mulut dengan tangan kanan. Raut wajahnya terlihat riang.

"Yeah.... Akan kupikirkan solusinya nanti kalau begitu. Bagaimana dengan dokumen pasiennya?"

"Jangan cemas. Aku yang urus. Jika ia masih bersikeras bahwa dirinya peri, maka buat dia menyesuaikan diri dengan dunia manusia. Mungkin benar dia sedang PDKT denganmu." Ia meninju bahu kanan David, terkekeh, lalu meninggalkan David dalam keadaan linglung.

"Dia bukan penguntit nekat, kan?" tanya David pada diri sendiri, sorot matanya penuh tanda tanya, kebingungan, dan horor.

***

David adalah manusia paling baik yang ia temui sejauh ini. Berbeda dengan rumor yang ada di dunia peri. Manusia di mata peri itu adalah simbol perusak. Segala hal yang disentuh oleh tangan manusia akan hancur dan binasa. Itulah alasan mengapa para peri sangat waspada pada dunia manusia, selain penyihir tentunya.

Rasa ingin tahu manusia sangat mematikan menurut para peri. Belum lagi sifat tamak dan rakus yang mereka miliki. Milena tak peduli hal itu. Fakta adalah jawaban dari semua hal tak jelas itu. Tak semua manusia itu buruk, buktinya David dan pamannya, serta dokter Ames yang selalu menjenguknya bersama sebungkus coklat M&M merupakan manusia yang baik dan penuh perhatian. Ia serasa dipenuhi cinta, perhatian, dan kasih sayang yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.