Perut Milena serasa dijungkirbalikkan, tapi ia menahan semua itu. Pisang! Kapan lagi? Entah kenapa keinginannya untuk mencicipi pisang bertambah kuat sekarang. Peri sangat suka buah-buahan. Utamanya pisang, anggur, dan arbei. Pisang sangat sulit didapat di hutan tempatnya tinggal, harus ke hutan seberang dan itu butuh perjuangan ekstra. Buah itu hanya disajikan pada kalangan istana atau pada saat festival tertentu. .
Mengenai makanan peri, semua itu bergantung daerah tempat tinggal mereka. Umumnya, peri sangat suka buah-buahan dan biji-bijian, tapi ada golongan peri tertentu dengan selera makan yang unik—lebih tepatnya mengerikan, disebutkan ada golongan peri yang mengkonsumsi darah sebagai minuman utama mereka. Untungnya, tempat Milena terkenal karena buah-buahan yang melimpah ruah, kecuali pisang.
***
Hari Selasa tiba, artinya sudah dua hari tiga malam ia di rumah sakit, lebih tepatnya di dunia manusia. Milena berusaha belajar mencerna semua hal yang terjadi padanya. Ingatannya masih belum pulih benar—hanya berupa potongan-potongan yang sulit dicernanya.
David menjelaskan dunia manusia secara perlahan. Rumah sakit itu seperti Rumah Perawatan di dunia peri. Lalu dokter adalah istilah bagi yang menangani penyakit dan luka-luka. Ada banyak macam dokter, David tak menjelaskannya secara rinci. Yang terakhir adalah perawat, istilah itu kurang lebih mirip dengan yang ada di dunianya.
Manusia benar-benar aneh! Ia memandangi sepanjang lorong bangsal rumah sakit. Hanya ada beberapa orang yang lalu lalang dengan seragam biru tua, sama seperti yang tengah menemaninya saat ini. Beberapa pria dan wanita duduk berdampingan di sudut ruangan seperti menunggu sesuatu.
"Mrs. Andy!" sahut salah satu perempuan berseragam biru tua dari balik meja konter bundar besar.
"Ya!" Seorang perempuan yang duduk berdampingan tadi mengangkat tangan.
"Ruangan 401, Dokter Chris."
"Baik."
Percakapannya singkat, diakhiri dengan langkah kaki perempuan itu menuju lorong di sebelah kanan.
Ada apa itu? Milena bertanya-tanya dalam hati.
Apa dia juga akan dimasukkan dalam benda besar berlubang yang mengeluarkan suara mengerikan?—Ia baru saja menjalani pemeriksaan otak beberapa jam lalu. Kini, apa lagi yang akan mereka lakukan padanya. David berkata untuk mengikuti apa saja yang mereka perintahkan, ia percaya pria itu tanpa alasan. Aneh? Dia juga heran. Toh, dia tak punya pilihan lain.
Dunia manusia sungguh asing baginya. Milena pernah melihat lukisan dan mempelajari tentang ras manusia sewaktu masih gemar membaca. Hutan tempat tinggalnya sangat jarang dilalui oleh manusia, sebulan sekali mereka bisa menghitungnya dengan jari. Ada yang ke hutan dengan alasan berburu, berkemah, atau hanya sekedar olahraga mengelilingipegunungan.
Perawat yang menemaninya menggiringnya belok ke kiri. Mereka berhenti di depan ruangan dengan pintu bertuliskan:
Dr. AMES – Ahli Psikiatri
Milena mengamati tulisan itu, kening berkerut. Bahasa peri modern sama dengan bahasa manusia sekarang, penggunaan huruf Rune hanya pada mantra, catatan perkamen penting, atau manuskrip kuno. Selebihnya mereka menggunakan bahasa yang mengikuti manusia dimana mereka tinggal. Ia bisa membaca huruf itu, tapi tak tahu artinya. Sungguh aneh dan rumit.
"Ayo! Dokter Ames orang yang ramah, jangan takut!" perawat itu membuka pintu.
Di dalam, ia melihat perempuan dengan kemeja orange lengan panjang yang digulung sebatas lengan, bagian dadanya terbuka agak lebar, sebuah kalung coklat marmer indah menggantung di lehernya. Rambutnya coklat pirang lurus sebatas bahu. Perempuan itu terlihat serius menulis sesuatu.