Sementara Milena memanjat tumpukan buku yang semakin tinggi, Katrina berhasil meraih tongkatnya. Ia mengarahkan tongkat itu pada Milena, cahaya merah keluar dan menghantam tumpukan buku di sebelahnya, kertas beterbangan ke seluruh penjuru arah, dan tubuh Milena terhempas ke samping.
Beruntung ia bisa berpegangan pada tali pembatas buku yang terjulur ke luar, ia berusaha kembali mendaki. Dilihatnya Katrina kini berdiri dengan kedua kakinya, Milena panik! Tanpa sadar ia merogoh kantong kainnya, mengambil sejumput serbuk dan melemparnya ke arah Katrina, tapi kali ini gagal!
Katrina mengayunkan tongkatnya dan menghadang ledakan itu dengan sihirnya sehingga berbalik pada Milena. Tubuhnya terhempas dengan keadaan menggantung pada pembatas buku, ia kelelahan! Khasiat pil itu sudah mulai hilang dan terasa! Tangannya mulai terasa kebas dan sakit, ia menelan ludah pahit, tak bisa bertahan lagi! Dan....
Buk!
Milena terjatuh dan menghantam gelas Erlenmeyer, isinya tumpah mengenai dirinya dan gelas itu berguling dan jatuh ke lantai.
PRANG!
Sang peri basah kuyup dan terbatuk-batuk dengan cairan yang masuk ke tenggorokannya. Rasanya tidak enak. Seumur hidupnya, itu adalah rasa seperti dari ekstrak mimpi paling buruk di dunia! Milena merasa tubuhnya aneh; merinding, menggigil, bergerak-gerak sendiri, dan kepalanya pusing serta sakit bagaikan ditusuk ribuan jarum. Sayapnya terasa terbakar dan meleleh, tapi ia tak punya waktu untuk memikirkan masalah itu karena kini, Katrina muncul dari balik asap tebal di udara, wajahnya sungguh murka dengan tangan yang bebas hendak melumat tubuhnya. Milena menghindar ke kiri dan ke kanan sekuat tenaga. Cairan itu membuatnya mual dan terasa mau pingsan! Hanya adrenalin yang menjadi senjatanya saat ini!
Milena melompati tangan Katrina yang melayang di udara, ia berguling hingga menghantam tumpukan buku. Punggungnya terasa sakit sekali. Pengaruh obat itu benar-benar telah lenyap! Cairan aneh yang diminumnya secara tidak sengaja sepertinya telah mengurangi khasiatnya!
"Kau tak akan bisa lari, peri busuk!"
Katrina mengayunkan tongkatnya dari balik asap, cahaya merah berkilat menyambar-nyambar permukaan meja bagaikan petir. Milena tergopoh, berlari sekuat tenaga menghindari sebisa mungkin dan meraih cermin kejujuran. Ia berlindung di balik cermin itu, otomatis kilatan sihir itu memantul ke langit-langit dan meledak.
Mata Katrina melotot, mulutnya terbuka lebar dan seolah-olah jiwanya telah berpisah dari tubuhnya. Ia menggeram, hidungnya kembang kempis dan dengan suara meraung ia berteriak, "ITU cerminku! Berani-beraninya kau mencurinya, peri busuk!"
Tangannya kini membabi buta menyerang Milena dengan cahaya sihirnya. Milena menarik tasnya sambil menyeret cermin itu sebagai perisai. Ia tahu kalau ia tak akan bisa bertahan lama jika terus seperti itu.
Ia harus keluar dari ruangan itu secepat mungkin! Matanya tertuju pada pintu yang kini jebol gara-gara pantulan sihir Katrina. Sekarang atau tidak sama sekali!
"Jangan coba-coba kau!" Erang Katrina dengan nada meninggi. Ia berusaha menangkap Milena dengan tangan kosong, tapi Milena lebih cepat dan gesit. Peri itu berlari dengan cermin yang diseret. Bagaimana ia membawa cermin itu dalam keadaan melarikan diri? Panik menyerangnya, ia merogoh tasnya, mencari apa saja yang berguna untuk dilempar. Sebuah bom asap terselip di bagian paling dalam tasnya yang sobek.
"Sebuah bom asap! Ha! Aku tidak ingat membawa ini!" katanya setengah bangga dengan kening naik sebelah. Ia berlari sambil melempar bom asap ke belakang tanpa menoleh sedikitpun.
BOOM!
Katrina tak bisa mengelak kali ini. Ia tertegun beberapa saat dan mulai terbatuk-batuk. Matanya perih dan mulai kelilipan. Jalannya tak beraturan hingga tersandung bajunya yang terlalu megah.
BRUK!
Si penyihir terjatuh.
Ia menjerit kesal! Baru kali ini merasa dihina dan dipermainkan oleh peri buangan seperti Milena!