"Jalan-jalan ya?" Zhu Haimei mengambil inisiatif untuk menyapa Zhang Zhonghai dan Zhong Yan terlebih dahulu.
"Wah, bos sudah pulang rupanya." Nada bicara Zhong Yan terdengar sangat berlebihan. Zhang Zhonghai lalu menarik-narik baju Zhong Yan dari belakang untuk memberi isyarat agar istrinya tidak memulai masalah. Sementara itu, Zhu Haimei memilih untuk tidak mempedulikan nada bicara Zhong Yang barusan.
(Bos adalah sebutan untuk orang yang yang berjualan, atau pemilik toko dan sebagainya)
"Iya." Balas Zhu Haimei sambil tersenyum. "Aku naik ke atas dulu." Imbuhnya.
Zhong Yan yang melihat Zhu Haimei sudah berbelok ke koridor pun mencibirnya dari belakang. "Ia benar-benar menganggap dirinya adalah seorang bos, hanya karena menghasilkan uang yang sedikit lebih banyak."
Zhang Zhonghai lalu mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu mengurusi urusan orang lain? Apa kamu tidak punya kerjaan lain?"
Zhong Yan lalu memalingkan wajahnya untuk menatap suaminya. "Kenapa kamu ikut campur saat perempuan sedang mengobrol?"
Zhang Zhonghai hanya diam dan tidak berani menanggapi ucapan istrinya. Akhir-akhir ini, ayah mertuanya sedang berusaha keras untuk membuatkan janji makan bersama dengan Jenderal Besar Wu untuk membicarakan masalah jabatannya, tetapi Jenderal Besar Wu selalu menunda-nundanya. Sebenarnya, Zhang Zhonghai sendiri juga tahu bahwa dirinya tidak menonjol dan tidak memiliki prestasi militer apapun. Ia diangkat menjadi wakil komandan kompi karena Jenderal Besar Wu melihat reputasi ayah mertuanya, tetapi ia selalu merasa tidak nyaman jika tetap menempati jabatan sebagai wakil komandan kompi. Dalam keadaan seperti sekarang, ia tidak berani membuat kesal keluarga istrinya. Ia juga tidak berani membantah ucapan Zhong Yan. Sementara itu, Shen Dongyuan akan menerima tugas lagi karena namanya berada di urutan atas. Komandan kompi Shen Dongyuan adalah Komandan kompi yang dihormati dan dikagumi oleh semua orang.
Ketika Zhu Haimei membuka pintu, tiba-tiba muncul sebuah cahaya yang menyilaukan kedua matanya, namun cahaya itu segera menghilang dalam sekejap. Kemunculan cahaya tersebut benar-benar membuatnya terkejut.
Zhu Haimei lalu melihat Shen Dongyuan yang sedang duduk di sofa, ia kemudian mendekatinya. Shen Dongyuan sedang mengusap-usap pisau menggunakan kain katun halus dengan sangat hati-hati. Pisau itu tidak besar, dan panjangnya sekitar sepuluh inci. Gagangnya terbuat dari tembaga yang sudah dipoles. Shen Dongyuan lalu memutar-mutar pisau tersebut, dan membuat pisau itu membiaskan cahaya ke sekitarnya. Cahaya yang dilihat oleh Zhu Haimei barusan mungkin adalah cahaya yang dibiaskan oleh pisau tersebut.
Zhu Haimei lalu meletakkan sayuran yang ia bawa dari rumah kecilnya ke dalam dapur. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya untuk mengganti baju, lalu kembali menuju dapur untuk memasak semangkuk mie untuk dirinya sendiri.
Ketika ia berdiri di pintu dapur sambil menunggu airnya mendidih, Shen Dongyuan masih mengusap pisaunya dengan hati-hati, sama seperti sebelumnya. Pisau itu sudah tampak mengkilap, tetapi kenapa Shen Dongyuan masih terus mengusapnya? Apakah ia sedang dalam suasana hati yang buruk?
"Apakah suasana hatimu sedang buruk?" Tanya Zhu Haimei yang keceplosan. Dan setelah mengucapkan itu, Zhu Haimei pun tertegun.
"Tidak. Lusa aku akan bertugas, jangan membuat masalah di rumah."
Awalnya Zhu Haimei memang tidak berharap Shen Dongyuan akan mengatakan sesuatu yang baik padanya, tetapi saat Zhu Haimei akan membantah ucapan Shen Dongyuan, ia berubah pikiran karena Shen Dongyuan hendak pergi meninggalkan rumah. Lebih baik lupakan saja, pikir Zhu Haimei. "Lusa kamu pergi pukul berapa? Aku akan membuatkanmu pangsit untuk bekal."
"Tidak perlu."
Zhu Haimei merasa tidak terima dengan nada bicara Shen Dongyuan barusan. Ia sebenarnya merasa marah, tetapi tetap membalas ucapan suaminya. "Kalau begitu, apa ada hal lain yang kamu butuhkan?"
"Jangan membuat masalah di rumah. Apa kamu tidak mendengarnya barusan?"
Amarah Zhu Haimei pun menyeruak naik, ia tidak bisa menahannya lagi. "Apa kamu bilang? Jangan membuat masalah? Kamu tenang saja, aku tidak akan melakukannya."
Setelah mendengar itu, Shen Dongyuan baru mendongakkan kepalanya untuk melihat Zhu Haimei. "Xiao Dong memberitahuku bahwa apel yang dimakan Chunlan hari itu adalah apelmu yang tertinggal di sana."
Xiao Dong adalah suami Chunlan.
Zhu Haimei terkejut setelah mendengar ucapan suaminya barusan.
Shen Dongyuan kemudian melanjutkan, "Jika itu memang tertinggal di sana, kamu seharusnya tidak bicara buruk seperti itu pada Chunlan."
Zhu Haimei tak membalas ucapan suaminya, ia lebih memilih untuk kembali ke dapur dan memasukkan mie ke dalam air yang sudah mendidih. 'Apa dia bilang? Ucapanku buruk? Saat orang lain berbicara buruk padaku, kenapa ia tidak membelaku?' Batin Zhu Haimei seraya tersenyum dingin.
Setelah makan malam, ia membuka tabungan kecilnya, lalu mengeluarkan semua uangnya untuk dihitung. Ternyata uang tabungannya baru terkumpul 2.000 yuan lebih. Pikiran Zhu Haimei kemudian menerawang jauh. Profesi lamanya saat di kehidupan sebelumnya masih tidak sesuai dengan perkembangan era ini. Lalu, apa yang bisa ia lakukan dengan beberapa uang ini?
Zhu Haimei tidak akan bisa merasa tenang jika meninggalkan uangnya di rumah, lebih baik ia menyimpannya terlebih dahulu.
Zhu haimei lalu berbaring di tempat tidur, tetapi ia tak bisa terlelap dan hanya membolak-balikkan badannya di atas ranjang. Bukankah Shen Dongyuan akan bertugas? Kemana ia akan pergi? Zhu Haimei tidak tahu kapan ia tertidur setelah larut dalam pikirannya yang memikirkan bermacam-macam hal. Dan ketika ia bangun, jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia merasa seluruh tubuhnya menjadi sangat nyaman, tampaknya sesekali bermalas-malasan bukanlah hal yang buruk.
Anggap saja kali ini Zhu Haimei sedang memberikan dirinya sendiri waktu untuk berlibur.
Sekitar jam sepuluh, ia lalu mengambil sekop dan turun ke bawah untuk pergi ke ladang sayur.
Bok choy di ladangnya sejak awal sudah habis dimakan, sedangkan sayuran lainnya juga sampai di fase akhirnya, dan tidak bisa tumbuh lagi. Zhu Haimei akan memanfaatkan waktu senggang yang dimilikinya sekarang untuk menggemburkan tanah yang hendak ia tanami lobak dan sawi putih. Di masa ini masih belum ada rumah kaca khusus untuk menanam sayuran, jadi jika ia membangun rumah kaca itu, mungkin ia bisa menghasilkan banyak uang. Ketika sedang memikirkan rencananya tersebut, tak terasa ia sudah tiba di ladang sayur miliknya.
Kebetulan kak Huang membawa Qiang Qiang ke ladang sayur. Dan begitu Qiang Qiang melihat Zhu Haimei, ia pun segera berteriak, "Bibi, Bibi!"
Zhu Haimei pun menanggapi panggilan Qiang Qiang sambil tersenyum. Hubungannya dengan Qiang Qiang sangat baik. Tampaknya, anak-anak memang yang paling polos dan tahu siapa orang yang baik.
"Kenapa kamu ada di sini?" Kata kak Huang yang terkejut saat melihat Zhu Haimei ada di ladang.
"Iya, bisnisku gagal. Aku ingin beristirahat dulu."
"Gagal? Bagaimana bisa gagal? Guru Zhong berkata bahwa jualanmu sangat laris?" Balas Kak Huang yang merasa terkejut.
Guru Zhong? Zhong Yan? Bagaimana ia bisa tahu tentang keadaan bisnis Zhu Haimei? Tetapi, jika dipikir-pikir ia juga tidak akan mengatakan sesuatu yang baik tentang Zhu Haimei. Zhu Haimei lalu tersenyum dan mengalihkan topik pembicaraan. "Kak Huang, apa yang akan kamu tanam musim ini?"
"Tidak ada, hanya sawi putih dan lobak. Cuacanya sudah dingin, jadi tidak ada sayuran lain yang bisa tumbuh dengan baik. Kamu berencana menanam apa?"
"Aku berpikiran hal yang sama denganmu." Jawab Zhu Haimei lalu berjongkok untuk membersihkan gulma di ladang sayurnya.
Tidak lama kemudian, kak Huang menghampirinya dan berkata, "Haimei, apakah suamimu akan pergi bertugas?"
Zhu Haimei menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan barusan. "Ia bilang, ia akan berangkat besok."
Kak Huang lalu berkata dengan kagum. "Di seluruh wilayah militer, suamimu adalah sosok yang sangat luar biasa. Kamu benar-benar beruntung."
"Kak Huang, semua orang mengatakan hal yang sama denganmu."
"Apa kamu sudah menyiapkan sesuatu untuk suamimu?"
Zhu Haimei tidak tahu apa yang harus ia siapkan untuk Shen Dongyuan yang hendak berangkat bertugas. "Aku belum menyiapkan apapun. Apa yang harus aku siapkan, Kak Huang?"
Kak Huang pun menghela nafas lalu menjawab, "Bukankah kamu perlu menyiapkan sepatu dan kaos kaki yang lebih banyak lagi?"
Tidak mungkin. Apakah Zhu Haimei masih perlu menyiapkannya?
Ketika hari sudah sore, Zhu Haimei pergi ke kota. Ia pergi ke sana bukan untuk membelikan Shen Dongyuan sepatu dan kaos kaki, tetapi ia membelikan dua kotak obat anti-inflamasi dan sebotol Yunnan Baiyao yang harganya mahal, karena ia tidak akan bisa membeli dua obat itu dengan harga murah. Ia sampai rela menghabiskan uang sebanyak 40 yuan hanya untuk membeli dua obat itu saja.
(Yunnan Baiyao dikenal juga dengan sebutan Yunnan Paiyao, merupakan salah satu obat yang ditemukan oleh Dr. Qu Huangzhang pada tahun 1902 di daerah Yunnan, Tiongkok. Obat tradisional tiongkok ini sangat mujarab untuk mengobati luka, nyeri, dan pendarahan pada tubuh.)
Meskipun Zhu Haimei tidak tahu tugas apa yang diterima oleh Shen Dongyuan, tetapi tidak mungkin jika tugas tersebut tidak berbahaya. Zhu Haimei sengaja membelikan obat anti-inflamasi agar jika Shen Dongyuan terluka, luka itu tidak sampai mengancam jiwanya.
Ketika Zhu haimei sudah tiba di rumahnya, ia terlebih dahulu menulis cara penggunaan dan dosis obatnya, lalu menunggu Shen Dongyuan untuk memberikan obat tersebut padanya. Akan tetapi, Shen Dongyuan tak kunjung pulang padahal sudah larut malam. Zhu Haimei memilih untuk meletakkan obat-obatan tersebut di atas meja kecil yang ada di ruang tamu, dan pergi tidur terlebih dahulu.
Keesokan harinya, telinga Zhu Haimei bisa mendengar suara yel-yel. Ia lalu bangun dengan semangat, dan buru-buru mengenakan sandal kemudian berlari ke ruang tamu. Obat-obat yang ada di atas meja kecil itu sudah tidak ada. Ia benar-benar takut jika Shen Dongyuan tidak mengambilnya. Sejujurnya, ia sama sekali tidak mempunyai niat untuk mengambil hati Shen Dongyuan lagi. Zhu Haimei lalu membungkuk ke jendela untuk melihat tempat latihan yang ada di bawah. Semuanya masih tampak seperti biasa. Suara yel-yelnya terdengar sangat keras, dan para prajurit tersebut berdiri dengan tegap layaknya pohon pinus. Gerakan mereka tampak begitu cepat, secepat hembusan angin.
Shen Dongyuan seharusnya sudah berangkat, pikir Zhu Haimei.
Sebenarnya, Shen Dongyuan baru kembali ke rumahnya pagi-pagi sekali. Sebelum pulang, ia menjawab telepon selama lebih dari dua jam untuk memahami misi dan menyusun kebijakan operasionalnya.
Akhir-akhir ini, rumahnya selalu bersih, tidak ada barang-barang yang berserakan di lantai, karena itulah Shen Dongyuan bisa melihat kotak obat yang diletakkan di atas meja kecil itu dengan jelas. Awalnya ia tidak ingin mengambilnya, tetapi ketika ia melihat pesan yang ditulis Zhu Haimei di atasnya, ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengambilnya.