Xiao Qi merasa putus asa, dia lalu memejamkan matanya dengan dipenuhi rasa bersalah. Ada kalanya cinta berubah menjadi begitu lemah ketika dihadapkan dengan kenyataan…
Jelas-jelas yang dicintainya adalah Lan Qianyu, tetapi demi bisnis keluarga, demi harga diri dan demi reputasinya, Xiao Qi malah mengkhianati wanita yang dicintainya itu dan bersama-sama dengan wanita lain…
**
Setelah mereka selesai, Xiao Qi mengenakan sehelai handuk untuk membungkus tubuh bagian bawahnya lalu berjalan ke samping sofa dan mengambil telepon selulernya. Melihat nama di panggilan tak terjawab pada layar telepon itu, hatinya terasa seperti dicengkeram dengan keras sehingga dia merasa begitu sesak. Jempolnya menyentuh lembut nama di layar itu, tetapi akhirnya dia mematikan teleponnya tanpa menghubungi kembali penelepon itu.
Saat ini dia tidak sanggup untuk menghadapi Lan Qianyu.
Xiao Qi meletakkan teleponnya dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di atas sofa lalu mengenakannya dengan cepat. Pikirannya dipenuhi oleh Lan Qianyu. Entah bagaimana kondisi lukanya, saat ini dia seharusnya berada di sisinya dan menemaninya.
Bai Lu berjalan dengan kaki telanjang dan memeluk pinggang Xiao Qi dari belakang, dia lalu berkata dengan manis, "Kenapa cepat sekali sudah mau pergi?"
"Lepaskan." Xiao Qi mengerutkan keningnya, wajahnya dipenuhi kebencian dan kegelisahan. Dia hanya berbisnis dan memanfaatkan Bai Lu saja, dia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Xiao Qi tidak menyukai Bai Lu. Dulu, sekarang dan di masa depan pun dia juga tidak akan pernah menyukainya…
Bai Lu tidak marah, tetapi hanya mengeluh, "Kamu ini, setiap kali selalu saja begini…"
Xiao Qi menarik tangan Bai Lu dan mendorongnya menjauh tanpa perasaan. Dia lalu mengenakan kemejanya dan memasang kancingnya satu per satu.
"Baiklah, kalau memang kamu begitu terburu-buru untuk pergi, aku juga tidak akan menahanmu." Bai Lu tidak lagi menyulitkannya, dia lalu duduk di ujung tempat tidur dan menyalakan rokok khusus wanita dan menghisapnya dengan anggun. Wajahnya yang cantik itu tampak semakin mempesona di tengah kepulan asap rokok. Tetapi bagi Xiao Qi, selalu ada semacam perasaan kuat yang terlihat di wajahnya yang memberikan kesan bahwa dia bukanlah orang yang baik secara alami.
Xiao Qi tidak mengindahkannya. Setelah selesai berpakaian, dia mengambil telepon seluler dan kunci mobilnya lalu langsung berjalan ke luar.
"Kamu belum mendengar cara yang itu." Bai Lu berkata dengan nada tidak cepat namun juga tidak lambat. Alisnya terangkat dengan cantik.
Xiao Qi langsung menghentikan langkahnya. Benar juga, bukankah dia datang ke hotel dan tidur dengan Bai Lu karena Bai Lu akan mengatakan sebuah cara yang bagus dan pasti bisa membantunya? Kalau dia pergi begitu saja, semua usahanya malam ini akan menjadi sia-sia.
Walaupun Xiao Qi sangat tidak menyukainya, tetapi dia harus mengakui kalau setiap kali dia mengalami krisis, Bai Lu selalu berada di belakangnya untuk menolongnya. Meskipun terkadang keluarga Bai Lu belum tentu bisa membantu, tetapi dia selalu dapat menasihati dan memberikan jalan keluar yang sangat menguntungkan baginya.
Xiao Qi membalikkan badannya, nada suaranya sedikit melembut, "Cara apa?"
Bai Lu menepuk-nepuk tempat di sebelahnya sambil memainkan dagunya, memberikan isyarat kepada Xiao Qi untuk duduk di sana.
Xiao Qi mengerutkan keningnya sejenak, tetapi dia tetap mendatangi Bai Lu dan duduk di sampingnya. Bai Lu meniupkan asap rokok dari dalam mulutnya ke wajah Xiao Qi, bibirnya yang merah sedikit terbuka, "Kamu ini, sebentar dingin sebentar panas, benar-benar menyakitkan hati."
"Cepat katakan, jangan bertele-tele lagi." Xiao Qi menggenggam tangan Bai Lu sambil menekan perasaan cemas yang menusuk dan membujuknya dengan sabar, "Sekarang ini perusahaan keluarga Xiao benar-benar tidak berdaya, keadaannya sudah gawat, aku tidak ada waktu lagi untuk berlama-lama."
"Kamu benar-benar mengkhawatirkan perusahaan atau mau segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Lan Qianyu?" Bibir Bai Lu mengeluarkan senyuman dingin mencemooh. Dia dan Xiao Qi tumbuh besar bersama-sama, dia sangat memahami pria itu. Hanya dengan melihat ekspresi wajah dan sorot matanya, dia bisa mengetahui apa yang ada di pikiran Xiao Qi.
"Kamu mau bilang atau tidak? Kalau tidak mau ya sudah." Kesabaran Xiao Qi habis, dia pun berdiri dan hendak pergi.
Bai Lu bergegas menahannya, "Kalau kamu setuju untuk menemaniku satu hari lagi, maka aku akan mengatakannya. Aku jamin, cara ini pasti bisa membantumu."
"Coba katakan dulu idemu." Xiao Qi tidak mau mengalah lagi.