Steve dan Yami saling memandang. Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak siksaan yang mereka rasakan ketika menghadapi mata penuh harap Bryan setiap malam. Mereka benar-benar tidak tega membiarkan anak kecil itu kecewa lagi dan lagi.
"Bryan, ayo pulang, waktunya makan malam."
Suara Shia Tang terdengar dari teras, seketika hal itu membuat mereka berdua merasa lega. Namun, Bryan segera menahan diri dari kekecewaan, dan hal tersebut yang membuat mereka lebih tertekan. Anak itu terlalu cepat dewasa, ia bahkan mengerti supaya tidak membuat ibunya khawatir.
"Shia!" panggil Bryan sambil berlari ke pelukan Shia Tang, dan dengan manja menggosok-gosokan dirinya ke pelukan Shia Tang. "Aku sangat cinta Shia!" lanjutnya. Sebenarnya, anak ini diam-diam mengusap air mata yang jatuh secara tidak sengaja.
Shia Tang kemudian mengusap kepala putranya dan menatap Steve sambil tersenyum dan bertanya, "Bryan datang untuk mengganggu kalian lagi?"