Warning 18+
Billy Li merasakan anggota tubuhnya mati rasa ketika bibir merah muda yang lembut itu berada di hadapannya. Meskipun sudah pernah membelai seluruh tubuh Shia Tang dan memahami setiap jengkal bagian tubuhnya dengan seksama, Billy Li belum pernah mencium bibir perempuan itu. Ternyata, hal seperti ini saja bisa membuatnya sangat terkejut.
Gerakan Shia Tang yang kaku membuat mata Billy Li berkilat. Tangannya yang besar segera meraih kepala Shia Tang, merebut apa yang menjadi haknya. Gerakannya yang tiba-tiba membuat Shia Tang kebingungan.
Gemercik air yang mengalir menyembunyikan ketidakjelasan mereka berdua. Pakaian dari pria dan wanita tersebut dibiarkan berserakan di lantai. Sosok prianya yang kuat sangat kontras dengan tubuh wanitanya yang mungil.
"Aku pernah mengajarimu, apa kamu melupakannya?" Billy Li meraih tangan Shia Tang dan berbisik dengan parau.
"Tidak! Aku tidak ingat..." Shia Tang dengan malu-malu menyangkalnya.
"Tidak apa-apa. Kita bisa memulai dari awal lagi. Aku ini guru yang baik." Billy Li menyunggingkan senyum, lalu kembali mencium Shia Tang.
Angin laut bertiup sepoi-sepoi, menggerakkan pohon-pohon kelapa yang yang berwarna hijau. Namun, sulit untuk memadamkan panas dari seluruh tubuh mereka berdua. Getarannya semakin mendesak, perlahan-lahan semakin mendalam.
Di kamar tidur yang indah itu, terlihat lampu oranye yang tampak redup, dan tempat tidur besar yang berantakan. Tubuh mereka saling menempel satu sama lain. Dari awal, tubuh Shia Tang telah mengkhianati hatinya. Ia melakukan yang terbaik dibawah kurungan tubuh Billy Li.
Di malam yang panjang itu, Billy Li tidak tahu apakah Shia Tang merasa puas atau tidak. Tapi, mereka sepertinya ingin tetap berlama-lama dalam posisi terebut.
Malam akan segera berakhir, Shia Tang bangun dengan perasaan senang saat menyadari sebuah lengan kekar melilit pinggangnya. Sementara itu, ia berbaring di lengannya yang lain. Tubuh mereka saling berhadapan. Jika Shia Tang mendekatkan sedikit kepalanya tepat ke dada Billy Li, ia bisa mendengar detak jantung pria itu.
Akan tetapi, Shia Tang tidak melakukannya. Ia mematung, tidak berani bergerak. Sepasang matanya hanya menatap lelaki buas yang kelelahan ini dalam keheningan. Mungkin, Billy Li sangat kelelahan sehingga dia tidak bergegas pergi! Pikir Shia Tang dalam hati. Billy Li memelukku seperti ini juga hanya karena untuk mencari kenyamanan kan?
Kelembutan yang ditunjukkan oleh seorang pria yang tidak memiliki hati, meskipun entah ini sungguhan atau hanya pura-pura. Jika menganggap semua ini sungguhan, Shia Tang benar-benar bodoh.
Shia Tang mungkin seorang pengecut dan mungkin juga hanya manusia rendahan. Tetapi, ia tidak sebodoh itu untuk meremehkan diri sendiri. Sekarang, ia hanya ingin meninggalkan Billy Li dan kembali ke dunianya sendiri. Hidup dengan tenang, tidak mengganggu siapapun, dan tidak ingin siapapun mengganggu dirinya.
Setelah memandangi wajah Billy Li begitu lama, Shia Tang mengambil napas dalam-dalam dan dengan mengangkat kedua tangan, perlahan-lahan mendekati lehernya. Bayangan foto yang ia lihat di dinding itu seperti hantu.
Billy Li yang baru saja akan tertidur merasakan lehernya tiba-tiba menegang, seolah-olah telah terjepit oleh sesuatu. Ia mengusap mata hitamnya yang tajam dan secara refleks meraih tangan kecil Shia Tang yang terus-menerus menekan lehernya.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" terdengar suara serak dan dingin itu setelah percintaan panas mereka. Kekuatan Shia Tang sama sekali tidak terasa bagi Billy Li.
"Cekik dia, dia tidak akan bisa mencekik ku!" Shia Tang tidak mau berhenti. Tubuhnya tengkurap di atas tubuh Billy, seperti terkena mantra. Ia mencekik leher Billy Li lebih ganas lagi.
Billy Li menggenggam kedua pergelangan tangan Shia Tang dalam-dalam, Ia menarik tubuh Shia Tang, lalu membaliknya dan menekan perempuan itu di bawah ikatannya. Kemudian, meletakkan kedua tangan Shia Tang diatas kepalanya. Saat ini Billy Li sedang dipenuhi dengan amarah.
"Hanya orang gila sepertimu yang berani melakukan ini padaku!" bentak Billy Li dan melepaskan tangannya dengan dingin. Ia lalu bangkit dan mengenakan jubah mandinya. Tanpa menatap Shia Tang lagi, ia melangkah keluar dari ruangan.
Setelah Billy Li berjalan keluar dari kamar, Shia Tang yang berada di atas tempat tidur seperti kerasukan hantu. Perlahan-lahan, matanya kembali sadar. Ia segera menarik diri ke dalam selimut, seluruh tubuhnya terlihat gemetaran.
Dengan cara ini, Billy Li tidak akan lagi meragukanku sebagai orang gila, kan? Hanya saja, mengapa kalimat yang baru saja Billy Li ucapkan terdengar seperti sesuatu yang tidak biasa? Pikir Shia Tang kemudian...