Shia Tang kemudian meminum teh tersebut, sambil menunggu Sheryl Xia membuka pembicaraan. Sheryl Xia tahu bahwa ia telah berubah, ia bukan lagi wanita yang berpikir, jika hidup di dunianya sendiri, maka ia akan tenang dan aman. Meskipun matanya terlihat acuh tak acuh, tetapi saat ini ia lebih kuat dan tegas.
"Shia, aku hamil." kata Sheryl Xia sambil bergumam. Setelah berdiam untuk waktu yang lama, ia akhirnya membangkitkan keberanian untuk memulai topik pembicaraan.
Pada awalnya, perkataan Sheryl Xia seperti menusuk hati Shia Tang dengan pisau yang tajam. Ia tahu bahwa tangannya sendiri sedang gemetar, tetapi ia berusaha menjaganya tetap stabil, karena kakak keduanya berkata bahwa kalau dirinya tidak boleh menunjukkan emosinya di depan lawannya. Kalau tidak begitu, ia tidak hanya akan dipandang rendah, tetapi juga akan sulit untuk memenangkan rasa hormat.