Setelah keluar dari lift, terlihat Steve sudah menunggu Shia Tang di luar lift, seperti ratu yang disambut, hal ini sangat tidak cocok baginya. Ia berhasil masuk ke dalam kantor presdir, karena dibimbing langsung oleh Steve. Lalu, sekretaris yang berada di luar ruangan, semuanya menundukkan kepala kepadanya, kemudian mereka kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Shia Tang tidak tahu apakah karyawan perusahaan lain juga begitu berdedikasi, tapi ia berpikir kalau mereka semua adalah dari kalangan elit. Seolah-olah mereka sudah dilatih agar bisa bekerja secara kompak.
"Bos, nyonya sudah datang." kata Steve sambil mengetuk pintu dua kali, membukanya, lalu menginformasikan kepada Bosnya dan memberi isyarat kepada Shia Tang untuk masuk.
Begitu Shia Tang melangkah masuk, pintu yang ada di belakangnya pun menutup. Ia melihat Billy Li duduk di kursi terhormat dengan suasana serius karena sedang bekerja. Melihat pena Billy Li yang berada di antara jari-jarinya bergerak tidak berhenti menulis, lalu ia teringat dengan tangan yang memegang pena sambil mengepal itu. Seperti tersihir berulang-ulang dengan penuh kelembutan, ia mengingat bahwa tangan itu pernah membelai-belai tubuhnya.
Meskipun tidak ada cinta tetapi setelah itu, setiap berhubungan seks mereka berdua memiliki kecocokan yang tak tertandingi. Kecuali saat pertama kali mereka melakukannya, Billy Li memberikan rasa sakit yang mengerikan kepada Shia Tang.
"Apa yang kamu lamunkan? Apa kopi itu tidak cukup dingin?" kata Billy Li setelah itu. Kepalanya memang masih belum terangkat, tetapi ia tahu setelah Shia Tang memasuki pintu, Shia Tang terus berdiri dan tetap tidak bergerak seperti orang bodoh.
"Kantormu pasti memiliki lebih banyak kopi tingkat atas dan juga barista kopi yang lebih professional. Lalu, untuk apa menyuruhku mengantarkan kopi dari kafe kami?" tanya Shia Tang. Bahkan, Billy Li juga tidak mau minum kopi yang sudah dingin.
Shia Tang kemudian memberikan kopi itu ke hadapan Billy Li, sebenarnya suhu kopinya juga masih pas. Billy Li akhirnya menandatangani dokumen resmi terakhirnya, meletakkan pena, lalu mengambil kopi yang Shia Tang antarkan untuknya. Menyeruput kopi itu, lalu membiarkan dirinya bersandar dengan santai di kursi. Mata hitamnya yang tajam itu memandangi Shia Tang.
Gaun merah muda dengan setengah lengan panjang membuat kulit Shia Tang terlihat lebih halus dan cerah. Rambut halusnya menyebar di sekitar bahu, ia juga mengenakan jepit rambut bermotif bunga di kepalanya. Gaun sederhana seperti itu tidak mengurangi sedikitpun kecantikannya. Namun sebaliknya, Shia Tang terlihat lebih segar, mirip seperti gadis kecil anak tetangga sebelah rumah.
"Manis sekali, berapa banyak gula yang kamu tambahkan?" tanya Billy Li tiba-tiba, sambil melihat kopi di tangannya dan langsung mengerutkan kening.
"Benarkah? Aku hanya menambahkannya sedikit!" kata Shia Tang, karena sebenarnya secangkir kopi ini ia sendiri yang membuatnya. Ia tidak percaya, kemudian mengambil kopi di tangan Billy Li lalu meminumnya. Ia sama sekali tidak memperhatikan kilatan mata pria di depannya itu.
"Ugh, pahit sekali!" katanya. Kopi itu masuk ke dalam mulutnya, seluruh wajah Shia Tang berkerut. Orang-orang yang tidak tahu, mungkin akan mengira jika melihatnya sekarang, ekspresinya seperti sedang minum obat tradisional asli Tiongkok.
"Katakanlah, kapan kamu akan tidak mudah ditipu?" kata Billy Li, ia mengambil kembali kopi yang berada di tangan Shia Tang. Dengan lembut menarik tubuh Shia Tang untuk duduk di pangkuannya, lalu meminum kopi kembali tepat di bekas bibir Shia Tang.
Kemudian, Shia Tang menyadari bahwa dirinya telah ditipu, ia melihat lagi ciuman tidak langsung antara dirinya dan Billy Li. Dengan malu mencoba mendorongnya, namun ia malah tidak bisa bergerak karena Billy Li menggenggam erat pinggang rampingnya.
"Apa ada urusan, lalu mencariku?" Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Shia Tang hanya bisa mencari topik pembicaraan. Billy Li pasti ada sesuatu, maka dari itu menyuruhku untuk datang. Tapi kenapa harus melakukan suatu hal yang intim seperti ini? Menurutku, keintiman seperti ini seharusnya dimiliki oleh dua orang yang dekat satu sama lain. Katanya dalam hati. Karena Billy Li dan Shia Tang paling tidak, mereka berdua hanyalah dua orang asing yang paling tidak akrab.
"Apa itu?" Billy Li tidak menjawab pertanyaan Shia Tang tetapi malah balik bertanya, pandangannya jatuh pada sesuatu yang di bawanya saat ini.
"Mau Chocolate mousse? Kupikir karena aku di sini, aku akan membawakan hidangan penutup tambahan. Ini tidak manis, mungkin kamu akan menyukainya." kata Shia Tang, tidak berani menjawab dengan santai.
"Kau membawanya khusus untukku?" kata Billy Li dan bibirnya sedikit menyunggingkan senyum, tatapannya saat ini menatap Shia Tang dengan hangat.
"Hanya bermaksud membawakannya saja!" dengan terburu-buru Shia Tang mencoba untuk menjelaskan, ia tak ingin Billy Li salah paham pada dirinya.
Wajah Billy Li kemudian kembali menggelap, tangan besarnya menepuk paha Shia Tang, "Tubuhmu tegang sekali, kamu takut kalau aku akan memakanmu?" tanyanya...