"Apa kamu mau mencobanya? Aku akan membukanya untukmu!" kata Shia Tang ingin menghindari posisi yang aneh itu. tiba-tiba tangan besar Billy Li menyingkirkan coklat itu. Chocolate Mousse yang ada di atas meja kerjanya dengan tepat jatuh ke dalam tong sampah yang ada di bawah meja. Shia Tang sedikit menghela nafas, sikap Billy Li yang tak tahu terima kasih ini membuat hatinya sedikit tertekan.
"Cokelat ini terbuang karena kamu bicara tidak sesuai dengan hatimu!" jawab Billy Li sambil tangannya menunjuk bagian dada Shia Tang.
Seluruh tubuh Shia Tang langsung gemetar, ekspresi wajahnya malu. Bagaimana bisa Billy Li menyalahkanku hanya karena masalah cokelat? Tanyanya dalam hati.
"Ada apa kamu memanggilku kemari?" tanya Shia Tang, hanya ingin segera mengetahui maksud Billy Li, ingin cepat pergi dari sini.
"Jika harus ada urusan, apa ini juga termasuk?" Kata-kata Billy Li yang meluncur begitu saja, tiba-tiba tangannya yang besar menunjuk dada Shia Tang dan perlahan-lahan masuk ke dalam bajunya.
"Jangan lakukan ini..." kata Shia Tang sambil merasakan seluruh tubuhnya lemas, kedua tangannya secara naluriah meraih bahu Billy Li untuk menstabilkan diri.
"Tidak boleh?" tanya Billy Li. Mata hitamnya menyipit dan gerakan tangannya bahkan makin tidak terkendali.
"..." Shia Tang diam saja tidak bisa menjawab pertanyaan Billy Li. Ia menatapnya dengan tatapan malu dan sebal. Jika tidak boleh lalu bagaimana? Billy Li adalah tipe orang yang akan melakukan apapun, apa yang ingin ia lakukan. Sifat diktator dan bengisnya, sudah lama aku mengetahuinya. Mana bisa sekali saja dengan mudah aku menolaknya? Tanyanya dalam hati.
"Apa hari ini, kamu sedang dalam masa subur?" tanya Billy Li sambil menciumi leher seputih salju milik Shia Tang. Tubuh Shia Tang secara alami selalu mengeluarkan aroma manis yang samar. Billy Li juga memperhatikan bahwa ia belum pernah menggunakan parfum sebelumnya.
Jika mengatakan kalau hari ini aku dalam masa subur, apa Billy Li akan menghentikan tindakannya? Pikir Shia Tang.
"Kamu akan percaya, jika aku bisa menyuruh Steve untuk membeli rumah truk dalam sepuluh menit?" tanya Billy Li sambil menciumi sisi leher Shia Tang. Ujung lidahnya menjilati telinga Shia Tang, seolah memperingatinya bahwa yang terbaik adalah menjawab pertanyaannya dengan jujur.
Shia Tang hanya bisa mengangguk dengan frustrasi. Jika dia menyuruh Steve untuk membeli rumah truk, kalau begitu bagaimana aku bisa bertemu dengan orang-orang nantinya? Pikirannya seketika kacau. Bulan lalu periode menstruasi Shia Tang terlambat beberapa hari, kemungkinan hari ini dia masih termasuk dalam periode aman.
"Aku menyuruh Steve memesan makanan, sebelum makanannya datang, lebih baik kita melakukan hal lain!" kata Billy Li, ia tidak mau pernyataannya ditolak. Lalu ia mendongakkan kepala, menarik tubuh Shia Tang, dan mencium bibir merahnya.
Ini juga bukan pertama kalinya bagi mereka yang tak saling mencintai dan menyayangi. Namun Shia Tang lama-lama sudah terbiasa dan akhirnya bisa mengimbangi sifat menuntut dari Billy Li.
Aroma kopi yang samar memenuhi bibir dan gigi keduanya. Billy Li mencium Shia Tang dengan dalam dan terburu-buru, memeluknya, lalu meletakkannya di atas meja.
"Uh… Jangan!" kata Shia Tang dengan takut meraih tangan Billy Li, wajahnya terlihat malu dan kacau.
"Kamu ingin menolak? Apa kamu bisa menolak?" mata hitam Billy Li memerah karena marah, bertanya kepada Shia Tang dengan tidak senang.
"Jangan di sini... Steve bisa masuk kapan saja!" Shia Tang mengatakan itu sambil menggigit bibir bawahnya, ia berbisik mengeluarkan bunyi seperti suara nyamuk.
Billy Li tahu jika Shia Tang tidak ingin menolak, wajah tidak senangnya dalam sekejap menghilang. Ia menunduk dan menggigit pelan telinga Shia Tang, lalu berkata dengan suara rendah dan menggodanya, "Mari kita lihat apa Steve akan masuk kesini atau tidak?"
"Tidak! Uh..." teriak Shia Tang ketakutan, ternyata Billy Li begitu berani mengambil risiko. Jika benar akan ketahuan oleh Steve mereka berdua sedang hubungan suami istri, ia tidak tahu lagi harus bagaimana.
Billy Li dengan tegas memotong perkataan Shia Tang dengan menciumnya, tidak akan lagi memberinya kesempatan untuk menolak. Ia memaksanya dengan kuat, menikmati rasa manis, dan juga keindahan milik Shia Tang.
Sebenarnya Steve tahu, jika Shia Tang sedang berada di dalam kantor Bosnya, maka secara alami ia akan menebak kalau di dalam kantor Bosnya sangat mungkin bisa terjadi suatu hal diluar batas. Jadi, jika tidak ada masalah yang terlalu mendesak, Steve tidak akan mengganggu. Bahkan jika ada sesuatu, Steve akan menelepon terlebih dahulu dan bertanya. Orang yang pernah Billy Li latih tidak akan begitu gegabah.
Tak lama kemudian, ruangan kantor itu penuh dengan suasana musim semi. Kegiatan mereka masih berlanjut, sampai terdengar suara ketukan pintu kantor dari luar. Tubuh Shia Tang tiba-tiba menegang, ia dengan ketakutan segera membuka mulut dan menggigit bahu Billy Li. Menahan dirinya sendiri supaya tidak mengeluarkan suara.
"Shhh..." Tindakan Shia Tang membuat Billy Li tidak tahan untuk mendesah, kemudian ia mengabaikan lagi suara ketukan pintu itu…