Setelah Han Jingnian berdiri, Xia Wanan mengambil ponselnya yang diambil saat membantu Han Jingnian berdiri. Dia melihat layar ponsel yang ternyata sudah pukul sebelas malam. Kemudian Xia Wanan menggunakan tubuh kecilnya untuk menopang Han Jingnian sambil menunjuk ke tangga. "Sekarang kurasa lift-nya sudah selesai diperbaiki. Mau naik lift ke lantai atas atau lantai bawah?"
Han Jingnian tidak mengatakan apapun dan hanya menunjuk ke lantai bawah.
Han Jingnian hampir tidak mengeluarkan usaha untuk berjalan. Selama perjalanan, Xia Wanan lah yang menggunakan seluruh tenaganya untuk membantu Han Jingnian masuk ke dalam lift.
Setelah memasuki lift, Xia Wanan tadi teringat kalau Han Jingnian menunjuk ke lantai bawah. Dia berpikir Han Jingnian memang akan turun ke lantai bawah, sehingga secara reflek Xia Wanan mengangkat tangan untuk menekan tombol ke lantai satu. Namun sebelum jarinya menyentuh tombol lantai, Han Jingnian yang sedang bersandar di sampingnya langsung meraih tangan Xia Wanan dan mengarahkannya agar menekan tombol lift ke lantai paling atas.
Telapak tangan Han Jingnian yang kering memancarkan kehangatan, tapi ujung jarinya sedikit dingin.
Jantung Xia Wanan langsung berdetak kencang karena sentuhan tangan Han Jingnian. Untuk sesaat Xia Wanan lupa menarik tangannya dari telapak tangan Han Jingnian.
Setelah Xia Wanan sadar dari lamunannya, dia masih melihat Han Jingnian memegang tangannya. Wajah Xia Wanan sedikit memerah menyadari hal itu, lantas Xia Wanan dengan lembut melepaskan tangannya dari telapak tangan Han Jingnian. Kemudian untuk menutupi kecanggungannya, Xia Wanan mencari topik pembicaraan, "Apa kau akan kembali ke ruanganmu?"
Han Jingnian yang masih menatap telapak tangannya yang kosong hanya menjawab, "Ya."
"Ini sudah terlalu malam. Kau mau lembur?"
"Tidak," ada jeda sebentar, lalu Han Jingnian melanjutkan, "istirahat."
"Oh." Tepat setelah Xia Wanan menanggapi ucapan Han Jingnian, terdengar bunyi 'ting', lalu pintu lift terbuka.
Xia Wanan berpikir kalau Han Jingnian akan istirahat untuk sementara waktu. Tapi Xia Wanan tidak mengira kalau Han Jingnian malah memintanya untuk membantunya berjalan ke arah ruang santai di kantor.
Harusnya Xia Wanan sekarang sudah memakai selimut dan berbaring di tempat tidur lalu memejamkan mata, bukannya berada di kantor sepanjang malam seperti orang bodoh bersama Han Jingnian.
Apa Han Jingnian bermaksud untuk tidur di sini?
Xia Wanan mengerjapkan matanya dengan sedikit iri. "Kau mau tidur di sini?"
Han Jingnian menutup matanya sambil menunduk. "Ya."
"Oh..." Xia Wanan begitu iri sampai nyaris meneteskan air liur. Dia juga ingin segera tidur di kasur!
Xia Wanan merasa kalau keadaan Han Jingnian jauh lebih baik daripada saat ada di tangga. Xia Wan berpikir mungkin Han Jingnian sudah baik-baik saja, jadi Xia Wanan akan pulang untuk mandi dan tidur. "Kalau begitu, kau istirahatlah yang nyaman. Aku juga akan pulang dan tidur."
Setelah berkata demikian, Xia Wanan mengambil ponselnya dan bersiap untuk pergi.
Xia Wanan baru saja berbalik dan belum melangkahkan kakinya, tiba-tiba Han Jingnian yang berbaring berkata, "Kemarilah!"
Xia Wanan menolehkan kepalanya untuk melihat Han Jingnian. "Apa?"
"Kemarilah!" Han Jingnian mengulangi ucapannya meskipun dengan nada tidak sabar.
Kemari? Aku disuruh kembali padanya untuk melakukan apa?
Sambil terus bergumam, Xia Wanan melangkahkan kakinya mendekati Han Jingnian. Sebelum Xia Wanan mencapai tempat Han Jingnian berbaring, tiba-tiba Han Jingnian mengulurkan tangannya dan menarik Xia Wanan, membuat Xia Wanan yang tidak siap langsung jatuh berbaring di sampingnya.
Hei? Apa maksudnya ini, Han Jingnian?
Xia Wanan secara refleks ingin kembali duduk. Tapi belum sempat dia duduk, sebuah selimut sudah menyelimuti tubuhnya. "Tidurlah."
Tidurlah?
Apakah maksud Han Jingnian adalah menyuruh Xia Wanan untuk tidur bersamanya?
Xia Wanan masih tertegun. Dia hanya bisa mengiakan, setelah itu Xia Wanan bermaksud mengambil ponsel untuk mematikan senternya yang masih menyala.
Namun, sebelum ujung jari Xia Wanan sempat menyentuh layar, Han Jingnian tiba-tiba menyambar ponselnya. "Sudah, tidur saja."