Namun, sebelum ujung jari Xia Wanan sempat menyentuh layar, Han Jingnian tiba-tiba menyambar ponselnya. "Sudah, tidur saja."
Setelah mengatakannya, Han Jingnian menaruh ponsel Xia Wanan di sisi lain bantalnya.
Sudah, tidur saja?
Apa maksud Han Jingnian adalah tidur dengan posisi senter ponselnya tetap menyala?
Tidak tahu apakah karena sudah terlalu malam sehingga tidak ada yang datang untuk memperbaiki listrik gedung ini, atau memang listriknya masih belum diperbaiki. Sekarang seluruh gedung dalam keadaan mati lampu. Saat Xia Wanan menemukan Han Jingnian dalam kegelapan, kondisinya tidak begitu baik. Tapi setelah melihat cahaya dari ponsel Xia Wanan, kondisi Han Jingnian menjadi sedikit lebih baik. Sulit dipercaya, seseorang yang begitu terhormat seperti Han Jingnian sebenarnya takut dengan kegelapan?
Setelah Xia Wanan memikirkannya, dia secara refleks mengangkat kepala dan menatap Han Jingnian.
Cahaya dari senter ponsel menerangi seluruh tempat tidur.
Sambil diterangi dengan cahaya ponsel, Xia Wanan melihat kalau pria itu berbaring di sampingnya dengan wajah tenang, seolah-olah sudah tidur.
Bulu mata Han Jingnian panjang. Bahkan alisnya indah seperti alis seorang gadis. Rambutnya sedikit berantakan dan wajahnya sedikit pucat. Seluruh orang yang melihatnya pasti berpikir kalau Han Jingnian seperti anak laki-laki dari keluarga kerajaan yang sedang sakit dan keluar dari buku komik.
Xia Wanan terus melihat Han Jingnian dengan tatapan tertegun. Dia tiba-tiba paham. Xia Wanan bukan seseorang bagai anjing yang tidak bisa melupakan cinta pertamanya. Dia tidak bisa melupakan cinta pertamanya karena keseluruhan tubuh Han Jingnian memang benar-benar sempurna.
Menatap keindahan wajah Han Jingnian seperti candu bagi Xia Wanan. Setelah menatapnya cukup lama, Xia Wan berangsur-angsur tertidur.
Ketika Xia Wanan sudah tidur dengan nyaman, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang aneh di sekitarnya.
Xia Wanan membuka matanya perlahan dan melihat kalau ruangan itu tampak gelap. Dia pun bergumam, "Bagus sekali, matahari masih belum terbit." Kemudian Xia Wanan berbalik untuk melanjutkan tidurnya.
Hanya saja kali ini Xia Wanan masih belum benar-benar tertidur lagi. Saat itu dia tiba-tiba mendengar napas yang terengah-engah.
Xia Wanan menutup matanya selama tiga detik. Lalu setelah memahami apa yang terjadi, dia langsung bereaksi dengan membuka matanya dan melihat ke samping.
Itu adalah suara napas Han Jingnian yang sedang berbaring di sampingnya. Dia menggigil begitu parah dengan napas terengah-engah. Ketika Xia Wanan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, dia menyadari kalau seluruh pakaian Han Jingnian basah oleh keringatnya sendiri.
Apa Han Jingnian sedang mimpi buruk? Sebenarnya apa yang terjadi dengannya?
Xia Wanan langsung mencoba untuk membangunkannya. "Han Jingnian?"
"Han Jingnian?"
Xia Wanan memanggilnya beberapa kali. Ketika melihat Han Jingnian tidak kunjung menjawabnya, dengan segera dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang berada di samping bantal Han Jingnian. Kemudian Xia Wanan melihat lampu senter ponselnya mati karena baterai ponselnya sudah habis.
Xia Wanan menaruh kembali ponselnya dan mencoba untuk menyalakan lampu meja yang berada di dekatnya. Apa listriknya masih belum diperbaiki?
Ponselnya sudah tidak bisa digunakan dan listrik ruangan itu juga masih belum menyala.
Xia Wanan benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi melihat keadaan Han Jingnian yang semakin lama semakin memburuk. Xia Wanan mencoba mengingat kembali cara ketika mengalami mimpi buruk waktu masih kecil. Ibunya dulu menepuk lembut punggung Xia Wanan untuk menghilangkan mimpi buruk yang dia alami. Xia Wanan mencoba menerapkannya pada Han Jingnian dengan menepuk punggungnya. "Anakku sayang."
Uhh … Dua kata yang dikatakan ibu Xia Wanan padanya, tidak bisa digunakan pada Han Jingnian.
"Han Jingnianku sayang."
Terdengar sangat aneh ... Tapi Xia Wanan merasa kalau kondisi Han Jingnian sedikit membaik.
Caranya begitu aneh, tetapi sepertinya berhasil?
Xia Wanan menguatkan diri sendiri untuk terus melakukannya seperti seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya. "Han Jingnian yang pintar … Tidurlah … Tidak ada apa-apa, jangan takut..."
Ruangan gelap itu sangat sunyi, hanya suaranya yang pelan dan lembut terus terdengar.
Han Jingnian secara perlahan menjadi tenang, lalu Xia Wanan meletakkan tangannya untuk memeluknya. Setelah itu Han Jingnian terlihat tenang kembali.