Chereads / Buka Matamu dan Lihat Aku / Chapter 25 - Bintang Paling Cemerlang Malam Ini (1)

Chapter 25 - Bintang Paling Cemerlang Malam Ini (1)

Xia Wanan berhenti berjalan dan menoleh pada asisten Zhang yang memanggilnya.

Begitu berbalik, yang pertama kali Xia Wanan lihat adalah sosok Han Jingnian. Namun sesaat kemudian dia segera mengalihkan tatapannya pada wajah asisten Zhang.

Wajah asisten Zhang yang tersenyum tampak seperti bunga persik, dan dia bergegas menghampiri Xia Wanan. "Nyonya muda, hari ini adalah akhir pekan dan Anda seharusnya tidak ada acara apapun. Karena tidak ada acara, Anda seharusnya bisa menemani Direktur Han menghadiri jamuan makan malam perusahaan nanti malam."

Asisten Zhang berkata sambil memohon. Dia menepukkan kedua tangannya di depan tubuh dan berkata, "Nyonya muda, ini benar-benar darurat. Jika Anda tidak membantu, tidak ada yang bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Nyonya muda, seperti kata pepatah, 'Menyelamatkan satu nyawa lebih berjasa daripada pembangun pagoda tujuh tingkat'. Jadi tolong bantu kami. Di masa depan saya akan mengingatnya dalam hati, bahkan saya tidak akan mengeluh jika di masa depan saya harus bekerja sangat keras…"

Masalahnya, sepertinya hal ini tidak bisa diputuskan oleh Xia Wanan dan asisten Zhang sendiri.

Xia Wanan memikirkan hal itu lalu menatap Han Jingnian. Pria itu tidak mengucapkan apapun untuk menghentikan usulan asisten Zhang. Tapi wajah Han Jingnian juga tidak menunjukkan kalau dia butuh bantuan Xia Wanan. 

Asisten Zhang melihat Xia Wanan tetap diam. Dia pikir Nyonya Xia Wanan tidak bersedia menjadi pendamping bossnya untuk jamuan. Dalam hatinya, asisten Zhang begitu mengagumi Nyonya Xia. Dia berpikir hanya Nyonya Xia yang pantas mendampingi direktur. Tanpa menunggu jawaban dari Direktur Han, asisten Zhang kembali memohon pada Xia Wanan, "Tolonglah Nyonya muda. Saya mohon bantulah kami…"

Sikap yang dilakukan asisten Zhang, jika saja dia memiliki satu ekor di belakang tubuhnya, mungkin asisten Zhang akan bersikap seperti seekor anjing dengan wajah memelas yang meminta makanan.

Hal pertama yang Xia Wanan lihat dari ekspresi asisten Zhang adalah, pria itu tampak seperti seseorang yang punya banyak pikiran. Kedua, Xia Wanan takut tidak bisa menahan senyumnya ketika memandang wajah memohon asisten Zhang. Lalu dia hanya bisa berkata, "Aku tidak bisa berpendapat akan masalah itu. Tapi bossmu..."

"Nyonya muda, jika Anda tidak bisa berpendapat maka boss juga tidak bisa memutuskan!" Setelah asisten Zhang berkata demikian, dia sadar telah bersikap tidak sopan di hadapan direktur, lalu perlahan senyumnya luntur. Dia lantas menoleh dan menatap Han Jingnian yang sedang duduk di depan meja, berkata, "Bukankah begitu, Direktur Han?" 

Han Jingnian tetap tidak mengucapkan apapun.

Xia Wanan sangat gugup hingga telapak tangannya berkeringat.

Sebenarnya, Xia Wanan bukannya tidak memiliki pendapat atas permintaan asisten Zhang. Namun jika dia mengatakan apa yang ada di pikirannya, bukankah jadinya terlalu ceroboh? Tapi jika Xia Wanan menolaknya, maka dia…

Ketika Xia Wanan berpikir, Han Jingnian tiba-tiba berkata kepada asisten Zhang dengan wajah tanpa ekspresi, "Menurutmu?" Setelah itu dia kembali menatap layar laptop-nya.

Melihat persetujuan Han Jingnian, asisten Zhang yang pusing memikirkan hal-hal rumit akhirnya bisa menghela napas lega dan memandang pada Xia Wanan. Lalu dia berkata, "Nyonya muda, saya akan mengantar Anda ke bawah untuk sarapan. Sesudah sarapan, saya akan mengantar Anda ke salon untuk merawat diri. Anda sangat cantik. Berdandanlah dengan baik. Anda harus menjadi bintang paling cemerlang malam ini!" 

Setelah asisten Zhang berkata demikian, dia menunjuk pintu, lalu menuntun Xia Wanan untuk pergi bersamanya.

"Perawatan yang sempurna masih tidak cukup. Anda harus mengukur gaunnya juga. Tunggu sebentar, saya akan menyuruh seseorang untuk mengirimkan gaunnya, setelah itu Anda bisa memilih ... Jadi, Nyonya muda, tolong sebutkan ukuran gaun Anda, dan juga ukuran sepatu..."

Pintunya tertutup dan ruangan itu kembali sunyi senyap.

Han Jingnian yang mulanya menatap layar laptop, mengalihkan pandangannya pada pintu dan terpaku di sana. Setelah beberapa saat, dia melihat ke arah laptop-nya kembali. Jiwanya seolah melayang pergi, lalu beberapa menit kemudian jiwanya kembali lagi. Jari Han Jingnian yang panjang jatuh di atas keyboard, kembali mengetik.

  …

Dengan arahan asisten Zhang, akhir pekan Xia Wanan jadi lebih sibuk daripada biasanya. Xia Wanan sedang merias diri dengan sempurna ketika jam menunjukkan pukul jam enam sore, dan dia bertemu dengan Han Jingnian. Saat itu hanya tersisa satu setengah jam sebelum jamuan makan malam dimulai.