Telepon terhubung dengan cepat, lalu dijawab seseorang, "Halo?"
Suara itu sangat indah dan terdengar tidak asing, membuat Xia Wanan yang sudah bersiap akan mengucapkan sesuatu, jadi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Orang di ujung telepon menunggu beberapa saat. Mendengar tidak ada yang bicara sama sekali, tampaknya dia tidak sabar dan membuka mulut lagi, "Halo?"
Suara itu terdengar lagi, membuat Xia Wanan sadar kalau dia tidak sedang berhalusinasi. Orang yang menjawab telepon benar-benar Han Jingnian.
Nada suaranya terdengar kesal, Xia Wanan jadi takut mengatakan sesuatu. Karena tidak ada jawaban, Han Jingnian bermaksud menutup teleponnya. Namun Xia Wanan dengan cepat berkata, "Umm, ini aku..."
Seseorang seberang sana diam beberapa saat, lalu berkata, "Siapa?"
Hah? Apa maksudnya itu? Apakah Han Jingnian tidak mengenali suara Xia Wanan?
Xia Wanan memegang erat handphonenya, lalu menggerakkan bibirya, "Xia Wanan."
Seseorang yang berada di seberang telepon hanya menjawab, "Oh," dan tidak berkata lagi
Antara Han Jingnian dan dirinya, biasanya memang tak banyak bahan pembicaraan. Dan sekarang kata-kata Han Jingnian terasa sangat asing, membuat Xia Wanan tidak bisa membalas sepatah kata pun. Setelah mengatur kalimat yang akan diucapkannya selama beberapa saat, Xia Wanan berkata, "Aku menelepon karena mau memberitahu pada asistenmu, kalau aku sepertinya tidak bisa pulang selama dua hari ... aku..."
Xia Wanan terdiam sejenak. Dia tidak akan mengatakan dirinya sedang terluka dan dirawat di rumah sakit. "Aku ... ada sesuatu yang harus kuselesaikan dan harus berpergian selama dua hari. Aku khawatir orang tuaku akan menghubungimu dan kamu tidak tahu harus menjawab apa..."
Xia Wanan bicara panjang lebar. Han Jingnian hanya menunggunya berhenti bicara tanpa menginterupsi. Tiga detik kemudian, Han Jingnian di seberang telepon hanya menjawab, "Aku tahu."
Setelah itu Han Jingnian tidak berkata apapun lagi.
Haruskah Xia Wanan menutup teleponnya?
Xia Wanan merasa ragu dan tidak mengucapkan apapun selama dua detik. Namun telinganya mendengar suara Han Jingnian lagi. Suaranya masih diucapkan dengan nada tanpa emosi, "Apa ada hal lain lagi?"
"Ti—" Xia Wanan terkejut dengan suara Han Jingnian yang tiba-tiba, membuatnya secara tidak sengaja menarik punggungnya yang sakit. Suaranya terdengar bergetar menahan sakit, "Tidak ada"
Dia menahan rasa sakitnya dan mencoba menjaga nada suaranya tetap datar, lalu menyelesaikan kata-katanya, "Aku ... kututup teleponnya, sampai jumpa."
Setelah selesai berbicara, Xia Wanan menjauhkan ponsel dari telinganya dan memutus sambungan.
Namun sebelum telepon terputus, Han Jingnian berkata lagi, "Tunggu."
Xia Wanan yang mendengarnya, tetap diam dan tidak berbicara.
Dia masih tetap menunggu, tapi Han Jingnian masih tetap diam. Dengan tidak sabar, Xia Wanan membalas ringan, "Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa..." balas Han Jingnian, lantas menutup teleponnya dua detik kemudian.
Mendengar nada sibuk dari telepon, Xia Wanan diam untuk sementara waktu sebelum menjauhkan telepon dari telinga.
…
Perusahaan Han.
Han Jingnian datang untuk mencari asistennya. Karena asistennya pergi dan telepon di atas meja terus berdering, dia akhirnya mengangkat telepon asistennya.
Begitu asistennya kembali, ketika Han Jingnian menutup telepon, asistennya melirik nomor telepon yang baru saja masuk. Dia berkata tanpa pikir panjang, "Ini panggilan telepon dari nyonya muda. Apa beliau pergi untuk berlibur atau perjalanan bisnis?"
Han Jingnian tidak menanggapi pertanyaan asistennya. Dia menatap komputer untuk mencari informasi yang diinginkan. Setelah menemukannya, Han Jingnian bangkit dan akan kembali ke ruangannya lagi. Setelah dua langkah, tiba-tiba dia tampak memikirkan sesuatu. Han Jingnian lantas memandang asistennya dan bertanya, "Apa dia sering meneleponmu?"