Sudah hampir malam ketika Xia Wanan sampai di apartemen. Xia Wanan lalu memasak tiga jenis masakan dan satu sup.
Xia Wanan sebenarnya tidak makan terlalu banyak. Tetapi jika punya waktu untuk memasak, Xia Wanan akan memasak untuk dua orang.
Benar. Tidak salah. Dia memang memasak untuk dua orang, salah satunya tentu saja untuk Han Jingnian. Meskipun Xia Wanan tahu kalau Han Jingnian tidak akan pulang demi makan dan tidak akan makan bersamanya, tetapi dia masih keras kepala untuk tetap melakukannya setiap waktu.
Karena hanya saat di rumah dan ketika sedang sendirian saja, Xia Wanan baru berani melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Han Jingnian.
Setelah menyiapkan makanan, Xia Wanan meletakkan dua mangkok dan dua pasang sumpit di atas meja. Mangkok di depannya diisi dengan sup sementara sumpit juga diletakkan di sana, kemudian Xia Wanan berkata, "Selamat makan."
Tentu saja hanya hening yang menjawab kalimat Xia Wanan.
Kali ini, Xia Wanan tidak langsung menggerakkan sumpitnya seperti biasa, tapi malah menatap meja dan kursi kosong di seberangnya, seolah-olah Han Jingnian duduk di sana. Dengan suara sangat pelan Xia Wanan berujar, "Jingnian…"
Tuhan tahu, dua kata itu selalu berada di lubuk hatinya yang terdalam.
Xia Wanan merasa Han Jingnian tidak akan pernah tahu kalau Xia Wanan mencintainya, karena Xia Wanan hanya berani menunjukkan cintanya ketika Han Jingnian tidak melihatnya.
Setelah Xia Wanan selesai memanggil nama Jingnian, dia tidak berani melihat tempat duduk seberangnya dan mulai meminum sup di mangkok.
Ketika meminum sup, tiba-tiba Xia Wanan tersedak. Kemudian dia sadar matanya basah. Xia Wanan menangis.
Xia Wanan sangat menyukai Han Jingnian. Tapi dia harus bersikap biasa saja untuk memberi tahu orang-orang di seluruh dunia bahwa dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Han Jingnian.
Xia Wanan bukannya tidak ingin mengatakan kalau dirinya menyukai Han Jingnian. Namun dibandingkan tak mendapatkan cinta Han Jingnian, Xia Wanan lebih takut kehilangan Han Jingnian.
Dia pernah melihat bagaimana Han Jingnian menolak pernyataan cinta seorang wanita padanya. Han Jingnian memang sangat kejam. Bahkan dari awal, Han Jingnian tidak sedikit pun pernah memberikan ruang di hatinya pada orang lain. Jadi Xia Wanan akan terus mengunci seluruh perasaannya di lubuk hati paling dalam. Pandangan Han Jingnian terhadapnya jelas tidak berpengaruh pada perasaannya, karena dia tahu Han Jingnian memang tidak peduli dengan perasaan Xia Wanan. Han Jingnian hanya menginginkan pernikahan, bukan keterikatan. Meskipun Xia Wanan bertanya-tanya mengapa Han Jingnian menginginkan pernikahan yang tidak berarti ini.
…
Hari Senin, Xia Wanan bekerja seperti biasanya.
Setelah satu tahun menikah dengan Han Jingnian, Xia Wanan bekerja di perusahaan Han. Alasan dia bisa bekerja di sana tidak ada hubungannya dengan Han Jingnian. Itu semua murni bantuan dari istri kakak tertuanya, yaitu ibu Han Zhijin yang bernama Lu Yangui.
Han Jingnian memiliki dua kakak. Kakaknya yang bernama Han Jingwen berusia hampir 30 tahun lebih tua darinya. Kakak kedua yang bernama Han Jinglun berusia 18 tahun lebih tua darinya. Sebelum Han Jingnian lahir, kakaknya, Han Jingwen, sudah berkeluarga. Pada saat Han Jingnian berumur 3 tahun, kakak pertamanya mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil tua. Kesehatan ibu Han Jingnian sendiri dari awal memang tidak terlalu baik. Kemudian kesehatannya semakin memburuk karena terlalu sedih memikirkan anak tertuanya yang meninggal. Dua tahun kemudian beliau meninggal karena sakit. Untungnya, nenek Han Jingnian hidup lebih lama dan menggantikan ibunya untuk membesarkannya.
Namun, cukup aneh jika mengatakan bahwa ada banyak pria di keluarga Han, tetapi tidak ada yang berumur panjang. Ayah Han Jingnian sendiri meninggal pada usia 60 tahun, dan kakak laki-laki kedua Han Jingnian yang bernama Han Jinglun meninggal di usia muda, tepat setelah ulang tahunnya yang ke-30 tahun. Han Jingnian adalah 3 bersaudara dan semuanya laki-laki, namun hanya Han Jingnian yang tersisa sekarang. Saat usianya 12 tahun, Han Zhijin berusia 9 tahun. Karena itu, perusahaan Han diambil alih oleh neneknya dan bibi Lu Yangui. Tetapi 3 tahun setelah Han Jingnian kembali dari luar negeri, dia sudah masuk ke perusahaan Han. Karena saat itu neneknya yang menjabat sebagai CEO, beliau tidak mempermasalahkannya.
Catatan penulis
Poin penting: Paragraf terakhir adalah latar belakang dari keluarga Han Jingnian. Jika tidak mengerti, bacalah beberapa kali supaya mudah memahami jalan cerita ini. Tapi jika kamu masih tidak paham juga, aku tak tahu harus melakukan apa lagi. Selain itu, novel ini adalah novel yang bercerita tentang kehidupan normal. Tolong jangan terlalu berkhayal seperti berpikir tentang adanya kutukan dan orang berumur panjang. Harus kukatakan kalau imajinasi kalian hebat sekali!