"Siapa yang menyuruhmu menjahit tendonnya! Kamu cukup melakukan debridemen, lalu serahkan ke departemen bedah tangan."Zhao Leyi langsung memasang wajah yang sangat serius. Debridemen dan penjahitan masih dalam cangkupan departemen gawat darurat, dan bisa diserahkan kepada dokter manapun. Namun, penjahitan tendon dan pembuluh darah sudah jauh di luar batas cangkupan. Bisa dibilang, dokter UGD tidak ada yang cocok untuk melakukannya.
"Tadi kamu bilang….." Ling Ran lalu berhenti sejenak dan berkata dengan nada tenang: "Seluruh penjahitan lengan kamu serahkan padaku."
"Apakah aku bilang seluruh lengan?" Zhao Leyi jadi sedikit bingung. Lalu dia berkata: "Walaupun aku bilang seluruh lengan, tapi tangan itu tidak termasuk!"
"Tidak termasuk?" Ling Ran jadi bingung.
"Tentu saja tidak termasuk." Zhao Leyi menghela nafas dan berkata: "Aku memintamu untuk melakukan debridemen dan penjahitan pada beberapa luka, bukan memintamu untuk melakukan penjahitan tendon fleksor."
"Mm… tapi aku sudah terlanjut memulainya." Ling Ran sedikit berhenti saat berbicara namun tangannya tetap bergerak dengan ritme yang stabil dan pasti.
"Kamu pasti sengaja, ya kan!?" Zhao Leyi mulai marah. Dia merupakan dokter kepala yang meminta Ling Ran untuk melakukan operasi. Jika ada masalah tentu saja dia yang harus bertanggung jawab. Zhao Leyi pun sangat syok dengan kejadian ini.
Dokter paruh baya yang berkulit putih dan berparas seperti anak anjing ini berpikiran Ling Ran pasti sengaja menyalah artikan perintahnya.
Karena dengan dia menggantungkan proses penjahitan, itu sebenarnya bisa dibilang bahwa dia memaksakan diri untuk bisa mendapat kesempatan melakukan operasi penjahitan tendon dan pembuluh darah.
Semua orang yang menjadi dokter akan sangat paham bahwa persaingan dalam mendapatkan kesempatan sangatlah tidak mudah.
Seperti halnya dia saat masih magang, dia membantu dokter menuangkan teh, menuliskan catatan medis, membantu membelikan makanan, mematuhi semua perkataan mentor, dan tetap menerima dengan wajah tersenyum. Semua itu dia lakukan agar mendapatkan kesempatan untuk melakukan operasi penutupan perut.
Tidak akan ada dokter yang memberikanmu kesempatan secara cuma-cuma. Zhao Leyi menghabiskan waktu selama tiga jam untuk operasi usus buntu, satu jam pertama untuk menyayat perut dan mencari letak usus buntunya, dua jam berikutnya dibuat untuk mencari kain kasa. Atau lebih tepatnya, satu jam terakhir digunakan oleh mentornya untuk membantunya mencari kain kasa.
Ingatan Zhao Leyi sangatlah dalam mengenai kejadian saat itu. Di hari itu, mentornya tidak marah, setidaknya tidak semarah biasanya. Karena mentornya telah memperkirakan akan terjadi komplikasi saat dia menyerahkannya kepada Zhao Leyi, dia merasa lebih baik kasanya menghilang dari pada caecum(sebuah kantung di antara usus kecil dan besar) yang menghilang.
Setelah kejadian operasi usus buntu itu, Zhao Leyi menjadi jauh lebih lancar dalam melakukan operasi usus buntu. Saat dia mencari kain kasa lagi pun, dia sudah tidak perlu mencari terlalu lama karena dia telah punya beberapa pengalaman.
Intinya adalah, seorang dokter junior haruslah mendapatkan kesempatan pertama, baru kemudian dia akan mendapatkan kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya hingga tidak terhitung lagi.
Kesempatan pertama sangatlah susah diraih. Pasien juga tidak ingin menjadi kelinci percobaanmu. Dokter pembimbing juga tidak berani melepas langsung, namun rumah sakit tetap memintamu untuk membuktikan teknik kedokteranmu.
Setiap pasien, setiap pemimpin, setiap rumah sakit, semua ingin mendapatkan seorang dokter yang: umurnya kira-kira 40 tahunan, lulusan S3 dan makalahnya bagus, punya pengalaman untuk menganalisis di atas 30 tahun, memiliki 40 tahun lebih pengalaman yang berbagai ragam di praktikum klinis, memiliki 50 tahun lebih pengalaman dalam berpikir dan mengambil keputusan. Memiliki keingintahuan yang besar seperti anak berumur 10 tahun, memiliki semangat tinggi seperti anak muda berumur 20 tahun, memiliki kestabilan emosi seperti orang berumur 30 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan seperti orang berumur 40 tahun, memiliki kedewasaan seperti orang berumur 50 tahun, memiliki ketenangan seperti orang yang berumur 60 tahun, dan tentunya tidak botak.
Zhao Leyi berhasil bekerja di RS Yun Hua dengan banyak bantuan di sisinya. Dengan bantuan itu, dia akhirnya dapat melewati banyak halangan teknis, sebelum pertama kali melakukan operasi penutupan perut dan usus buntu.
Dia selalu tampil lebih baik daripada teman-teman sekolahnya yang lain dalam melakukan operasi. Kemudian, dia menjadi dokter tetap di RS Yun Hua, dan menjadi jauh lebih baik daripada teman-teman sekolahnya. Teman-temannya ada yang masuk ke RS kota, RS provinsi, RS daerah, dan ada juga teman-temannya yang menyerah menjadi dokter.
Zhao Leyi sangat paham seberapa berharganya sebuah kesempatan, oleh karena itu, dia menjadi sangat marah.
Dia tidak ingin menjadi seperti Dokter Zhou, orang tua baik hati yang sering memberi dokter magang kesempatan. Dia jauh lebih memikirkan konsekuensinya dan lebih ambisius daripada dokter Zhou.
Tidak menyangka ketika lengah sedikit….
Ling Ran langsung melakukan sesuatu pada tendonnya
Zhao Leyi berpikir 'Aku saja belum menangani tendon beberapa kali!'
'Di mana rasa hormatnya?'
'Di mana status anak buah itu?'
'Di mana kepatuhannya?'
"Lukanya telah aku tangani, ada beberapa luka berdarah yang tidak perlu dijahit saat ini." Ling Ran tetap sibuk melakukan operasi dan berkata: "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk penjahitan tendonnya dan mungkin bisa juga menjamin untuk mengembalikan fungsi geraknya, selain itu, tidak perlu menunda waktu..."
Zhao Leyi membutuhkan waktu lama untuk menangani luka dan juga masih dibantu oleh dua orang dokter residen yang ada di sebelahnya. Di sisi lain, Ling Ran sama sekali tidak membuang-buang waktu saat melakukan penjahitan di tangan. Bagi pasien, jika waktu penyembuhannya makin cepat, kemungkinan, tangannya juga dapat pulih dengan lebih baik.
"Aku…" Zhao Leyi tidak bisa berkata-kata, apakah dia takut waktunya akan tertunda?
Ya, dia sangat takut!
Namun, dia jauh lebih takut pada konsekuensi yang harus dia tanggung sebagai penanggung jawab.
Tidak peduli seberapa bagus tendon fleksor dijahit, dia juga tidak akan mendapatkan bonus. Tapi jika muncul komplikasi, maka dia akan mendapatkan masalah.
Pemulihan fungsi tangan merupakan urusan pasien itu sendiri.
Bagi Zhao Leyi, Ling Ran benar-benar tidak mengerti prioritas.
"Ling Ran, berhenti sekarang."
"Aku sedang melakukan teknik jahit M-Tang, jika aku berhenti di tengah-tengah maka luka tendonnya akan semakin buruk."
Zhao Leyi terkejut dan berkata: "Kamu bisa menggunakan teknik jahit M-Tang? Eh salah, siapa yang menyuruhmu untuk menggunakan teknik jahit M-Tang?"
"Tendon fleksor pasien zona II pecah. Itu adalah bagian yang tepat untuk melakukan teknik M-Tang." jelas Ling Ran. Dia telah mempertimbangkan dengan saksama sebelum menjahit pasien. Jika mungkin tidak cocok melakukan teknik M-Tang maka dia akan melakukan teknik jahit oposisi biasa. Namun, dengan metode apapun, semua tekniknya merupakan level Master.
Tendon fleksor dibagi menjadi lima zona, Zona dua adalah area dari phalanx tengah ke lipatan palmar distal. Itu adalah wilayah yang paling rumit, yang dikenal sebagai 'tanah tak bertuan', nama itu diberikan karena tidak ada yang bisa pulih dengan baik dari cedera di area tersebut hingga akhirnya sampailah ke profesor Jin Bo Tang dari Universitas Jiangsu Nantong yang menemukan teknik jahit M-Tang.
Itu merupakan pembuktian dari level master yang asli. Teknik ini hampir menyelesaikan masalah hingga titik sempurna pada 'tanah tak bertuan'. Tetapi berdasarkan eksperimen Ling Ran di ruang simulasi. Dia tidak perlu menggunakan teknik M-Tang level master untuk menyelesaikan masalah. Dengan level spesialis saja sudah dapat mencapai 70-80%.
Namun, dibandingkan teknik lain, teknik M-Tang memiliki keunggulan yang jelas.
Jawaban Ling Ran yang singkat dan penuh percaya diri membuat Zhao Leyi semakin bertanya-tanya.
Walau dia adalah dokter kepala operasi dan pangkatnya lebih tinggi, dia tidak bisa melanjutkan pembicaraan dengan Ling Ran.
Dokter selalu dilihat dari tekniknya.
Di luar, dokter senior memegang kendali besar terhadap dokter junior. Namun, kontrol tersebut tidak hanya berdasarkan status, tetapi dari level teknik yang mereka miliki.
Jika dokter junior membuat kesalahan, maka dokter senior dapat memarahinya.
Setelah memarahi, dokter senior dapat memperbaiki kesalahan dari dokter junior, lalu akan mengurangi tanggung jawabnya. Dokter junior pun pasti akan lebih menurut pada dokter senior.
Jadi, kekuasaan dokter senior kepada dokter junior adalah berdasarkan teknik dan tanggung jawab yang mereka miliki.
Namun, ketika Zhao Leyi tidak bisa mengambil alih operasi Ling Ran, dia pun kehilangan kendali atas meja operasi.
Ling Ran melihat Zhao Leyi yang sudah tidak melakukan perlawanan pun menunduk dan meneruskan operasinya.
Para suster, dokter residen, dan dokter dari departemen lain hanya bisa melihat ke arah Ling Ran dan ke arah Zhao Leyi sambil berbisik-bisik. Mereka merasa seperti sedang melihat suatu pertunjukan besar yang keren. Pertunjukan besar yang keren ini bagaikan seperti bola salju yang dilempar di wajah saat hari sangat panas, atau bola salju tersebut dimasukan ke dalam baju mereka.