Chereads / Super Internet / Chapter 96 - Hati dan Pikiran Manusia

Chapter 96 - Hati dan Pikiran Manusia

"Jangan bicara lagi, ayo ayo, minum lagi." Lin Shao memegang kendi dan mulai mendesak teman-temannya untuk minum lagi.

Bagi Song Qingfeng, akhir dari The Legend of Sword and Fairy tidak buruk, tapi suasana hatinya tidak terlalu baik. Jadi ia mulai minum anggur bersama teman-temannya.

"Hei, Gendut! Kenapa kamu tidak minum?" Tanya Xu Luo yang menepuk bahu Wang Tai.

Semenjak mereka bermain Diablo bersama, mereka menjadi teman dan mengajak Wang Tai untuk minum bersama.

"Iya, minumlah." Wang Tai membeku. Walaupun ia belum bermain game The Legend of Sword and Fairy, tetapi ia menonton permainan orang lain. Karena itulah ia merasakan hal yang sama dengan yang lain.

"Sayang sekali anggur ini tidak seenak Sprite, rasanya jauh berbeda." Ujar Song Qingfeng yang mendecak lidahnya sambil minum.

"Tapi Sprite tidak memabukkan." Sahut Lin Shao lalu meneguk anggurnya lagi hingga membuat wajahnya memerah akibat terlalu banyak minum karena bersedih.

Tak hanya mereka, ada banyak pelanggan lain di Paviliun Qingfeng dan Mingyue yang memesan begitu besar kendi berisikan anggur di meja mereka. Bahkan Shen Qingqing yang jarang minum pun memesan sebotol giok anggur dan duduk di samping jendela.

Wajah Xu Zixin yang duduk di seberangnya masih belum berubah warna setelah menghabiskan satu botol wine.

"Aku masih lebih suka Sprite." Ujar Shen Qingqing yang setengah mabuk, wajahnya memerah walaupun baru minum secangkir kecil.

Xu Zixin yang menopang dagunya terlihat sudah mabuk. "Andai saja di sini ada makanan selezat Haagen-Dazs atau anggur yang seenak Sprite."

Pelayan yang melayani mereka berdiri di samping mereka dengan wajah cemberut.

Akhir-akhir ini pelayan tersebut sudah bosan mendengar Sprite dan Haagen-Dazs. Ia tidak tahu dan bertanya-tanya makanan dan minuman apakah itu. kalau membandingkannya dengan makanan dan minuman keras lain di Paviliun Qingfeng dan Mingyue tidak apa-apa, tetapi mereka mengkritik sambil makan menu di Paviliun Qingfeng dan Mingyue mereka!

Koki utama di Paviliun Qingfeng dan Mingyue berasal dari Jingshi, dan itu tidak kalah hebat dengan koki di Istana Kerajaan.

Sementara itu, di area paviliun yang elegan dan unik yang ada di Paviliun Qingfeng dan Mingyue lantai empat.

Dibalik tirai itu ada seorang wanita. Meskipun tertutupi tirai, tapi wajah wanita itu terlihat cantik. Matanya terlihat indah di bawah alisnya yang hitam gelap. Ia membuka bibirnya dan berkata dengan bangga dan elegan, "Qinghe, Wanyu."

Seorang laki-laki dan seorang perempuan berpakaian rapi berdiri di hadapan wanita itu. Laki-laki tersebut berumur sekitar 30 tahunan. Setelah mendengar namanya dipanggil, ia bersama perempuan tadi membungkuk di hadapan wanita tersebut.

Wanita di balik tirai itu tampak kasual dengan sepoci teh di tangannya. "Aku baru saja kembali dari Jingshi dan ingin beristirahat sebentar, tetapi aku memanggil kalian. Sekarang laporkan, apa yang telah terjadi?"

Kedua orang tadi segera melaporkan kejadian yang telah terjadi di Paviliun Qingfeng dan Mingyue akhir-akhir ini.

"Para pelanggan sering berkomentar kalau anggur kita tidak seenak Sprite dari sebuah toko kecil?" Wanita dibalik tirai itu merasa ingin tertawa, "Camilan kita juga tidak selezat Haagen-Dazs?"

Lalu wanita itu menambahkan dengan nada jijik, "Itu kan hanya toko kecil, para pelanggan bisa makan apapun yang mereka suka, jadi apakah itu berdampak pada bisnis kita?"

...

Su Tianji berdiri di luar aula Tianji dan hatinya merasa sangat sedih. Saat itu hari sudah malam dan bintang-bintang berkedip terang di langit yang gelap. Saat ia melihat bayangan di balik gunung-gunung dan bintang-bintang di langit, ia merasakan kesepian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ia menjentikkan jemarinya, lalu muncul sebuah pedang yang bersinar. Pedang itu terbang dan melintasi bunga dan lautan di luar aula. Bayangan pedang yang terbang di antara bunga itu saling merefleksikan satu sama lain.

...

Nalan Hongwu berdiri di depan aula besar keluarga Nalan. Ia menyipitkan matanya dan hatinya merasa sedih. Kemudian ia berkata, "Ketika aku masih muda, orang-orang berbicara tentang konsentrasi penuh pada seni bela diri tanpa masalah, tetapi saat aku mencoba untuk mencapai target dalam hidup, kenapa rasanya sangat sulit untuk dicapai?"

Di belakangnya ada Tetua Fu, ia diam begitu lama sebelum akhirnya menjawab, "Tuan, kita… sudah tua."

Nalan Hongwu mulai tertawa dan menyesal karena usianya yang sudah lanjut. Ia kemudian berkata, "Iya, kita sudah tua jadi kita tak perlu konsentrasi penuh pada seni bela diri."

Bunga bisa bermekaran lagi, tetapi orang-orang tidak bisa menjadi muda lagi.

Jadi mereka harus lebih memikirkan cara untuk menikmati sisa hidup mereka.

Nalan Hongwu menghela nafas panjang. Ia berpikir sudah cukup baginya untuk bermain dengan tanaman, dan menghibur dirinya sendiri dengan kegiatan yang lebih santai di hidupnya yang sekarang.

"Dibandingkan dengan konsentrasi penuh pada seni bela diri, aku lebih suka bersikap tenang dan damai seperti air." Gumam Nalan Hongwu. Setelah menghabiskan banyak waktu untuk berperang, sekarang ia lebih memilih untuk hidup damai.

....

Nalan Mingxue berdiri di halaman keluarganya yang dipenuhi dengan pohon pir.

"Nona Nalan, apakah Anda sedang bersedih?" Tanya Lan Yan yang menyeka air matanya dengan sapu tangan.

"Tidak." Nalan Mingxue menoleh ke belakang, sinar bulan menyinari wajahnya yang dingin lalu ia bertanya balik. "Lan Yan, apa pendapatmu tentang game di warnet Super Internet?"

"Sangat bagus." Jawab Lan Yan, walaupun ia bingung dengan pertanyaan Nalan Mingxue yang tiba-tiba, tetapi ia menjawab sebisanya. "Meskipun dunia dalam dua game terakhir sedikit aneh, tetapi cukup menarik. Aku kadang bingung, siapa yang bisa mendapatkan ide seperti itu? Dan untuk game The Legend of Sword and Fairy, walaupun isi ceritanya digambarkan mirip dengan dunia kita, tetapi aku malah tidak merasa bosan."

"Kalau begitu, apakah kamu menyukainya?"

"Tentu saja!" Lan Yan merasa bersemangat saat Nalan Mingxue membahas topik tersebut. "Ngomong-ngomong... sekarang aku lebih menyukai The Legend of Sword and Fairy."

"Iya." Nalan Mingxue menundukkan kepalanya, "Orang-orang dan teknik bela diri yang ada di dalam game sangat menarik, dan membuat semua orang menyukainya. Itu… jadi itu tidak baik."

"Kenapa jadi tidak baik kalau semua orang menyukainya?" Tanya Lan Yan yang merasa bingung.

"Sederhana." Ujar Nalan Mingxue yang menghubungkan ucapannya dengan logika. "Bisnis warnet Super Internet berjalan dengan baik, itu artinya akan ada orang yang iri dengan bisnis itu. Meskipun sekarang pemilik warnet tidak memiliki persaingan bisnis, tetapi bisnis lain yang serupa dengannya pasti tidak senang karena pelanggannya diambil. Pemilik warnet hanyalah warga biasa, tetapi sekarang bisnisnya tampak melampaui bisnis para bangsawan lain. Intinya, ia akan menghadapi banyak rintangan ke depan. Dan kultivator di balik tokonya itu, ia tak bisa menyelesaikan semua masalahnya."

Nalan Mingxue menunjuk ke arah dada Lan Yan dan berkata, "Hati dan pikiran manusia itu sangat rumit. Aku takut akan ada banyak orang yang rakus akan artefak spiritual yang disebut komputer itu, dan ingin mengambil benda itu darinya."

Walaupun seperti itu, tetapi ia juga salah satu dari mereka.

"Orang-orang itu belum tentu bisa melakukan sesuatu jika berdiri sendiri-sendiri, tetapi aku khawatir seseorang bisa menyatukan mereka."

...

Konfederasi Asosiasi Perusahaan Selatan.

Tak peduli pebisnis dari berbagai penjuru di dunia yang penuh dengan kultivator dan prajurit.

Artefak spiritual atau pun pil elixir yang diinginkan oleh para kultivator, dan gulungan seni bela diri serta ramuan penempa tubuh yang dicari oleh para prajurit, telah membuat bisnis ini meluas dan makmur.

Asosiasi bisnis yang dapat memperluas dan memperkuat industri, serta dapat memenuhi kebutuhan para kultivator tingkat tinggi dan prajurit yang kuat, adalah asosiasi bisnis yang sangat luar biasa.

Huo Chong adalah seorang pria paruh baya yang kurus dan berpakaian modis. Dia juga seorang kultivator dengan kekuatan kultivasi yang sangat kuat.

Ia duduk di depan mejanya dan menyipitkan matanya seraya membaca surat yang ia pegang. "Pang Rulie?"