Festival Musim Gugur Jin akan segera tiba, dan udara terasa semakin dingin.
Di Jinling, musim ini adalah musim terindah.
Jam dua sore, di depan gerbang universitas…
Di bawah pohon, Chen Yushan berdiri menunggu gadis yang mengenakan rok panjang berwarna krem, dipadukan dengan sepatu bot dan kaos kaki selutut berwarna sepadan. Walaupun gadis itu tidak terlalu tinggi, tapi efek pakaiannya membuat kakinya terlihat lebih panjang.
Apa ini yang namanya ilusi kecantikan legendaris itu?
Ekspresi Luzhou terlihat sedikit berubah.
Saat melihat Luzhou, mata Chen Yushan tampak berbinar-binar, dan gadis itu melambaikan tangan.
Luzhou menarik tasnya, dan berjalan mendekati gadis itu. "Di mana kita akan nonton?"
Chen Yushan melambaikan kedua tiket di tangannya dan tersenyum. "Mall Yida! Ah, tunggu, kenapa kamu membawa tas laptop?"
Luzhou menjawab dengan jujur, "Tadi pagi aku pergi ke perpustakaan dan sekarang baru keluar. Jadi, aku tidak sempat kembali ke kamar."
Walaupun ia bisa saja meninggalkan laptop itu karena tidak ada orang selain dirinya yang bisa mengakses Xiao Ai, tetap saja ia merasa tidak nyaman menitipkan laptop-nya di perpustakaan.
Chen Yushan menatap tas laptop itu, kemudian menghela nafas seraya mendongak untuk memandang dedaunan pohon di atas mereka. "Kakak mahasiswa teladan, kamu benar-benar membuatku merasa malu."
Luzhou tidak tahu harus menjawab apa.
Ia merasa, jika ia menjawab, apapun jawabannya akan membuat gadis itu semakin sebal.
Jadi, ia memutuskan untuk diam saja.
Mereka kemudian memanggil taksi dan duduk di belakang, lalu berbincang-bincang santai.
Mereka membicarakan berbagai hal, mulai dari kehidupan di kampus, keadaan sekitar saat ini, hingga kejadian-kejadian lucu di kamar masing-masing dan sibuknya tugas-tugas seorang mahasiswa. Tidak terasa, 20 menit telah berlalu, dan mereka telah sampai di tempat tujuan.
Mereka menyerahkan tiket masing-masing dan melihat daftar film yang sedang tayang.
Setelah melihat daftar film yang tayang dalam waktu dekat, Luzhou bertanya kepada Chen Yushan, "Kamu ingin lihat apa?"
Yushan terdiam sesaat, sebelum menjawab dengan penuh semangat, "Wraith!"
Mata gadis itu tampak berbinar.
Sebenarnya, semenjak ia melihat trailer film itu, ia ingin menontonnya, namun ia tidak bisa melihat film horor seperti itu sendirian.
Awalnya, ia berencana untuk memaksa teman sekamarnya menonton film itu, namun saat temannya menyadari 'rencana jahat' tersebut, ia segera mengatakan bahwa ia tidak bisa pergi secara tiba-tiba.
Rencana pertamanya gagal, dan satu-satunya solusi yang ia miliki adalah mengundang temannya yang selalu sibuk dengan soal matematika.
"Baiklah kalau begitu." Luzhou mengangguk dan memandang petugas penjual tiket. "Satu tiket Wraith, satu tiket Interstellar."
Chen Yushan tampak bingung.
Petugas itu memandang Luzhou, lalu memandang Chen Yushan di belakangnya, dan tersenyum lembut. "Kamu yakin, nak?"
Luzhou terdiam. "Maksudnya?"
Petugas itu terus tersenyum. "Kamu yakin?"
Luzhou tampak bingung.
Ha? Kamu ini penjual tiket atau apa?
Chen Yushan mengambil kesempatan dan segera berkata. "Dua tiket untuk Wraith."
Penjual tiket itu mengangguk. "Baiklah."
Luzhou menjadi semakin bingung.
Sebelum sempat mengatakan apa-apa, Chen Yushan sudah memberikan kedua tiket gratis itu, dan memberikan salah satu tiket Wraith kepada Luzhou.
Tiket sudah ditukar, dan tidak bisa dikembalikan lagi.
Luzhou menghela nafas dan memandang tiket di tangannya.
Sebenarnya ia tidak takut, namun ia benar-benar tidak tertarik dengan horor karena ia tidak terlalu paham.
Untuk orang yang selalu begadang sampai tengah malam atau bahkan lebih, film-film seperti itu sama sekali tidak menakutkan.
Sepertinya, ia harus menonton film Sci-Fi Garapan Nolan sendirian di lain waktu.
Melihat Luzhou yang terdiam, Chen Yushan merasa sedikit bersalah dan berbisik. "Maaf, jangan marah, ya? Lain kali kita tonton sama-sama."
"Tidak, aku tidak marah." Luzhou menghela nafas lalu memasukkan tiket itu ke dalam kantongnya, dan melihat jam. "Aku mau beli popcorn, kamu mau?"
Setelah mendapatkan satu juta yuan, Luzhou sedikit lebih boros belakangan ini.
Yah, setidaknya dalam urusan makanan, ia tidak sepelit dulu.
Chen Yushan terbelalak. "Kamu yakin?"
Luzhou terdiam. "Memangnya kenapa?"
"Tidak, tidak apa-apa." Chen Yushan menggeleng. "Kamu beli saja, aku tidak nafsu makan."
Luzhou mengangguk dan berjalan ke meja tempat membeli makanan.
Ia membeli popcorn dan segelas coca-cola. Sepertinya, film itu akan benar-benar membosankan…
Setelah ia membeli makanan, terdengar pengumuman bahwa pintu teater telah dibuka.
Luzhou membawa makanan dan minuman yang dibelinya masuk ke ruang teater bersama dengan gadis itu.
Entah mengapa, ia merasa orang-orang di sekelilingnya memandangnya dengan tatapan yang tidak enak.
Tapi, ia tidak terlalu peduli, ia segera duduk memakan popcorn, dan menunggu film dimulai.
Tidak lama kemudian, suara lagu pembuka film terdengar. Dalam beberapa menit saja, suara piano yang indah berubah menjadi lamban dan mengerikan.
Semua penonton berhenti berbincang-bincang, kemudian menatap layar lebar dengan tegang. Hanya Luzhou yang tidak peduli dan terus memakan cemilan.
Ia sama sekali tidak tertarik.
Yah, tidak apa-apa, tiketnya juga gratis. Luzhou menonton film itu dengan wajah yang biasa saja.
Singkatnya, cerita film itu adalah tentang tujuh orang yang akan pergi ke pesta pernikahan. Saat dalam perjalanan, mereka melihat kecelakaan mobil, dan mereka memutuskan untuk menghina para korban jiwa dan mengambil foto untuk dimasukkan ke Weibo.
Banyak yang mati akibat kesalahan kecil itu. Ketujuh orang melanjutkan perjalanan, namun jiwa para korban mengejar mereka untuk membalas dendam. Saat mobil mereka rusak di sebuah tempat terpencil, mereka memutuskan untuk beristirahat dan berfoto-foto di sebuah rest area.
Kemudian…
Sudah jelas, korban berjatuhan.
Terdengar suara seruan ketakutan dari dekat kursinya, dan Luzhou menoleh.
Ceritanya, karakternya, sudut kameranya…
Semuanya tidak jelas…
Pokoknya intinya semuanya mati, lah.
Seperti para penonton lainnya, Chen Yushan juga berteriak-teriak ketakutan.
Namun, walaupun gadis itu takut, ia sama sekali tidak gemetar.
Walaupun wajah gadis itu pucat membiru, ia terus menatap layar karena ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Terkadang, matanya membelalak seiring dengan jalannya film. Gadis itu mengangkat tangan, dan meletakkan kedua telapak tangannya di dekat pipi untuk bersiap menutup mata.
Luzhou hanya menoleh dan melihat gadis itu.
Memang, ya…
Dia ini M[1] atau bagaimana?
Akhirnya, film mencapai adegan klimaks, dan suara teriakan para penonton menjadi semakin keras.
Luzhou terus menonton sambil makan popcorn dan minum cola, sama sekali tidak merasa takut. Bahkan, ia lebih ingin pergi ke toilet karena terlalu banyak minum.
Chen Yushan sepertinya benar-benar ketakutan, hingga berteriak pun tidak bisa. Luzhou pun menjadi khawatir, apa gadis ini baik-baik saja?
Akhirnya, film itu selesai.
Sebenarnya, musik film itu lumayan, cocok dengan suasana, namun bukan berarti film itu adalah film terbaik dalam genre horor. Setting gelap film membuat waktu editing menjadi lebih singkat. Endingnya biasa saja.
Memang sih, film horor tidak fokus pada ending, tapi pada cerita tengahnya.
Tapi, Luzhou masih tidak paham mengapa orang suka menonton film seperti ini.
Jujur saja, ketimbang menonton film-film horor bercampur fantasi yang menggunakan hantu, ia lebih memilih menonton horor dari manusia seperti Detective Conan. Setidaknya, film-film itu akan membuat adrenalin-nya terpacu.
Tentu saja, ia hanya menonton 200 episode awal. Ia tidak suka versi film.
Chen Yushan tidak mengatakan apa-apa saat mereka keluar dari ruang teater, seakan-akan ia telah kehilangan jiwanya. Wajahnya putih pucat karena takut, dan kakinya gemetaran.
Saat ia keluar dari gedung bioskop, akhirnya gadis itu kembali normal, menepuk dadanya, dan menghela nafas. "Benar-benar menakutkan… Menakutkan setengah mati."
Luzhou melemparkan kotak popcorn dan gelas plastik cola ke dalam tempat sampah dan bertanya, "Apa semenakutkan itu?"
Chen Yushan lalu memandang Luzhou. "Tentu saja menakutkan! Apa kamu tidak takut?"
"Tapi hantu kan tidak ada?" Ujar Luzhou.
"Iya sih, tapi apa kamu tidak lihat hantu wanita itu? Wajahnya berlumuran darah… Ditambah lagi, hantu wanita yang dimutilasi…" Ujar Chen Yushan.
Luzhou berpikir selama beberapa saat, namun ia masih tidak mengerti juga. "Itu semua palsu, hantu itu tidak ada. Filmnya tidak logis…"
"..." Chen Yushan hanya terdiam.
[1] Masochist.