Saat ini, hari berjalan seperti biasa di Universitas Jin Ling, dan para mahasiswa tahun kedua sedang menjalani kelas matematika.
Setumpuk kertas tersusun rapi di atas meja, dan dosen pengajar meminta ketua kelas untuk membagikan kertas-kertas tersebut. Pada saat yang bersamaan, sang dosen memuji para mahasiswa dengan nilai terbaik.
"Han Mengqi, 130 poin. Beberapa bulan ini, kamu mengalami perkembangan pesat, namun kuharap kamu tidak terlalu berpuas diri. Teruslah belajar." Dosen Chen mengangguk dan memberikan kertas itu pada Han Mengqi.
Han Mengqi menganga karena terkejut, namun ia segera berbalik dan kembali ke tempat duduknya.
Mahasiswa yang duduk di sampingnya pun memandangnya dengan terkejut.
Bukan karena 130 poin itu…
Untuk kelas mereka, nilai itu hanya sedikit di atas rata-rata.
Tapi masalahnya, bagaimana bisa Han Mengqi mendapat skor sebesar itu?!
Biasanya, dia adalah salah satu orang yang selalu mendapatkan nilai pas-pasan, sedikit di atas nilai kelulusan… Tapi, kali ini ia dapat 130 poin?!
Ditambah lagi, ia mendapat nilai itu dalam waktu kurang dari 3 bulan!
Ada apa ini? Ini menakutkan sekali!
Dosen Chen memandang Han Mengqi dan mengangguk puas.
Semenjak ulangan yang dilakukan di akhir liburan musim panas, nilai Han Mengqi perlahan-lahan naik, dari dua angka menjadi tiga angka.
Perkembangan itu cepat sekali, dan walaupun Dosen Chen sudah mengajar selama bertahun-tahun, ia jarang melihat perkembangan cepat semacam itu.
Wajah Han Mengqi memerah saat merasakan tatapan teman-teman sekelasnya, namun ia tersenyum puas dan duduk kembali.
Dulu, universitas adalah tempat yang sangat menyiksa baginya. Ia merasa terkucilkan dan terasingkan.
Sekarang tidak lagi, dan ia mencintai tempat ini.
Ia menyukai universitas bukan karena ia suka belajar…
Ia menyukai tatapan bingung, terkejut, dan bahkan kekaguman dari teman-temannya!
Setelah kelas selesai, Han Mengqi membiasakan diri untuk mempelajari ulang pertanyaan yang gagal dijawabnya di sebuah buku kecil. Kebiasaan itu diajarkan oleh Luzhou, dan setelah melakukan hal itu selama 3 bulan, hal tersebut menjadi bagian dari kebiasaan belajarnya.
Tiba-tiba, gadis-gadis dengan nilai di bawahnya berkumpul di sekitarnya dan bertanya. "Hei, Mengqi, nama guru les-mu itu Lu, kan?"
Gadis yang menanyakan pertanyaan itu adalah Xiao Ran, salah satu dari sebagian kecil teman Han Mengqi. Mereka sering bercanda dan membicarakan hal-hal tidak penting.
Han Mengqi mengangguk, "Iya, benar."
Xiao Ran kembali bertanya, "Dia itu murid universitas yang berhasil mendapat 985 poin itu, kan?"
Han Mengqi mengangguk, "Iya…"
"Kuliah di Universitas Jin Ling?"
"Iya, iya. Kalau kamu ingin sesuatu, katakan saja, tidak perlu berbasa-basi. Kamu seperti Ibuku saja." Ujar Han Mengqi sambil memutar matanya.
Xiao Ran terbelalak kaget. "Kamu… Kamu belum lihat berita di Weibo, ya?"
"Tidak, wanita sialan itu menyita HP-ku. Bagaimana kamu bisa tidak tahu?" Han Mengqi menjadi semakin kesal.
Xiao Ran segera mengambil HP-nya dari kantong dan berkata, "Sebentar, biar kutunjukkan."
Han Mengqi hanya melirik temannya itu. "Sejak kapan kamu mengikuti berita? Bukannya pekerjaanmu sehari-hari hanya makan seafood dan nonton TV?"
"Enak saja, kadang-kadang aku melihat trending topik di Weibo, tahu. Yah, kembali ke pembicaraan awal, lihat ini." Xiao Ran menunjukkan HP-nya pada Han Mengqi.
Pada layar HP, terlihat sebuah berita dari Harian Remaja China.
Awalnya, Han Mengqi tidak tertarik, namun ia terbelalak saat melihat nama yang ada pada judul berita tersebut.
[Luzhou, Seorang Mahasiswa Berumur 20 Tahun dari Universitas Jin Ling, Berhasil Menyelesaikan Salah Satu Soal Matematika Tingkat Dunia dan Mendapatkan Hadiah Sebesar Satu Juta Yuan!]
[...]
[Sumber berita: Harian Jinling]
Lalu Xiao Ran bertanya, "Dia guru lesmu, kan?"
"Benar… Tapi… Bagaimana mungkin?!" Han Mengqi menarik nafas seraya menatap layar dan terus berkedip. Ia seakan berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu hanya mimpi.
Bukannya ia tidak percaya kepandaian Luzhou…
Tapi, ia tidak percaya orang yang ia temui setiap akhir pekan, orang yang mengajarinya matematika, adalah salah satu ahli matematika yang berhasil memecahkan soal kelas dunia.
Han Mengqi menelan ludah dan menggigit ibu jarinya, seraya melihat apa yang tertulis di bawah berita tersebut.
[… Beri selamat kepada sang mahasiswa teladan!]
[Dewa! Hebat sekali!]
[Dewa! Biarkan aku melahirkan anakmu!]
Han Mengqi mengernyitkan alisnya.
Hah!
Mereka benar-benar tidak tahu malu!
Dia tidak punya pacar!
Walaupun ia tidak tahu pasti, ia selalu mengira bahwa Luzhou berpacaran dengan sepupunya atau bahkan saudaranya sendiri. Jika tidak, bagaimana bisa Luzhou sefokus itu pada penelitian?
"Hah! Aku tahu sekarang bagaimana bisa nilai matematikamu naik secepat itu. Ternyata kamu diajari oleh matematikawan kelas dunia." Xiao Ran memandang temannya dengan tatapan penuh iri. "Apa dia akan mengajarimu lagi?"
Han Mengqi menjawab, "Tentu saja."
Xiao Ran bertanya kembali. "Tapi, dia baru dapat satu juta yuan, apa dia masih mau mengajarimu?"
Han Mengqi terdiam.
Ia tidak berpikir sampai ke sana sebelumnya.
Benar juga…
Jika Luzhou sudah punya uang banyak, apa ia masih mau mengajar?
'Dia sangatlah sabar, terus berusaha menyemangatiku belajar, dan dia mau mendengarkan keluhanku tentang urusan sekolah…'
Apa aku membuatnya sebal, ya?
Lagipula, dia sudah terkenal. Bukankah ia punya banyak urusan?
Kemudian Han Mengqi berkata dengan bibirnya yang terasa kering, "Mungkin ia masih akan mengajariku."
Tetapi kali ini jawabannya tidak yakin seperti tadi.
Xiao Ran memandang temannya dengan bingung.
Kenapa tiba-tiba temannya menjadi seperti ini?
...
Walaupun Luzhou ingin terus menggembangkan aplikasi kereta kampus-nya dan membuktikan pada orang-orang yang menghinanya, ia tidak tahu apa-apa tentang cara menjalankan bisnis.
Dulu, Direktur Lu selalu bertanya tentang proyek itu, namun sekarang bahkan departemen yang menerima proyek-nya tidak bertanya apa-apa.
Apa artinya nilai 500 ribu yuan jika dibandingkan dengan keberhasilan menyelesaikan soal matematika kelas dunia?
Tidak hanya Direktur Lu, Bapak Qin pun memiliki pendapat yang sama. Jika Luzhou gagal dan perusahaannya tidak berkembang, maka perusahaan itu akan ditutup dan uang yang tersisa dalam rekening perusahaan akan diambil untuk membayar pinjaman. Jika tidak cukup, utang akan dihapus dan Luzhou tidak perlu membayar.
Kehilangan uang juga akan menjadi pelajaran dalam berwiraswasta, dan uang tersebut bisa digantikan dengan Penghargaan Fields.
Namun, Luzhou tidak puas dengan semua penghargaan itu. Walaupun koleksi medali bisa membuatnya bangga, ia tidak bisa hanya makan medali.
Ia tidak tertarik menjalankan perusahaan, namun ia suka uang!
Ditambah lagi, Sistem sampah rusaknya itu akan membuatnya membuang-buang uang akibat misi. Ia sudah sering menerima misi aneh-aneh, dan sekarang ia tidak akan heran jika misinya memintanya membahayakan diri.
Penemuan teknologi tidak bisa dipisahkan dari ekonomi–––namun, kedua hal itu tidak bisa dilakukan secara bersamaan. Seseorang harus memilih fokus mereka.
Suatu hari nanti, Luzhou pasti akan menghadapi pilihan seperti itu.
Jadi, ia harus belajar dari orang yang sukses.