Luzhou terus berguling-guling di tempat tidur, ia sama sekali tidak bisa tidur.
Akhirnya, ia memutuskan untuk membuka HP dan melihat Weibo.
Ia sudah lama tidak masuk ke akun Weibo-nya, namun saat ia melihat jumlah penggemarnya naik 10 ribu orang, ia tersenyum senang.
Ia benar-benar tidak menyangka akan menjadi populer di internet.
Haah, ini benar-benar memalukan.
Ia masih terlalu kecil untuk menjadi terkenal seperti ini!
Hmm…
Sebaiknya bilang apa pada para penggemarnya?
Akhirnya, setelah berpikir selama beberapa saat, ia menyentuh layar HP dan mengetik sebuah unggahan.
[Hari ini aku pergi ke Universitas Yan Da dan menerima Piala Menteri Pendidikan Lanjutan. Rasanya senang sekali.]
[Foto terlampir (Gambar tangkapan layar dengan sertifikat yang diambil di website resmi lomba)]
Luzhou baru pertama kali mengunggah hal seperti ini di Weibo, dan ia merasa seperti anak kecil yang baru belajar cara memakai internet.
Tidak, ah….
Akhirnya, Luzhou menekan tombol 'kirim'.
Luzhou melihat topik-topik populer, dan semuanya berhubungan dengan gosip-gosip yang membosankan. Akhirnya, ia kembali ke blog-nya sendiri.
Saat ia melihat blog-nya, unggahan yang ia tulis telah mendapatkan banyak sekali komentar.
Mengapa bisa banyak sekali?
Luzhou segera membaca komentar, ia ingin tahu apa yang dikatakan para fans.
[Kami, dari kelompok murid-murid baru tes masuk universitas ingin bertanya, apa sebenarnya Piala Menteri Pendidikan Lanjutan itu?]
[Pak Bos, apa mau ikut lomba di Amerika Serikat tahun depan?]
[Dewa! Kalau kamu begini terus, bisa-bisa kamu tidak punya teman karena terlalu pintar!]
[Pesta kelulusan yang diberitakan di Weibo kemarin malam…]
[Lihat juga: Kehidupan Mahasiswa]
[Hanya menumpang lewat, anggap saja tidak ada. Sedang mencoba menggunakan Weibo.]
[Permisi, permisi…]
Luzhou tampak bingung melihatnya.
Sialan, ini lebih parah dari dugaan sebelumnya!
Luzhou mencoba memuat ulang kolom komentar tersebut, tidak tahu harus berkata apa setelah membaca komentar-komentar yang tertulis.
...
Keesokan paginya, Luzhou berjalan keluar dari kamarnya dengan membawa tas punggung.
Saat ia sampai di lobi, ia bertemu dengan Lin Yuxiang. Gadis itu juga membawa tas punggung.
"Kamu… Kamu tidak apa-apa?" Gadis itu memandang mata Luzhou yang terlihat sangat kelelahan, lengkap dengan kantung mata yang sudah menghitam, "Aku punya krim penghilang kantung mata, kamu mau?"
"Tidak perlu, terima kasih." Ucap Luzhou lalu menguap.
Ia tidak peduli dengan penampilannya, saat ini ia hanya ingin segera masuk ke kereta dan beristirahat.
Untuk menuju ke stasiun, mereka menaiki bis yang sama, sebelum pergi dengan bantuan taksi setelah turun. Luzhou tertidur dua kali, dan pada kali pertama, ia dibangunkan si Setan Kecil Lin Yuxiang, dan pada kali kedua ia dibangunkan oleh Wang Xiaodong.
"Sebentar lagi kita berangkat."
"Cepat sekali?"
Luzhou membuka mata, lalu mendongak untuk melihat layar dengan jadwal check-in. Sepuluh menit lagi, waktu check-in akan tiba.
"Apa kamu tidak bisa tidur semalam?"
"Sebentar, aku mau pergi ke toilet."
Sebenarnya, Luzhou hendak mengiyakan pertanyaan itu.
Bahkan, sebenarnya dia bukan tidak bisa tidur, dia sama sekali tidak tidur…
Melihat Luzhou yang terus-menerus menguap, Wang Xiaodong mengangguk cepat, memahami masalah temannya itu.
Inilah kali pertama Wang Xiaodong mendapatkan piala prestisius dari lomba tingkat nasional, dan ia menghabiskan beberapa jam untuk menelepon keluarganya. Ia baru tidur sekitar jam 2 pagi.
Luzhou pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, dan tepat saat ia keluar, check-in tiket dimulai.
Luzhou memberikan tiket itu pada petugas check-in lalu masuk ke dalam kereta, dan melanjutkan tidurnya. Saat Lin Yuxiang membangunkannya, stasiun Jin Ling sudah terlihat di luar jendela.
Inilah akhir wisata Beijing mereka.
...
Mereka kembali ke universitas dengan menaiki bis, masing-masing membawa tas ransel dan koper. Saat Luzhou masuk ke kamarnya, berandalan-berandalan sekamarnya segera mendekat dan mengerubunginya.
"Dimana pialanya? Piagam-nya?"
"Hei… Tidak, maksudku, Kakak Lu, bolehkah aku menyentuh pialamu?"
Huang Guangming tersenyum konyol, seraya mengulurkan tangan untuk membantu Luzhou membawa tas kopernya.
"Sudah, sudah, aku mau lewat." Luzhou melambaikan tangannya dan mundur beberapa langkah. "Piala-nya tidak di sini, pialanya akan dikirim langsung ke universitas. Kalau kamu mau menyentuhnya, lebih baik minta bantuan ketua kelas."
"Yah, pialanya tidak di sini. Bagaimana kalau kita pergi makan-makan?"
"Tunggu, tunggu, tunggu! Tunggu hadiahku datang dulu!"
Biasanya, pemenang lomba seperti ini hanya mendapatkan sertifikat, sementara piala hanya diberikan untuk pemenang-pemenang tingkat tinggi. Biaya pembuatan piala ditanggung oleh pihak universitas, sehingga piala tersebut akan diletakkan di gedung universitas juga.
Pihak universitas akan menyimpan piala bersama dengan foto ketiga pemenang sebagai kenang-kenangan atas pencapaian tinggi tersebut.
Dalam perjalanan pulang, Luzhou menerima telepon dari Dosen Liu. Dosen Liu memintanya untuk pergi ke Kantor Kepengurusan Akademik untuk berfoto bersama-sama.
Sepertinya, Wang Xiaodong dan Lin Yuxiang sudah pergi duluan, dan Luzhou tidak ingin menunggu terlalu lama. Ia masuk ke kamar untuk meletakkan tas-nya di meja, lalu berjalan keluar lagi.
Melihat Luzhou yang berjalan pergi, Shi Shang berkata dengan penuh rasa haru, "Luzhou sekarang sudah jauh sekali…"
"Benar, dia masih tahun pertama, dan dia sudah dapat Piala Menteri Pendidikan Lanjutan. Aku jadi iri." Huang Guangming menghela nafas, duduk, dan melanjutkan bermain game.
"Tapi dia masih jomblo, aku percaya dunia ini adil. Ada peribahasa apa itu… Tidak ada kata terlambat untuk belajar, tapi ada kata terlambat untuk masa muda… atau cinta." Ucap Shi Shang sembari terisak.
Tiba-tiba, Huang Guangming nyaris saja menjatuhkan HP-nya.
"Sialan, Kakak Fei… Kamu ini kenapa? Aku jadi takut, apa kamu mau ke Dokter bersamaku?"
"Pergi ke Dokter sana, kalian. Mungkin dia salah obat." Ucap Liu Rui sembari menulis sesuatu di atas meja.
"Kakak Fei? Hormati aku, panggil aku Kakak Shang." Mendengar nama panggilan itu, Shi Shang segera menjawab, "Kalian tidak akan mengerti perasaan seperti ini."
"..." Liu Rui hanya terdiam, begitu pula dengan Huang Guangming.
Shi Shang akhirnya berkata. "Intinya, walaupun kita tidak mungkin bisa mengalahkan dia dalam urusan belajar, kita bisa mengalahkannya dalam pengalaman dan kehidupan cinta. Dia tidak bisa sombong…"
Tiba-tiba, Liu Rui memotong pembicaraan, "Tidak, kamu salah."
Shi Shang pun terdiam. "Apa maksudmu?"
"Waktu liburan musim panas," Liu Rui terdiam sesaat. "Aku pergi ke perpustakaan, dan aku melihatnya belajar bersama seorang gadis."
Shi Shang terdiam, wajahnya memerah karena malu, "Belajar bersama-sama waktu liburan… Aku bahkan tidak pernah…"
Kemudian Liu Rui melanjutkan, "Dan, aku melihat mereka makan bersama di kantin… Sepertinya, yang membayar makanan adalah gadis itu…"
Suasana kamar menjadi hening, sangat hening dan canggung.
Shi Shang dan Huang Guangming saling pandang, seraya melirik ke arah Liu Rui.
Huang Guangming lalu berkata, "Apa gadis itu jelek? Kudengar murid-murid teladan wanita biasanya jelek."
Liu Rui menggeleng, "Tidak, bahkan sebaliknya, gadis itu cantik sekali…"
Huang Guangming dan Shi Shang sama-sama terdiam. "..."
Mereka telah benar-benar kalah.
Tidak hanya dalam urusan akademis, mereka juga kalah dalam urusan percintaan.
"Guangming, rasanya hidupku sial sekali…" Shi Shang menghela nafas. "Mengapa kehidupan masa kuliahku begini…"
"Iya, sama." Huang Guangming berkata dengan lirih, seraya meletakkan HP-nya.
"Besok… Mau belajar bersama?"
"Jangan besok, sekarang saja." Ucap Huang Guangming seraya berjalan menuruni tangga tempat tidur.