Sebenarnya, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap hipotesis matematika memiliki bobot yang berbeda, namun tidak ada kriteria pasti yang dapat digunakan untuk mengukur bobot sebuah hipotesis secara objektif.
Bagaimana bisa seseorang mengukur bobot sebuah hipotesis yang belum dibuktikan?
Mencoba mengukur bobot pasti sebuah hipotesis adalah tindakan yang bodoh dan tidak logis.
Tetapi, klasifikasi hipotesis bukanlah hal yang tidak mungkin.
Jika faktor-faktor non-akademik, seperti politik, ekonomi, dan berita media massa tidak diperhitungkan, ribuan hipotesis bisa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan tingkatan yang berbeda.
Hipotesis tingkat pertama, atau hipotesis dengan tingkatan tertinggi, terdiri dari hipotesis kandidat Penghargaan Millenium, soal-soal seperti Hipotesis Riemann, NP-Complete, Yang-Mills and Mass Gap, dan lain-lainnya. Selain soal-soal dari Penghargaan Millenium, ada juga soal-soal lainnya, seperti Soal Hilbert Ke-23.
Jika satu saja dari ketujuh soal itu terbukti, dunia matematika akan berubah drastis, bersama dengan dunia-dunia akademik lainnya.
Hipotesis tingkat kedua terdiri dari hipotesis seperti tiga hipotesis terbesar dunia matematika modern, yakni Hipotesis Goldbach, Teori Empat Angka, Teori Fermat, dan yang lain-lainnya. Dua di antara tiga hipotesis itu sudah diselesaikan, dan seseorang bernama Chen Lao sudah menyelesaikan persoalan "1 + 2". Selain ketiga hipotesis tersebut, sebagian pertanyaan pada Program Langlands dan pertanyaan dari Soal Hilbert ke-23 dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.
Namun, perbedaan hipotesis tingkat kedua dan tingkat ketiga tidak begitu jelas, karena keduanya hanya dipisahkan oleh opini-opini yang subjektif. Salah satu hipotesis yang dapat dimasukkan dalam kategori ini adalah Hipotesis Jacobian.
Mereka yang dapat menyelesaikan hipotesis tingkat ketiga, bisa saja menjadi kandidat Penghargaan Fields… Jika mereka masih berumur dibawah 40 tahun.
Hipotesis Zhou, yang sekarang telah menjadi Teori Zhou, termasuk pada tingkat keempat. Dalam tingkat ini, ada juga pertanyaan-pertanyaan yang termasuk pada ketiga tingkat lainnya, atau bahkan 'versi lemah' dari hipotesis tertentu.
Tingkat kelima berisi hipotesis yang tidak populer, atau hipotesis dari para matematikawan tanpa nama. Semua hipotesis yang tidak mencapai tingkat keempat akan dimasukkan dalam tingkat kelima.
Dengan metode pengelompokan ini, Hipotesis Polignac dapat dihitung sebagai tingkat ketiga, sementara Hipotesis Bilangan Prima Kembar adalah bentuk spesial dari Hipotesis Polignac, jadi bisa dibilang Prima Kembar berada di antara tingkat 3 dan 4, namun jauh lebih dekat ke tingkat 3.
Dengan kontribusi ini, Luzhou menjadi salah satu kandidat Penghargaan Fields, dan ia masih memiliki waktu selama 18 tahun untuk memenangkan penghargaan tersebut. Kompetitor terbesarnya adalah sang jenius dari Jerman, Peter Schultz, yang saat ini sedang berusaha menantang Hipotesis Weight-Monodromy. Namun, saat ini tidak ada yang tahu apakah Peter sudah dekat dengan pencapaian tersebut.
Tentu saja, pembuktian hipotesis hanyalah salah satu dari sekian banyak aspek Teori Angka. Ada banyak sekali ilmuwan yang tidak berhasil menyelesaikan hipotesis, namun mereka masih dapat berkontribusi secara signifikan dalam dunia akademik.
Misalnya, Tuan Grothendieck, yang berhasil menciptakan dasar aljabar geometri modern, dan mengubah total dunia analisa fungsi. Dia hanya memiliki dua kontribusi, namun keduanya sangat besar, dan kebanyakan hipotesis yang tercipta selanjutnya memiliki dasar pada 'Teori Probabilitas' yang ia ciptakan.
Jalan menuju puncak dunia matematika masih sangat panjang.
Pembuktian Hipotesis Prima Kembar dapat diumpamakan sebagai satu langkah kecil dalam pendakian gunung Everest.
Luzhou benar-benar sadar, pembuktiannya hanya akan membantu sedikit proses penyelesaian Soal Hilbert Ke-8.
Walaupun ia senang, sangat senang, hingga jantungnya seperti akan melompat keluar dari dadanya, tapi ia berusaha untuk tetap rendah hati.
Semakin banyak yang kamu tahu, semakin kamu merasa bahwa kamu hanya tahu sebagian kecil dari sebuah dunia.
Luzhou tidak tahu ia harus bagaimana, perasaan dalam hatinya bercampur aduk. Namun, satu hal sangatlah jelas, ia sudah menjadi bintang di Princeton.
Semua orang mengenalnya…
Kemarin, sudah ada berita bahwa seorang pria muda dari Asia menyelesaikan hipotesis matematika tingkat dunia, tepat di depan para penonton sebuah konferensi matematika internasional…
…....
Luzhou menggeleng, berusaha menahan kantuk, dan turun dari tempat tidur.
Ia mendorong pintu kamar mandi, berendam di air panas, dan mengenakan pakaian baru. Setelah selesai, ia berdiri di depan cermin dan berfoto.
Yah, lumayan.
Masih tampan, tapi pipinya terlalu kurus.
Padahal ia sudah makan banyak…
Akhirnya, ia meninggalkan cermin, dan pergi mendekati jendela untuk membuka tirai. Sudah lama ia tidak membuka tirai kamarnya itu.
Ia telah tidur nyenyak.
Inilah malam paling nyaman semenjak ia tiba di Amerika.
Namun, saat ia melihat langit di luar, ia tersadar. Tidak ada yang berubah.
Kalau saja pikirannya masih kurang sadar, mungkin ia akan bertanya-tanya apakah ia benar-benar sudah tidur…
Tiba-tiba, ekspresi wajahnya berubah kecut.
Tunggu, sekarang jam berapa?
Sudah setengah 4 sore!
Luzhou segera mengenakan sepatu dan berlari keluar.
Saat ia keluar dari elevator, tidak ada orang selain petugas hotel.
Dengan perasaan takut, Luzhou berlari, bahkan sampai menabrak seseorang berkulit putih, seraya mengetikkan pesan pada telepon genggamnya. Ia segera bertanya, "Ini hari keberapa?"
"Hari keenam, hati-hati kalau jalan!" Pria itu menjawab.
Untung saja!
Luzhou menghela nafas lega.
Sepertinya ia tidak melewatkan acara penutupan.
Tetapi, dengan pikiran yang lebih jernih, ia tersadar bahwa tidak mungkin ia tidur sampai dua hari dua malam.
Tiba-tiba, sosok berkulit putih yang sedari tadi menatap Luzhou terbelalak, "Kamu… Kamu yang waktu itu?"
Apa?
Luzhou merasa terkejut.
Bangsat!
Sudah cukup!
Pria itu memandang telepon genggam-nya, sepertinya berusaha membandingkan Luzhou dengan foto di Twitter. Setelah beberapa saat, pria itu berkedip dan menarik tangan Luzhou.
"Hei, kamu sudah menghancurkan makalah hasil kerja kerasku selama dua bulan! Aku sudah berusaha membuktikan bahwa ada pasangan bilangan prima lain selain 242, dan kamu sudah menghancurkan hasil risetku begitu saja!"
Luzhou tidak tahu harus berkata apa, ia hanya memandang pria itu, bersiap-siap memanggil sekuriti jika situasi menjadi semakin buruk.
Beruntung saja, pria itu tidak melakukan hal-hal nekat.
"... Tapi, kamu hebat sekali! Aku tidak menyangka bahwa metode SIFT bisa digunakan seperti itu… Namaku Carist, maukah kamu mau minum-minum bersamaku? Traktir aku, kamu sudah membuat kelulusanku terlambat! Jangan kabur!"
Luzhou langsung berlari tanpa menoleh ke belakang.
....
Di ruang auditorium, sudah banyak tamu yang berkumpul.
Acara penutupan sebentar lagi akan dimulai, namun sepertinya, jumlah penonton sudah berkurang, tidak sebanyak pada acara pembukaan.
Luzhou mengingat perkataan Kakak Luo. Orang-orang yang ikut konferensi seperti ini tidak semuanya akan ikut sampai akhir. Mereka kebanyakan hanya ingin mendengarkan presentasi, menyelesaikan laporan, atau bertemu dengan orang-orang sepemikiran.
Luzhou melihat sekelilingnya dan tidak menemukan Kakak Luo, Namun tak disangka, ia melihat Dylan, sosok yang dikalahkannya pada hari pertama.
Ternyata orang itu masih belum pergi.
Apakah ia benar-benar sekuat itu?
Melihat Luzhou menatapnya, Dylan tidak mengatakan apa-apa, ia hanya berpaling.
Luzhou hanya terdiam, tidak tahu harus melakukan apa.
Jika ia mencuri hasil dari riset orang lain, ia akan salah… Namun, ia tidak melakukan hal seperti itu.
Acara penutupan telah dimulai.
Dalam waktu singkat, seluruh ruangan menjadi hening.
Seorang pria tua yang membawa tongkat hitam perlahan-lahan berjalan naik ke atas podium.
Pria itu adalah Francis, kepala Asosiasi Matematikawan Negara dan anggota Asosiasi Matematikawan Internasional.
Pria itu terlihat sedikit tidak meyakinkan karena gerakannya lamban, hingga orang-orang takut ia akan tertidur di tengah jalan atau bahkan terjatuh saat menaiki tangga.
"Namaku Francis, pasti semua orang di sini sudah tahu… Yah, sebaiknya kita tidak membuang-buang waktu. Para peserta sudah tidak sabar, akan lebih baik jika acara segera dimulai." Kata pria tua itu lalu tersenyum.
Para penonton pun membalas senyuman itu dan bertepuk tangan.
Pria tua itu lalu membetulkan letak kacamata-nya, kemudian membuka kertas berisi naskah pidato, dan berpikir selama beberapa saat.
"Saya berterima kasih terhadap semua peserta yang berpartisipasi dalam konferensi ini. Saya juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya terhadap Parker, Amazon Group, dan berbagai macam perusahaan lainnya yang telah mensponsori acara ini. Sebaik apapun misi kita, kita tidak akan bisa maju tanpa bantuan orang-orang murah hati…"
"... Dengan berani, kalian semua menantang ketakutan dan berusaha mengejar hal-hal baru, tidak peduli sepintar apa kalian, rangking kalian, atau bahkan jika kalian terbukti melakukan kesalahan dan menderita kekalahan dalam debat… Janganlah pernah berpikir bahwa kalian tidak cukup hebat, bahkan, jika kalian berdiri di sini, kalian sudah menjadi 1% yang jauh lebih hebat ketimbang 99% orang-orang di dunia. Kuharap, tahun depan, di hari yang sama, aku akan melihat para remaja muda penuh energi demi mengejar ilmu pengetahuan… Tentu saja, orang-orang tua sepertiku juga bisa datang, dan juga akan disambut dengan antusias."
"Malam ini, kita akan berpesta…"
"Selain itu, aku hampir lupa…" Pria tua itu kembali membetulkan letak kacamata-nya, dan tersenyum penuh rasa bersalah sebelum melanjutkan, "pemberi presentasi terbaik akan mendapatkan 10 ribu dolar yang disponsori oleh Amazon Group, beserta dengan sertifikat khusus dari Asosiasi Matematikawan Dunia, pemenangnya adalah Luzhou… Sepertinya semua sudah tahu kan? Kalau begitu, aku akan berhenti bercerita."
Pria tua itu mengetuk tongkatnya pada lantai kayu panggung dan berkata kepada semua penonton.
"Mari kita bersenang-senang!"
"Ah, selain itu, pemenang kejuaraan Super Bowl kali ini adalah Philadelphia Eagles!"
Seorang pria muda kemudian bersiul.
Dengan suasana yang hangat dan gembira, tepuk tangan terus bergema, mengiringi penutupan konferensi tersebut.