Pada hari kelima konferensi matematika…
Seorang pria mengenakan jas, berjalan ke kamar 306 lalu mengetuk pintu.
"Tuan Luzhou, waktu presentasi Anda akan segera dimulai. Apakah Anda sudah siap?"
Terdengar suara-suara dari dalam kamar.
Setelah beberapa saat, terdengar jawaban.
"Sekarang? Bukankah giliran presentasi-ku masih nanti sore?"
Ekspresi pria berjas itu menjadi sedikit malu, dan ia berdehem, "Sebenarnya, satu jam lagi. Ada sedikit kesalahan pada pembuatan jadwal, dan seorang wakil dari Belgia membatalkan kedatangan karena masalah jadwal, sehingga jadwal pun diubah… Bukankah sudah ada pemberitahuan di email?"
Ruangan menjadi hening. Setelah beberapa saat, terdengar suara seseorang menghela nafas.
"Baiklah, tunggu. Aku mandi dulu."
Sosok itu menghela nafas lega.
"Terima kasih atas kerjasamanya… Dan mohon jangan terlalu lama."
...
Di ruangan nomor 1, ruangan yang sedikit lebih besar daripada ruang kelas Universitas Jinling, para penonton sudah memenuhi kursi-kursi yang disediakan. Di sana, terdapat sekitar 200 sampai 300 orang, beberapa di antaranya nama-nama baru, namun kebanyakan sosok-sosok yang sudah ternama di bidang matematika.
Ada Profesor Pierre Deligne, murid dari almarhum raja matematika Alexander Grothendieck. Ada juga Profesor Wang dari Universitas Yanjing…
Luzhou yang berdiri di atas panggung itu terlihat tenang, sama sekali tidak takut berbicara dalam publik. Namun, kondisi mentalnya sangatlah kelelahan, terlalu lelah hingga merasakan takut pun tidak bisa.
Ia membetulkan mik, seraya menata poin-poin presentasi yang akan ia berikan. Setelah pihak staf memberikan isyarat ia bisa memulai, ia pun mulai berbicara.
"Seperti yang sudah diumumkan sebelumnya, menurut jadwal awal, sebenarnya ini adalah waktunya presentasi tentang pembelajaran hukum Bilangan Prima Mason… Namun, masalah penjadwalan telah membuat mereka yang seharusnya memberi presentasi saat sore menjadi harus memberi presentasi saat pagi. Sehingga, saya ingin meminta sebuah hal kecil."
Luzhou terdiam sesaat, lalu memandang tim staf konferensi, "Bisakah kalian membantuku mengambil sebuah papan tulis?"
Staf konferensi terdiam, "Tidak apa-apa, namun proyeksi pada papan tulis akan terlihat tidak jelas. Orang-orang yang ada di belakang sepertinya tidak akan kelihatan."
"Berikan aku spidol." Luzhou berkata seraya memandang proyektor, "matikan saja proyektor itu."
Orang-orang yang duduk di kursi penonton mulai berbisik-bisik, mendiskusikan apa yang akan dilakukan Luzhou selanjutnya.
Sebenarnya, para anggota staf juga bingung dan ingin tahu, namun mereka sudah sering memenuhi permintaan aneh dari orang-orang 'jenius' sehingga mereka segera mengambil papan tulis dari ruang kelas sebelah.
Setelah menerima spidol dari staf konferensi, Luzhou mengangguk dan berterima kasih, sebelum berbalik memandang papan dan menarik nafas. Diam-diam, ia menutup mata, masuk ke dalam Sistem, dan menyalakan fitur inspirasi.
Satu jam terakhir.
Satu jam terakhir yang akan digunakan untuk menyelesaikan tahap terakhir!
Luzhou membuka mata dan mengangkat spidol-nya.
Di papan, ia menuliskan barisan rumus pertama…
Sementara Luzhou sibuk menuliskan proses pembuktian, suasana ruangan itu menjadi tegang.
Menggunakan papan tulis sangatlah merepotkan bagi mereka yang baru pertama kali mengikuti konferensi akademik seperti ini.
Kedua orang yang duduk di belakang segera mengambil barang-barang dan pergi.
Durasi konferensi ini hanyalah beberapa hari, sehingga setiap jam sangat penting, dan hanya beberapa presentasi yang dapat dijadikan prioritas. 30 menit yang Luzhou gunakan untuk presentasi sangatlah berharga, baik bagi dirinya sebagai pemberi presentasi, maupun bagi para penonton sebagai pendengar.
Sementara itu, sosok-sosok berpengaruh dan berpengalaman, yang sudah berpartisipasi dalam banyak sekali konferensi akademik, semuanya biasa saja. Mereka fokus pada hasil presentasi, bukan media atau cara yang digunakan untuk penyampaian.
Saat Luzhou menuliskan baris kesepuluh, Profesor Deligne yang sedari tadi diam tiba-tiba mengernyitkan alisnya.
Profesor itu mengubah posisi, memandang asisten di sebelahnya dan berbisik, "Apa kamu bawa buku catatan?"
Asistennya lalu mengambil buku catatan dan pulpen, "Ini."
"Terima kasih."
Deligne meletakkan buku catatan itu di pangkuannya, seraya menatap barisan-barisan perhitungan dengan tatapan serius.
Pada saat yang bersamaan, Profesor Wang Jiuping yang duduk di sisi seberang ruangan pun menatap papan di depan.
Umurnya sudah tua, sehingga ia sedikit kesulitan membaca tulisan-tulisan di papan. Namun, ia membaca setiap baris dengan sangat hati-hati.
Di sebelahnya, beberapa mahasiswa pertukaran pelajar Yanjing duduk dan memperhatikan presentasi tersebut. Para mahasiswa itu adalah tiga orang mahasiswa S1, satu mahasiswa S2, dan satu mahasiswa S3. Sebagian di antara mereka adalah muridnya, sementara sisanya adalah murid-murid temannya yang dipercayakan kepadanya.
Wei Wen menatap papan di depan dan bertanya-tanya, "Metode SIFT? Apa yang akan ia lakukan?"
Sebenarnya…
Apa yang ia pikirkan?
Profesor Wang juga memikirkan hal yang sama.
Tiba-tiba, saat melihat barisan akhir perhitungan, matanya terbelalak.
Sepertinya, ia akhirnya paham.
Tetapi, tetap saja, apa yang ia lihat itu benar-benar sulit dipercaya…
Dia ini mau apa? Menantang dunia?! Mau mencoba membuktikan Hipotesis Bilangan Prima Kembar saat ini juga?!
Dia ini jenius atau gila…
"Metode SIFT? Untuk membuktikan Hipotesis Kedua Goldbach? Tidak, tahap ini…" Molina menatap papan, ujung pulpen-nya diketukkan pada ujung buku catatan-nya sementara mata birunya tampak berbinar-binar karena kagum. "Esai yang diterbitkan oleh Profesor Zellberg di 'Jurnal Matematika' pada tahun 1995 memiliki metode ini… Dia sedang menantang Hipotesis Prima Kembar!"
Saat Luzhou menuliskan baris ke-20, 30 persen penonton sudah memahami apa yang diinginkannya.
Sisanya yang tidak mengerti? Mereka sama sekali tidak penting.
Konferensi seperti ini terbuka untuk semua kalangan, satu-satunya kriteria seleksi adalah bobot makalah yang dikumpulkan, dan tidak ada batasan atas kesulitan makalah yang digunakan untuk registrasi. Bahkan, bisa dibilang bahwa para penyelenggara ingin peserta semakin banyak agar mereka bisa meraup untung, karena biaya registrasi sama sekali tidak murah.
Walaupun peserta tidak mengerti, penyelenggara tetap akan mendapatkan banyak keuntungan.
Sistem terbuka konferensi memperbolehkan orang-orang tanpa tiket masuk untuk datang dan melihat apa yang sedang didiskusikan. Bahkan, ada banyak orang tanpa tiket yang berdiskusi dengan pemilik poster-poster yang ditempelkan dimana-mana.
Hanya saja, orang-orang tanpa tiket tidak bisa menempelkan poster, tinggal di hotel, dan tidak bisa diundang dalam pesta cocktail hari pertama dan hari terakhir.
Wei Wen menatap papan dan menggenggam pulpen-nya, "Hipotesis tiga bilangan prima Vinogradov…?"
Profesor Wang mengangguk, "Benar."
Wei Wen lalu bertanya, "Pak… Apa sebenarnya yang ingin ia lakukan?"
Profesor Wang tersenyum, "Kamu tidak tahu?"
Wei Wen terlihat sedikit malu, namun akhirnya menggeleng.
"Perhatikan terus." Profesor Wang menghela nafas, memandang papan di depan, dan mengangguk, "Bapak Tang telah mendapatkan murid berbakat… Dua puluh tahun kedepan sepertinya akan sangat berwarna…"
Tanpa menyadari suasana para penonton, Luzhou terus menuliskan perhitungan di papan, pergerakan tangannya lambat dan hati-hati.
Waktu berlalu, menit demi menit, dan para staf konferensi terus memandang jam mereka.
Waktu tersisa lima menit, dan seorang anggota staf berdehem, memberikan isyarat bahwa waktu tinggal sedikit dan sesi tanya jawab belum dimulai.
"Waktu tersisa lima menit, berikan peringatan kepada pembicara."
Luzhou terus menulis, semua perhatiannya terfokus pada papan. Sepertinya, ia tidak mendengar perkataan staf tersebut.
Dia benar-benar tidak lagi berada di dunia ini, hingga peringatan bahasa China pun tidak terdengar—apalagi peringatan bahasa Inggris.
Akhirnya, lima menit berlalu.
Para anggota staf saling pandang, bersiap-siap maju dan memberikan peringatan.
Namun, saat staf hendak maju, terdengar suara dari kursi depan, suara yang tidak keras namun cukup jelas.
"Biarkan dia."
Profesor Pierre Deligne berkata dari depan.
Mendengar perkataan itu, para staf akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa.
Namun, salah satu anggota berkata, "Tetapi, sebentar lagi sesi selanjutnya akan dimulai…"
Profesor Deligne meletakkan buku catatan-nya, berdiri, dan melihat ke belakang, "Presentasi selanjutnya akan diadakan di ruangan nomor 4. Yang ingin mendengarkan, silahkan pergi terlebih dahulu."
Seketika, suasana menjadi canggung.
Sepuluh detik berlalu, tidak ada yang bergerak.
Tidak ada yang mau keluar.
Mereka yang tidak mengerti isi presentasi itu sudah pergi dari awal, dan yang tersisa adalah orang-orang yang tertarik.
Bahkan, ada beberapa yang memahami apa yang akan dilakukan Luzhou selanjutnya.
Kenapa ada orang yang berani menantang hipotesis kelas dunia di konferensi seperti ini?
Yang berani melakukan ini hanyalah dua tipe orang, orang gila atau orang jenius!
Jika mereka tidak sedang ditipu, mereka akan menjadi saksi sebuah momen besar dalam sejarah matematika.
Bagi para mahasiswa arogan dari Princeton, topik ini juga sangat menarik.