Chereads / Sistem Teknologi Gelap / Chapter 112 - Penghargaan Mahasiswa Tahunan

Chapter 112 - Penghargaan Mahasiswa Tahunan

Tarian Burning Youth yang ditampilkan pada awal acara membuat suasana menjadi riuh. Para penari segera menyelesaikan tarian, membungkuk hormat, dan turun dari panggung dengan diiringi musik.

Setelah beberapa saat kemudian, tirai merah yang ada di panggung, terbuka dan memperlihatkan sebaris tulisan besar di tengah layar.

[Belajar dengan semangat, kerendahan hati, dan kebenaran.]

Itulah motto Universitas Jinling.

Di bawah motto, terlihat bendera merah yang berkibar di depan sebuah tembok raksasa.

Pembukaan selesai, dan seorang pria tua berkacamata yang ada di panggung segera berbicara.

Pria itu terlihat kurus, namun posturnya gagah dan tegak seperti tiang.

Luzhou hanya pernah melihat pria itu beberapa kali, namun ia sangat kagum dengan sosok tersebut.

Pria tua itu, tidak lain tidak bukan, adalah Kepala Universitas Jinling, Xu Jianxu!

Sebelum menjadi kepala universitas, dia adalah seorang anggota Divisi Teknologi Informasi dari Departemen Ilmu Sains. Ia telah memiliki peran besar dalam lebih dari 20 proyek, dan berpartisipasi dalam berbagai macam program penting lainnya. Ditambah lagi, ia juga memiliki peran dalam penggagasan dan pembuatan teknologi informasi dan keamanan jaringan negara.

Pidato yang diberikan Bapak Xu sangatlah berbobot, tanpa sedikitpun berbasa-basi. Dalam lima menit saja, pidato itu selesai.

Pria itu mengucapkan terima kasih, dan tepuk tangan meriah terdengar dari kursi para penonton.

Di belakang panggung, Luzhou berdiri menunggu, ia mengenakan pakaian rapi dan membawa secarik kertas berisi pidato. Tangannya sedikit lembab karena keringat.

Di kursi penonton, terdapat lebih dari 2000 mahasiswa S1 dari berbagai universitas, beberapa mahasiswa S2, staf universitas ternama, bersama dengan bagian publikasi dari TV Jinling dan TV Jiangsu. Mereka menyiarkan pembagian penghargaan secara langsung.

Dosen Tang berdiri di sampingnya dan berkata, "Apa kamu tegang?"

Luzhou berdehem, "Lumayan."

Kemudian Dosen Tang menyunggingkan senyum, "Tidak apa-apa, tegang itu wajar, dan kamu akan mendapatkan banyak kesempatan untuk berpidato seperti ini selama hidupmu. Anggap saja ini latihan, sekedar persiapan untuk masa depan."

Luzhou menarik nafas dalam-dalam dan berkata, "Baiklah, Pak."

Acara penghargaan itu dibagi menjadi tiga sesi, yakni sesi pembukaan, sesi pidato para pemenang, dan pembagian hadiah beserta dengan foto bersama.

Pidato kepala universitas telah selesai, menandakan akhir sesi pembukaan. Pembawa acara mengumumkan bahwa sesi selanjutnya telah dimulai.

Pada layar lebar di tengah panggung, terlihat sebuah PPT yang menampilkan nama-nama beserta dengan prestasi yang dicapai pemenang.

[Luzhou, pria, Departemen Matematika, angkatan tahun 2013. Telah mempublikasikan 13 makalah SCI yang berhubungan dengan matematika, informatika, dan sains material dengan menggunakan metode-metode yang inovatif. Terkenal karena keberhasilannya menyelesaikan soal matematika tingkat dunia dan membuktikan "Teori Zhou". Saat ini, ia telah diundang ke Konferensi Matematika Princeton di bulan Februari, dan ia merintis sebuah aplikasi baru bernama Asisten Kampus…]

Melihat barisan-barisan pencapaian itu, para penonton berdecak kagum.

Salah satu pencapaian itu saja akan cukup untuk membuat orang-orang di sekitar menjadi kagum.

Namun, kontras dengan kekaguman para mahasiswa di kursi penonton, hati Luzhou masih terbebani oleh sesuatu.

Tidak ada foto pada slide untuk menunjukkan siapa sebenarnya sosok yang berhasil mencapai semua itu.

Bagaimana bisa pihak sekolah memamerkan semua pencapaiannya, tanpa ikut memamerkan wajah tampan yang bekerja keras untuk mencapai semua itu?!

Dosen Tang berjalan keluar dan naik ke atas panggung, dan pembawa acara membantu menyesuaikan tinggi mik.

Akhirnya, setelah beberapa menit, suasana ruangan menjadi hening. Para penonton perlahan-lahan berhenti berbincang-bincang.

Dosen Tang berdehem singkat, kemudian berkata dengan perlahan, tidak seperti suaranya saat mengajar di kelas.

"Selama tiga puluh tahun kehidupanku sebagai seorang pengajar, hanya satu murid yang berhasil membuatku terkesan, yaitu Luzhou."

"Makalah analisis fungsi yang berhasil menarik perhatian Institusi Matematika Courant di New York, makalah pembuktian Teori Zhou dan penanda kelahiran hukum matematika baru… Jika kukatakan semua, mungkin pidato ini akan lebih panjang dari slide yang ada di belakangku."

Dosen Tang terdiam selama beberapa saat, sebelum menyunggingkan senyum, "Waktu kita terbatas, dan akan lebih baik jika tidak membuang waktu dengan mengulangi apa yang sudah ada di slide. Aku yakin, pencapaiannya telah melebihi mahasiswa S1 pada umumnya, bahkan melebihi mahasiswa S2 dan beberapa mahasiswa S3. Pada usianya yang masih muda, ia telah memiliki kedewasaan untuk memilih dan fokus pada bidang yang ia sukai."

"Semua ini dicapainya saat ia masih berumur 20 tahun."

"Waktu masih panjang, dan masa depan masih jauh di depan mata. Aku percaya, suatu hari nanti, komunitas akademik matematika dunia akan mengakuinya, dan ia akan menjadi salah satu sosok yang berpengaruh."

"Terima kasih."

Plok! Plok! Plok!

Suara tepuk tangan meriah bergema di sana.

Dosen Tang tersenyum dan memberikan mik kepada Luzhou yang sudah menunggu di belakang panggung, "Marilah, Nak."

Semua penonton masih seumuran dengan dirinya, dan mata mereka semua tertuju padanya.

Ia mengingat semua kerja kerasnya selama enam bulan terakhir ini…

Semua malam yang ia habiskan untuk begadang, mengorbankan waktu istirahat dan kesehatan…

Ia menarik nafas dalam-dalam. Jantungnya serasa akan melompat keluar dari dadanya.

Namun ia masih berusaha untuk berbicara.

"Saya berterima kasih Universitas Jinling yang telah memberikan saya kesempatan berdiri di sini, dan saya juga ingin berterima kasih kepada semua hadirin yang telah memberikan saya waktu untuk berbicara. Tentu saja, terima kasih yang terdalam saya berikan untuk para dosen dan orang tua, yang senantiasa mengorbankan waktu, dan bekerja keras untuk menyemangati, serta membantu saya dalam belajar…"

"Analisis Fungsi adalah minat saya, dan Dosen Tang telah memberikan saya inspirasi untuk menyelesaikan makalah pertama saya. Bapak Li Rongen juga telah mengundang saya dalam proyek, memberikan saya sebuah pengalaman berharga dan kesempatan menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan nyata… Semua ini adalah pengalaman yang tak ternilai harganya."

"Saya berhasil menyelesaikan Teori Zhou dan membuktikannya karena inspirasi semata, sebuah inspirasi yang datang karena semua ilmu yang diajarkan oleh dosen-dosen saya…"

"Untuk aplikasi Asisten Kampus, saya tidak sendirian, saya telah dibantu oleh sahabat-sahabat yang setia dan senantiasa bekerja keras…"

Dari pencapaian akademik, bisnis, teori, dan kerja sama tim. Pidato itu menceritakan kehidupan Luzhou sebagai seorang mahasiswa selama enam bulan terakhir dengan bantuan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Namun jujur dan tidak dibuat-buat. Semuanya bukanlah bualan, melainkan perasaannya dari awal sampai akhir enam bulan ini.

Tidak juga, jika ia benar-benar jujur, ia harus menceritakan tentang Sistem yang ada di dalam pikirannya, beserta dengan keberuntungan.

Tetapi, keberuntungan dan bantuan Sistem tidak mengubah fakta bahwa ia telah bekerja keras.

Semua faktor bercampur menjadi satu dan membawanya ke situasi seperti sekarang ini.

Seorang mahasiswa biasa, walau mereka tidak dibantu oleh sebuah Sistem, tentu saja bisa mencapai semua itu jika mereka mau berkonsentrasi, fokus, dan menggunakan waktu dengan baik.

Tidak ada yang tidak mungkin.

Tidak ada pencapaian yang bisa didapatkan hanya dalam waktu singkat, dan jalan demi mencapai tujuan pastilah akan dipenuhi rintangan. Dalam 10 atau 20 tahun, mungkin saja semangat untuk bekerja keras akan pudar, dan mereka akan tenggelam dalam kerumunan orang-orang gagal, namun seperti halnya semua pencapaian di dunia ini… Jika ada yang berhasil, pasti ada ratusan yang gagal.

Semua penonton mendengarkan pidato-nya dengan seksama, terutama mereka yang baru saja masuk dan menjadi mahasiswa baru tahun pertama. Ia berusaha memelankan kecepatan perkataannya demi membantu para mahasiswa baru yang mencatat isi pidatonya.

Akhirnya, sebentar lagi waktu akan habis. Luzhou menarik nafas dalam-dalam, berusaha menyampaikan semua perasaannya.

"Akhir kata, ingatlah motto universitas kita."

"Belajar dengan semangat, kerendahan hati, dan kebenaran."

"Semoga kalian semua berhasil!"

"Terima kasih!"

Ruangan menjadi hening selama beberapa saat, dan suara tepuk tangan para penonton terdengar semakin keras.

Plok! Plok!

Plok! Plok! Plok!

Mendengar suara tepuk tangan itu, Luzhou mengangguk perlahan kepada si pembawa acara, dan berjalan turun dari panggung.