3. Susu Indomilik
Pagi-pagi Andi sudah menjadi kebiasaannya menjemput ketiga teman somvlak yang cuma mau ditebengin. Mau bagiamana lagi, demi kesolidaritasan Anak Amak yang biar nakal durhaka jangan, Andi rela menjemput mereka ke rumah masing-masing. Alasan mereka sih simple aja, malas pake mobil, sekarang bensin udah langka, adanya pertalait. Pertalait mahal sedikit.
Mobil Andi heboh dengan suara-suara "enemi has bin slen", "meniac", "enemy lejenderi," biasa lagi memainkan mobail lejen. Agus dan Nanang sibuk dengan game Moba di handphone mereka masing masing.
"Uancok, lo goblok banget sih. Kalau Argus lagi ulti jangan diserang juga dong," protes Nanang pada Agus.
"Dasar, ga tau diri. Lo kan tanker, tanker itu di depan. Masa gua yang mage selalu di depan." Agus kesal karena dia mati kena sembelih oleh hero Argus.
Sementara itu, Felix keluar dari rukonya. Felix memang tinggal di ruko. Bapaknya kan pengusaha beras. Ya seperti orang-orang keturunan Tionghoa yang umumnya berdagang. Bapaknya juga punya banyak cabang yang tersebar di kota.
"Felix, bawa ini dong," kata Andi sambil menyentuh bibir. Sudah sedari tadi Andi menahan-nahannya.
"Lu kira toko bokap gua toko rokok apa?"
"Mulut gua asem nih. Nggak disumbat dari kemarin," balas Andi menghidupkan mesin mobilnya.
"Sampurna kemarin emang udah abis?" tanya Felix saat masuk ke dalam mobil.
"Udahlah, Agus yang ngabisin. Ngisap aja yang pande, beli kaga."
Agus langsung menatap si Andi. Memang dia yang menghabiskan rokok Andi di WC sekolah. Biasanya penyuplai barang setengah haram itu adalah Andi, kadang-kadang Felix dan Nanang. Sedangkan Agus, tukang habiskan.
"Ah, sama temen aja itungan lo. Ntar gua beliin malrobo dua bungkus," kata Agus.
"Lo rakus banget ama rokok. Nggak mau gua malrobo, gua lebih suka cita rasa nusantara."
"Ah, sok cita rasa nusantara lo, Ndi. Kalo lagi sakau rokok, paling lo langsung embat"
Derap ban mobil Andi terdengar tatkala melaju menuju ke sekolah. Sekolah mereka tidaklah terlalu jauh. Cuma sepuluh menit dari rumahnya. Yang lama itu menjemput ketiga bangsat yang nggak mau ngeluarin minyak mobilnya buat pergi ke sekolah. Pelit amat jadi orang.
Tepat di depan sekolah menuju ke parkiran. Andi melihat Sarah sedang berjalan ke arah yang berlawanan. Sarah lagi netek di susu indomilik yang sedang ia pegang. Sudah menjadi kebiasaannya untuk meminum susu di pagi hari. Sambil jalan lagi ...
Seperti biasa, jika Andi melihat Sarah, otak bangsatnya langsung tiba-tiba kreatif untuk mengerjai Sarah. Bawaannya itu jahat mulu. Ga ada baek-baeknya. Cewek cantik kaya Sarah tega Andi kerjain buat ngepuasin rasa kesalnya.
"Woi cuwgh, ada Sarah noh. Kita apain?" tanya Andi sambil bersenyum licik.
"Masukin ae mobil. Trus kita ena-ena." Penyakit menahun Agus kambuh lagi. Penyakit ini takan sembuh sebelum dirukiah sama 10 ustad.
"Lo bawaannya sange mulu sih. Seriusan dong. Mau gua daftarin lo ke acara rukiah?"
Andi sengaja memperlamat laju mobilnya.
"Itu kan ada genangan air. Kita muncratin aja airnya ke dia. Kaya di pilem-pilem gitu." Nanang memberi ide.
"Di pilem bokep maksud lo muncrat-muncrat?" tanya agus.
"Ya, allah ... nih anak bawaannya sange mulu ya," jawab Nanang sambil menekak kepala Agus.
"Kuy. Kita coba," kata Andi setuju.
Andi menaikkan laju mobilnya ke genangan air. Dan BYAR!! Separuh rok Sarah basah terkena muncratan air. Sarah tahu kalau itu kerjaan Andi sama kawan-kawan monyetnya. Sarah mengejar mobil itu sambil ngangkatin roknya. Ga beda kaya emak-emak narik daster buat ngejar yang malingin kutang di siang hari.
"Woi monyet hutan! Jangan pergi lo!"
Sarah ngejar mereka berempat sampe ke parkiran. Ga peduli dia cewek dan lawannya itu cowok. Kalau sudah namanya Andi dan kawan-kawannya, ia tidak pernah berpikir dua kali untuk membalas balik. Dia itu tipe cewek yang perkasa. Kuat dan tahan lama.
Dia langsung nyolot ke Andi yang sedang ketawa abis.
"Woi homo tingkat dewa! Lo kira jalanan punya buyut lo apa?"
Mereka melihat Sarah dari balik jendela. Jendela mobilnya memang dipasangin kaca pilem paling gelap. Yaahh sengaja biar ga ketahuan sama orang poskamling kalau di mobil lagi ada yang sedang indehoy di dalamnya.
Lupakan ...
Andi membuka jendela mobil super gelapnya.
"Kaca pilem lo gelap banget sih? Kaya mobil mesum aja lo," protes Sarah sambil menunjuki wajah Nathan. Nathan semakin nyengir tidak karuan.
"Ya suka-suka gua dong. Emang mobil gua punya elo, hah?"
"Eh denger ya EmSat, Empat Bangsat. Kalau bawa mobil itu pake mata. Nggak liat apa orang lagi lewat."
"Lah, salah elo sendiri yang lewat dekat mobil gua."
Sarah kesal dengan jawaban Andi. Sarah mengeluarkan tenaga huluknya buat membuka kotak susu indomiliknya yang sisa setengah. Badannya membesar. Kancing-kancingnya mulai copot satu per satu, termasuk itunya. Roknya koyak-koyak. Dia mulai menghijau, permirsa ... dan ...
Stop, ini berlebihan ...
"Nih, lo minum susu gua. Isap sekalian, isap sampe mampus!!!"
"WOI ANJING. Susu lo datar kaya triplek. Ogah gua netek sama lo. JANGAN LARI LO."
Sarah lansung pergi meninggalkan mereka berempat setelah menyirami baju Andi dengan susu yang tadi ia minum. Andi cuma bisa diam mencium bajunya yang sudah bau dede-dede bayi yang abis numpahin susu vanilla ke bajunya. Felix, Agus, dan Nanang ketawa abis-abisan karena Andi diguyur susu oleh Sarah.
"Dasar tuh cewek. Kapan warasnya sih?!"
"Sabar ini ujian." Felix mengelus dada Andi. "Ambil hikmahnya."
"Iya sabar ya, cuwgh. Mungkin lo mimpi dikejar gorilla tadi malam," kata agus.
"Diam lo semua! Malah seneng temen lo dikerjain sama musuh bebuyutan kita."
Andi terpaksa ke sekolah dengan bau susu vanilla. Yaa.. biar nggak kecium banget. Dia make sweater birunya. Ia berjalan lurus ke gerbang sekolah. Ini nggak seperti biasanya. Biasanya ia memilih jalan yang tidak benar.
"Andi lo ke mana? Kita sebagai berandal yang mengikuti kode etik keberandalan no. 5 tahun 2017. Kita wajib manjat pagar biar greget." Felix membaca catatan kecil yang berisi kode etik keberandalan.
"Oh iya gua lupa. Nih gara-gara cewek gila itu tuh. Nggak fokus gua. Maafin gua ya bang dodog. Gua khilaf. Lewat gerbang memang nggak ada gregetnya."
"Nah gitu, dong. Kita harus kaya Bang Maddog biar greget."
Mereka satu per satu manjatin pagar belakang sekolah. Memang semprul empat orang ini. Giliran gerbang dibuka lebar-lebar, malah milih manjat kaya anak parkur. Dengan perjuangan mereka memanjat pagar setinggi dua meter, akhirnya mereka memenuhi kode etik keberandalan yang entah mana mereka dapat idenya.
Setelah turun satu per satu, tiba-tiba setan menahun yang menghatui mereka berempat kembali datang.
"Andi. Gua mau dong dicrotin susunya Sarah," bisik Agus di telinga Andi.
Nanang, kali ini gua memang butuh ruqiyah dari bapak lo, jawab Andi dalam hati.
***