Aku berjalan menelusuri sepetak fondasi pipih yang tingginya melebihi dataran di sekitarnya, batas tepinya.. menjadi pemisah antara dua rentetan kerangka besi yang menjulur tak terbatas.
Aku menyentuh ujung dagu ku.. dengan perasaan bimbang yang tak menentu, ketika melihat suasana di sekitarnya yang begitu senyap tanpa adanya kehidupan yang bisa ku temukan.
Hanya ada beberapa bangkai gerbong yang tersisih tak bertuan, sekilas.. melihat lapisan terluarnya yang terkelupas dan berkarat.. menduga bahwa gerbong-gerbong itu telah lama ditelantarkan oleh pemiliknya.
Kehangatan sinar redupnya yang kemerahan.. menyelimuti seluruh lapisan elemen di sekitarnya, membuatnya tampak lebih indah di pelupuk mata.. yang seakan menghipnotis ku untuk tidak beranjak dari pesona indahnya.
Seketika.. semerbak aroma yang tak begitu asing mulai menyentuh berangkas ingatan ku, yang sepintas.. mendesak ku untuk mengingat suatu hal yang tampak hilang dari bingkai kehidupan ku, namun.. batas kemampuan ku dalam menjangkau lembaran itu.. menjadikannya begitu sukar untuk pulih.
" Tempat ini.. " gumam ku pelan sambil memperhatikan setiap sudutnya.
" Tapi.. aku benar-benar tidak mengingat sedikit pun pernah menjumpainya " ungkap ku yang seakan membantah sebuah keyakinan yang bergejolak pada diri ini.
...
Berselang beberapa saat kemudian..
Terdengar suara tepakan keras dari kawanan burung yang muncul dari balik pepohonan..
di-iringi oleh kicauan merdunya yang panjang, menggema memecahkah keheningan yang sempat terpikirkan oleh ku.. hanya aku seorang yang terdampar pada perhentian terpencil ini.
Aku tampak terpukau menikmati bayangan hitamnya yang sejajar dengan garis cakrawala, yang sekilas.. bagaikan percikan hitam yang tersebar ruah di atas gradasi, namun.. juga terselip rasa janggal atas kepergiannya yang terkesan tersera-sera, seperti menghindari sebuah musibah yang akan datang untuk menumpas rumah lama mereka.
Tak lama.. muncul se-ekor gagak yang terbang menyendiri melintasi wajah sedu ku, aku menengadah pada predator liar itu.. setelah kicauan nyaringnya yang terasa menyayat hati terucap melalui paruh runcingnya, tanpa sepengetahuannya.. Ia terbang begitu saja meninggalkan ku seorang diri yang berharap dapat membelai lembut tengkuk hitamnya yang gagah.
Se-onggok bulu hitam lepas dari kibasan sayapnya.. terbang meliuk terbawa hempasan angin dan mendarat tepat di hadapan ku.
Aku berlutut setelah lima langkah ku kerahkan.. menggapai bulu hitamnya yang terkapar di tanah, perlahan.. aku bangkit kembali sembari mengapitkan jempol ku pada pucuk tangkainya.
Hahh.. desah singkat ku.
Mata ku melebar ketika mengetahui sebuah kepelikan pada bulu itu.. bagian halusnya yang menggelitik perlahan memudar dari hadapan ku.. yang seolah habis terbakar.
" Ceeesss.. " desis suara lenyapnya yang meninggalkan ku mematung pada setandan yang tak berisi.
tak lama.. sebuah hembusan badai yang tak terduga menerjang diri ku dari belakang, meluluh-lantahkan rambut ku hingga untaian helainya yang mengembang mengganggu pandangan ku.
pakaian ku mulai terangkat.. terombang ambing oleh kencangnya sapuan angin yang membuat ku kesulitan untuk berjalan.
Kini.. udaranya yang semula terasa hangat berubah menjadi dingin yang kesejukannya dapat membekukan jiwa.
Aku menghalau wajah ku dari segenap percikan debu yang beterbangan, ketika rasa penasaran ini mendorong ku untuk menghadap ke arah angin itu berasal.
" Ada apa ini.. " tanya ku yang mulai menepi pada gerbong tua di sebelah kanan ku.
Sesaat.. dari ujung sana tampak gumpalan awan tebal yang begitu pekat.. hingga suasana yang berada di bawahnya tampak keruh.
Aku mendongak ke arah langit yang mulai dipenuhi oleh bentangan awan hitam.. luas jangkauannya mampu menutupi keseluruhan cahaya ke-emasan itu.. hingga tak secercah pun yang lolos dari pekatnya.
Wajah pucat ku tampak kebiru-biruan lebam.. sesaat gemerlap cahayanya berbenturan dengan batas kelabu itu.
" Apakah ini yang menyebabkan gagak itu pergi.. " ucap ku pada langit mendung itu.
Perlahan.. hembusan anginnya mulai terasa menipis dan suasana di sekitarnya menjadi gelap dan sedikit berkabut.
Ketika aku kembali menegakkan kepala ku.. tiba-tiba.. sesuatu yang bergelombang menangkap perhatian ku.
" Apa itu.. " aku mangapitkan sedikit katup ku pada sesuatu yang tampak bergerak dari seberang sana.. kepulan kabut malamnya membuat jarak pandang ku terbatas.. hingga sukar untuk ku ketahui.
Dan seolah.. pergerakan samar itu mulai menghampiri ku.
Aku mengambil langkah mundur.. ketika pergerakannya semakin mendekat, dan spontan.. diri ku terpelanting menabrak dinding luar peronnya.. paska bayangan itu melintas, hingga membuat diri ku terjatuh pada lantainya.
Setelah terhempas cukup keras.. aku meringis kesakitan sambil memegangi sikut lengan ku yang tergores.. sebelum akhirnya membuka pejam mata ku.
Perlahan.. aku bangkit kembali sambil memperhatikan keadaan di sekitar ku.
" Apa yang terjadi.. mengapa semuanya tampak berubah " ucap ku setengah panik dengan ekpresi yang tak percaya.
Aku menyandar lesuh pada sekatnya.. menyaksikan keanehan yang tengah berlangsung di hadapan ku, seketika.. gerbong gerbong kosong itu berubah menjadi kemerah-merahan.. yang seperti dilumuri oleh cairan kental yang mengering pada permukaan berkaratnya.
Dan lantai-lantai yang ku pijak.. semuanya tampak berbeda dari sebelumnya, mereka semua yang awalnya rapih.. kini menjadi retak tak karuan.. dan dihinggapi oleh bercak noda kecoklatan yang melekat pada permukaan rapuhnya.
Nafas ku mulai menggigil.. ketika suasananya terasa begitu mencekam yang se-olah mengancam keselamatan ku.
" Brreeckk.. " sebuah suara misterius yang menggema dari balik sana membuat ku tersentak, suaranya yang menyerupai benda yang menghantam keras sebuah keramik.. semakin membuat diri ku terpojok.
" Apa ada seseorang di sana.. " gumam gelisah ku yang mulai digentayangi oleh hal hal aneh yang bersemayam di dalam pikiran ku.
( aku masih terdiam dengan mata yang terfokus ke arah suara itu berasal )
Berselang beberapa saat kemudian.. muncul sesosok hitam yang menepi di antara kelimut malam, Ia mencoba untuk mengungkapkan dirinya yang tampak mencolok dari seberang sana.. dengan sekujur tubuhnya yang memerah.. yang sekilas terpandang tak berbusana sambil menggenggam sesuatu yang terlihat samar pada tangannya.
" Aku akan mendapatkan mu.. pendosa... " bisikan pelannya yang terkesan kelaparan itu, mendorong diri ku untuk melangkah mundur menjauhinya. " Aku rasa.. itu bukan manusia " sergap batin ku.
Sesaat.. aku langsung beranjak dari tempat itu dan mulai berlarian di sepanjang perhentian terbengkalai ini, aku terus mengikuti kemana arah jalur ini membawa ku tanpa keraguan sedikit pun.
keadaan sekitarnya yang begitu gelap.. tanpa setitik pun cahaya yang dapat tertangkap oleh mata.. semakin membuat jatung ku berdebar-debar akan perasaan itu..
sebuah perasaan yang teramat ku benci.. dan begitu menyiksa hidup ku..
dan itu hadir kembali.
...
Langkah ku mulai melambat sambil menahan bagian kanan perut ku yang terasa sakit.. aku masih mengerahkan sisa tenaga ku untuk pergi sejauh mungkin dari mahluk mengerikan itu.
dan di depan sana.. berdiri sebuah pintu besi yang tampak penyok pada bagian tubuhnya, lekuknya yang memendam terlihat seperti bekas benturan benda tumpul yang mencoba merusaknya hingga terbuka.
Pada bagian bawahnya.. terdapat beberapa noda darah yang melambangkan telapak tangan, sementara di bagian atasnya tertulis.. " masuklah wahai jiwa yang hilang ".
Dan tak jauh dari pintu itu.. terdapat sebuah turunan tangga yang mengarah pada bawah tanah, namun.. suasananya yang begitu gelap tak memungkinkan ku untuk menelusurinya.
" Akhirnya.. aku menemukan sebuah pintu " ungkap batin ku yang tampak lega dari semua kejadian itu.. dan dengan cepat aku menghampirinya dengan harapan semuanya akan segera berakhir.
Namun.. setelah tersisa beberapa langkah dari daunnya, sebuah teriakan yang menggema di antara gerbong-gerbong kosong itu menghentikan ambisi ku.
Lekas aku terhenti di mana aku berpijak.. dengan posisi membungkuk sambil menumpukan tangan ku di atas pangkal pahanya yang sedikit nunduk.
" Hahh.. apa ada sese.. orang di sana.. " ucap ku yang terengah-engah setelah berlarian cukup panjang dari mahluk itu.
Suaranya terus terdengar berulang-ulang.. membuat ku semakin yakin jika yang ku dengar itu adalah permintaan dari seseorang yang membutuhkan bantuan.
Bongkahan besi yang terparkir di bagian kanan menutup lajur pandang ku untuk melihat keadaan di arah sana.. yang memaksa ku untuk melewatinya.
Aku memutuskan untuk mengabaikan pintu besi itu dan mencoba melanjutkan perjalanan ku sedikit ke depan sambil mencari sumber suara itu berasal.
Setelah sampai pada penghujung besi itu.. dari kejauhan tampak seorang wanita yang tengah mengeset dengan keadaan terluka, sehingga kakinya tak mampu untuk memapah tubuhnya.
" Heyy.. apa kau baik baik saja " teriak ku pada wanita asing itu.. Ia terlihat seperti tengah mencoba untuk menjauh dari sesuatu yang mendekatinya.
Ia sedikit menghadapkan wajahnya dengan ekpsresi yang tengah menahan sakit.
" Tolong.. bantu aku " rintihnya dari kejauhan.
Tanpa pikir panjang.. aku langsung menghampiri wanita itu yang berjarak dua baris lajur perhentian.
Dengan sigap aku menuruni batas fondasi itu.. memijakkan kaki ku di atas relnya dan menggapai tepi lajur satunya.
( Aku berada di pertengahan jalur perhentian yang terbuka )
" kenapa kamu terluka " tanya ku pada wanita itu.
" Tolong.. di sana ada mahluk besar yang mengejar ku.. dia akan membunuh ku " ucap lesu wanita itu yang tampak ketakutan sambil mengulurkan tangannya yang sebagian telah terbalut oleh darah dari seberang sana.. dengan wajah yang begitu memohon.
Sesaat aku hendak menuruni batas lajurnya untuk menyebrangi rentetan besi itu, seketika.. niat ku terbungkam dan secara naluri yang mengendalikan ku.. menarik ku mundur dari tepi itu.
Ketika sosok mahluk besar yang tak menyerupai manusia muncul di hadapan ku.. membuat ku tertegun tak berekspresi menatapnya.
" Mahluk apa itu.. " batin ku yang begitu syok.
badan ku mulai terasa melemah akan ketakutan yang semakin mendekap tubuh ini.
" Tolong bantu aku.. keluarkan aku dari sini " rintihnya yang begitu ketakutan sambil meronta-rontakan kaki lemahnya pada lantai yang berjejak merah, dengan cepat Ia menumpukan sikutnya seraya menarik keluar tubuhnya.. menjauh sebisa mungkin dari pembawa petaka itu.
Sementara.. diri ku hanya terdiam kaku tak mendapati satu pun akal untuk menyelamatkannya, hanya bisa menyaksikan monster itu yang secara perlahan menghampirinya sambil membawa kapak besar yang Ia seret hingga menimbulkan suara derit dari lantainya yang tergores.
" Apa yang harus ku lakukan.. " ucap ku yang tak berpetunjuk, aku terus mencoba menekan kuat diri ku agar melakukan sesuatu.. namun, semua itu sia-sia, monster itu telah sampai di hadapannya.
ketika semakin dekat.. wanita itu menentangnya dan secara naluri tangan wanita itu nampak menghadang ketika kapak besar itu terulur ke atas, yang kemudian.. terayun tepat ke arahnya.
" Agghhh.. " teriaknya yang begitu memekik dan disusul suara tebasan yang menghentikan jeritan kerasnya.
Bllaassstt..
Aku langsung memalingkan pandangan ku yang tak kuasa menyaksikan hal semacam itu, suara tebasannya yang menggoyahkan jiwa membuat diri ku meringis pilu.
Aku mendekap erat mulut ku ketika melihat kondisinya yang begitu tragis, separuh wajahnya terbelah.. dan sebagian tubuhnya hancur, menyisakan genangan darah yang mengalir membasahi lantai sekitarnya.
" Oh ya tuhan.. aku benar benar minta maaf, aku tak bisa menyelamatkan mu " ucap ku yang terbata-bata menahan sesaknya kepedihan ini.
" Semua itu.. terlalu sulit untuk ku buktikan " aku terus berucap tak karuan ketika rasa bersalah itu begitu menyiksa batin ini, ketika teringat tak ada satu pun yang bisa ku selamatkan dari kejadian serupa.
Kemudian.. tubuh besarnya mulai berputar menghadap tepat ke arah ku, sekujur tangan kirinya yang terlilit oleh kawat berduri mulai terjulur menitikkan diri ku yang berada tepat di seberangnya, yang seolah.. semua ini salah ku.
Ia menurunkan rentang tangannya ke posisi semula.. badan tegapnya yang dikerumuni oleh beberapa tombak yang tertancap mulai menghadap kembali ke arah wanita yang sudah tak berdaya itu.
Ia menggeser tubuh kakunya dengan kapak yang Ia seret sampai pada batas perhentian itu.
" Tidak.. tolong hentikan.. jangan lakukan itu " pinta ku pada monster keji itu, tanpa menghiraukan perkataan ku, Ia melempar keluar mayat itu hingga terperosok dan menghantam jalur rel yang berada tepat di bawah ku.
Aku menatap iba pada wanita itu dengan perasaan yang teramat bersalah.. membiarkannya begitu saja tanpa melakukan sedikit pun perlawanan.
Seketika.. suara raungan kencang yang datang dari kiri ku memecahkan kesedihan ku.. menarik wajah ku untuk menatap sinar terangnya yang menyoroti diri ku yang tengah frustasi.
Aku menggeleng tak berucap sambil menatap sinar terangnya yang semakin mendekat.
" Tidaakkk.. " ucap pasrah ku.
Tangis ku pecah seketika.. saat laju kereta itu melintas tepat di hadapan ku.. aku menunduk tak kuasa.. mata ku terjepit erat dengan perasaan berdosa, membiarkan semua ini terjadi.
dan dengan sekejap.. semua kejadian tragis itu lenyap di hadapan ku.. meninggalkan ku seorang diri yang seakan memaparkan kelemahan ku secara sempurna.
" Itu semua.. bukan salah ku.. " ucap ku yang terisak-isak merunduk meratapi rel itu.