" Itu semua.. bukan salah ku.. " ucap ku setengah mengigau pada wanita yang terlindas itu, aku benar-benar berharap hal itu tidak terjadi.. bahkan dalam mimpi ku sekali pun.
" ... "
sebuah keheningan jeda yang terbalut rasa kecewa membiarkan ku lepas dari mimpi itu dengan perasaan campur aduk.
Rentang tangan ku mulai mencengkram erat selimut tebal ku.. dengan perasaan benci yang mendalam, sementara bias lajur pandang ku tampak buram.. terhalang genangan air yang pecah berserak.. membasahi sudut mata ku.
mimpi itu telah menyisakan kegelisahan yang tak bisa ku jelaskan.. ketika sergah laju kereta itu masih membekas rapih pada resep otak ku, yang membuat ku tak kuasa untuk memikirkan kembali skenario sadis itu.
Sebuah helaan yang teramat berat terlepas.. menyesakkan dada ku, aku masih berusaha menyingkirkan beberapa potongan yang masih menggantung.. sambil menyeka mata ku yang berlinangan.
" heekkkss.. " dengus sesak ku.
...
Sejenak ku terdiam pada kekosongan malam yang tak berembun ini, sambil menatap lesuh langit-langit kamar ku yang tampak samar.
" Itu hanya mimpi Grace.. tidak perlu diungkit kembali " gumam sedih ku yang mencoba menenangkan kerisauan hati ini, kalau itu semua.. semata-mata hanyalah rekayasa belaka yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kehidupan ini.
Dekapan rasa takut dan juga resah mulai menyita ketenangan ku, ketika hendak memejamkan kembali katupnya untuk melewati malam panjang ku, akan keraguan dapat terhindar dari mimpi yang serupa.
Aku mulai mengangkat tubuh ku secara perlahan.. hingga mendapati diri ku duduk termenung di atas kehangatan kasurnya.
Merasa tersindir oleh terangnya rembulan akan ketidak mampuan ku dalam melawan segelintir masalah yang mengikis kewarasan ku dalam beremosional.
Aku menelungkupkan setengah wajah ku pada celah lututnya yang terhimpit oleh dekapan hangat kedua tangan ku yang saling membelenggu.
" Wanita itu.. " ucap ku yang sepintas kembali menayangkan ekspresinya yang begitu ketakutan.. dan sebuah adegan di mana hempasan itu melaju tepat ke arahnya.
" Aghh.. " aku menggertakkan gigi ku.. memaksa kinerja otak ku untuk menyingkirkan semua gambaran itu, " Aku hanya.. aku hanya tak ingin menyimpan potongan berdarah itu " ucap lelah ku.
...
Wajah muram ku sedikit terangkat pada jendela yang menyendiri di tepi kamar ku, yang seolah.. menjadi saksi yang merekam semua jejak ku.
Hanya ada kegelapan malam yang sunyi di sekitar ku.. bersama dengan suara denging-nya yang bersemayam pada kedua telinga ku.
Aku mulai melepas dekapan tangan kanan ku untuk meraih boneka beruang yang bersandar di tepi kasur ku, menyeretnya mendekati kedua kaki ku yang berlekuk.
Aku menumpukan ujung dagu ku pada lengan kiri yang singgah di atas lututnya.. seraya mencagak kaki ku agar tetap terhimpit.
Aku mulai membelai lembut bagian perutnya yang mengembang.. sambil menikmati sensasi yang menggelitik pada setiap helai benangnya yang halus itu melewati telapak tangan ku.
Aku beralih menyentuh piringan bola matanya yang pekat.. sambil menyisir halus sisi wajahnya dengan jemari ku, senyumnya yang menggemaskan seolah mengajak ku kembali untuk mencurahkan segenap keresahan ku.
" Tapi.. Apa makna dibalik semua mimpi itu.. " keluh kesal ku yang mulai menyudutkan beruang tak bersalah itu.
" Mengapa setiap kejadian dalam mimpi ku selalu menyisakan duka yang mendalam, yang seolah.. semua itu salah ku "
Air mata ku mulai berurai kembali membasahi lekuk pipi ku, aku memang lemah dalam menahan sesuatu yang tampak menyudutkan ku.
" Dan mengapa.. aku tak pernah memiliki keberanian untuk menyelamatkan mereka ".
" Seharusnya aku tahu.. kalau itu semua hanya mimpi " Tegas ku yang tampak mengajarkan ketidaktahuan pada diri ini.
Aku menggigit bibir bawah ku mencoba menghentikan air mata ku yang mulai berderaian menghinggapi pucuk dagu ku.
" Memang.. aku ini pengecut " cela kasar ku pada diri ini.
aku mendengus letih sambil menatap sedih beruang itu.
...
Treeppp.. sebuah suara derit pintu yang terbuka pelan mulai menarik perhatian ku.
Dengan terkesiap.. aku memalingkan wajah ku dari pintu itu sambil mengelap tumpahan air yang bergelimangan dengan pangkal lengan ku, lalu merentangkan kedua kaki ku setelah berkedip beberapa saat untuk menghilangkan kesan sedih dari wajah muram ku.
" Sally.. " ucap ku setengah kesal pada dirinya yang memasuki ruangan ku tanpa memberikan sebuah ketukan.
...
...
...
Sebuah jeda singkat yang berhasil meredam wajah kesal ku, dan mata sayup ku mulai melebar.. ketika tidak mendapati jawaban dan juga dirinya dari balik pintu.
" Sall.. " panggil ku sekali lagi pada wanita itu.
Seketika.. pancaran sepasang mata yang berkelip tampak sekilas dari balik celahnya, sebuah tatapan yang tersirat rasa benci dan juga penuh dendam itu.. tertuju tepat ke arah ku.
Aku berpaling pada laci kecil yang berada tepat di sebelah ku untuk mengambil sebuah senter dari rak bagian kedua.
Lalu menyalakan sinarnya yang benderang dan menyorotkannya pada kegelapan di sekitar pintu itu, dan sosok itu.. dengan cerdiknya langsung melangkah keluar meninggalkan pintu ku yang terbuka.
" Siapa itu.. " tanya ku yang terheran-heran pada sosoknya yang sekilas mirip dengan perawakan gadis se-usia ku, tapi.. kalau itu benar Sally.. lalu untuk apa dia melakukan hal sekonyol ini.
Aku mematikan senter itu dan mulai berjalan menghampiri pintu ku yang terbuka.. memperhatikan ke segala arah ketika diri ku mencapai pada batas ambangnya untuk menemukan sosok tersebut.
" tidak ada seseorang.. " ucap batin ku.
" tapi.. aku benar-benar yakin barusan ada yang berdiri di sini " gumam ku sambil melangkah keluar meraih puncak dari susuran kayu merbau yang berjaga.. mengarahkan pandangan ku pada lantai bawah yang tampak sepi, hanya ada beberapa piring yang tergeletak dengan lumeran krim yang menghiasi bagian mejanya.
seketika.. bola mata ku mulai tersudut ke arah kamarnya setelah bising lagu yang terdengar samar mendarat di telinga ku.
Aku berjalan memasuki lorong pendek yang memotong antara kamar ku dengan miliknya, menghampiri sebuah pintu yang berdiri di dekat batas dindingnya, lalu mengetuk pintu itu yang terkesan memaksa pemiliknya untuk menghadap ku segera mungkin.
Trrepp.. suara pintu yang terbuka dan disertai oleh seorang gadis yang muncul dengan wajah mabuknya.
" Ada apa grace.. " ucapnya yang sedikit ngelindur sambil menumpilkan bahunya pada tepi pintu.
" Apa kamu tadi yang membuka pintu ku " tanya ku dengan nada curiga pada wanita chubby itu.
" Hahh.. pintu, tidak.. aku belum keluar semalaman " Jawabnya yang sempat membuat mata ku memekik tajam.. menerka-nerka kebenaran dari ucapannya, lalu.. diri ku perlahan memalingkan sedikit pandangan ku darinya yang tampak kebingungan.
" Aku pikir.. apa yang dikatakannya memang benar " sergap batin ku yang mencoba untuk menghentikan kecurigaan ku padanya.
Aku mencoba mengalihkan pikirannya yang mungkin mengacu pada hal yang tak ingin ku dengar.
" Oh.. mungkin aku lupa menutupnya, maaf sudah mengganggu waktu mu " tegas ku sambil memberinya sebuah senyuman tipis atas kesalah-pahaman ku, aku berusaha sebisa mungkin untuk mengakhiri perbincangan ku dengannya tanpa menyisakan sedikit pun kesan aneh pada dirinya.
Walau pun.. aku sudah bisa membaca dari raut wajahnya yang mengembang itu tampak kebingungan dengan tingkah ku, atau mungkin.. efek minuman keras itu telah mengambil alih kesadarannya hingga tak ada satu pun perkataan dari ku yang di hiraukan olehnya.
" Tak masalah.. btw, apa kamu mau wine.. " tawarnya Sally sambil menyodorkan sebotol alkohol pada diri ku.
" Tidak untuk saat ini.. " tolak ku sambil menggeleng singkat.
" Oke.. kalau tidak ada perlu lagi, aku mau melanjutkan kencan ku dengannya " Ia kembali masuk dengan langkah gontai sambil mendorong pelan pintunya.
" Byee.. " ucapnya pelan sebelum merapatkan celahnya.
Sementara.. diri ku masih termenung di dekat pintunya memikirkan hal tersebut, namun.. kebuntuan dalam berpikir ini memaksa ku untuk mengalah dan bergegas kembali ke kamar ku setelah tidak ada lagi hal yang ingin ku pertanyakan darinya, meskipun diri ku masih menginginkan sebuah kepastian dari semua ini.
Aku kembali ke kamar ku dan langsung menutup rapat pintunya.. menumpukan badan ku pada sandarannya yang sedikit menyembul.. membentuk ukiran kembang.
Sambil menatap kosong dinding muram itu dengan tatapan lusuh yang terkesan ngantuk, lalu mengangkat sedikit wajah ku yang tak ber-asa dan menghelakan nafas sesak ku dengan mata terpejam.
" Apa yang salah dengan ku.. " tanya ku pada angin malam yang menjadi saksi bisu terhadap kejadian tak berlogika itu.
" Apa aku benar benar gila.. "