Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pelita hati

🇮🇩watashiasfi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10.3k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Di Hukum

Di sebuah SMA Negeri 4 Makassar terlihat seorang siswa sedang menyapu di depan pagar sekolah di jam pelajaran, sudah bisa di tebak bahwa gadis tersebut pasti terlambat dan akhirnya dihukum.

"akhirnya selesai juga"ucap gadis tersebut dan berjalan menghampiri lelaki yang bertugas mengawasinya.

"kak sudah selesai, boleh saya ke kelas sekarang"kata adifa dengan sedikit bernapas ngos ngosang.

"oke, baiklah kamu bisa ke kelas mu sekarang tapi jangan terlambat lagi lain kali, kamu bisa dapat sp 3 kalu terlambat tiap hari, kamu sudah dapat sp 2 gara gara terlambat dan bertengkar, jadi jangan di ulang lagi nya kamu tidak mau kan orangtua mu di panggil gara gara ini" kata bima mencoba memperingati

"baik kak saya tidak akan mengulanginya lagi maaf sudah merepotkan kakak"kata adifa dengan menyesal.

"baik lah kamu boleh pergi sekarang"kata bima dan memperbolehkan adifa pergi ke kelasnya.

bima sebenarnya adalah seorang baik juga tegas, dia tidak mengenal mampu bagi siswa siswi yang melanggar aturan tata tertib sekolah karna itulah dia pilih menjadi anggota osis/mpk, aggota pramuka, ketua pmr dan juga angota basket sekolah, dia juga dikenal pintar. oleh karna itu,tidak heran kalau dia banyak di gemari oleh adik kelas dan salah satu murid kesayangan dan kepercayaan guru.

sebenarnya adifa dan bima itu seangkatan tapi karna bima salah satu dari murid terbaik di sekolah, jadi wajib di panggil kakak oleh teman temannya kecuali yang setingkat dengan nya.

Tidak lama kemudian bel pertama pun berbunyi itu menandakan jam istirahat pun sudah tibah setelah membereskan dan menyimpa buku di tas semua murid pun keluar dari kelasnya masing masing, ada yang langsung ke kantin, ada yang monokrom dengan teman temannya, ada yang ke taman dulu baru ke kanting dan ada juga di yang di panggil guru karna ada urusan.

sedangkan adifa dan teman temannya milih ke kantin utuk makan sekali an rapat di sana.

«di kantin sekolah»

"what, loh di suruh nyapu di depan pintu gerbang sendirian"kata putri setelah mendengar cerita adifa.

"hello, apa sekolah ini kekurangan uang untuk sewa tukan sapuh apa, kemarin loh di suruh menyapu taman, menyapu teras lep mipa dan apa lagi gua sampai lupa, tapi intinya loh tidak apa apa kan, loh tidak demam kan"sambil menempel kan tangannya di dahi debi"tidak panas" kata caca yang dari tadi panik tapi juga agak aneh dan lebay menurut orang lain.

"jangan terlalu lebay juga tau ca, lihat sekarang semua mata jadi tertuju pada kita kan" kata tasya yang mengecilkan nada suaranya.

"biarin, gue tidak peduli. apa yang kalian liat liat ha, lebih baik kalian urus urusan kalian jangan ceritain aip orang aja"kata caca sambil berdiri dari duduknya dan meninggikan suaranya.

semua mata pun berhenti menatap mereka dan melanjutkan aktivitas nya masing masing karna mereka tidak mau punya urusan dengan caca yang terkenal dengan bermulut pedas.

"caca, santai aja kali gue tidak apa-apa ko, jadi ayo duduk kembali tu makanan yang kita pesan sudah datang tu"kata adifa dan mempersilahkan caca duduk di bangkunya kembali.

"benar kata adifa santai aja kali"kata tasya.

"Iya iya gue duduk kembali, tapi bagaimana si lo bisa terlambat dan sampai ketahuan sama si tu kak bima"kata caca sambil duduk kembali di kursinya.

"gue terlambat itu karna bangun kesiangan dan gue ketahuan kak bima gara-gara ..." adifa pun menceritakan apa sebenarnya, kenapa di bisa terlambat.

"hai...hai bangun jam berapa sekarang, ayo bangun"kata seorang wanita paru baya sambil menepuk-nepuk pipi putrinya.

"hm... ifa masih ngantuk mam"kata adifa setengah sadar. Dan menarik selimutnya menutupi wajahnya.

"adifa! bangun nak, ini sudah siang memangnya kamu tidak mau naik sekolah"kata ibu ana pada putrinya dan menarik selimut yang tadinya menutupi wajah adifa.

"iya...iya ifa bangun, jam berapa si"sambil melihat jam di atas mejanya, seketika itu di langsung melotot melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.

"ya allah bu setelah tujuh bu, kenapa ibu baru bangun nin"kata adifa sambil bergegas ke kamar mandi.

ibu ana tidak bisa menjawab melihat kelakuan putrinya yang masih sangat labil itu, dia berfikir apa suatu saat nanti putrinya bisa bersifat dewasa dan bisa mandiri nantinya.

setelah dari kamar mandi dan memakai seragam sekolahnya, adifa keluar dari kamar nya dan langsung menuju teras rumah tanpa sempat sarapan lagi.

melihat putrinya tidak sarapan membuat nya kawatir jika nanti putrinya sakit gara-gara tidak sarapan, ibu ana pun mengambil piring yang sudah di isi nasi goreng dan telur dadar,untuk memberikan nya pada adifa.

"nak makan dulu gi sebelum ke sekolah"kata bu ana sambil menyodorkan makanan ke depan adifa.

"iya bu makasih tapi sepertinya adifa tidak makan dulu deh, soalnya debi sudah telat banget ni"kata adifa sambil memasang kos kakinya.

"buka mulut nya"pinta ibu ana.

"untuk apa ib"belum sempat adifa menyelesaikan perkataan nya ibu ana langsung menyuapinya.

"sebelum berangkat kau harus makan dulu nanti kamu sakit dan ibu juga kan ya merepotkan"kata ibu ana dan dibalas angguang oleh adifa.

setelah memasang sepatunya dan selesai makan, adifa langsung pamit serta mencium tangan ibunya dan berlari menuju group yang sudah di pesannya.

«Di depan gerbang masuk»

karna gerbang sekolah sudah terkunci dan tidak diperbolehkan masuk oleh pak satpam, jadi di akhirnya pergi dari hadapan satpam tersebut, tapi bukan namanya adifa jika tidak memiliki ide untuk masuk tampa harus berurusan dengan pak satpam yang ngiler itu.

"wou lumayan tinggi juga pagarnya, tapi setauku di sini pali jarang de orang lewat, oke ayo kita panjat sekarang, tapi sebelum manjat ku lampar aja tasku duluan"kata adifa yang melempar tasnya duluan dan memulai memanjat.

sesampainya di puncak dan tinggal melompat ke bawa adifa tidak berani ada akhirnya mengambil ancang ancang sambil menutup mata nya.

sedangkan di seberang pagar terlihat seorang lelaki yang baru dari kantor dan entah apa yang merasukinya sehingga nya mau lewat jalan yang sepi tersebut, dan tiba tiba saja dikagetkan dengan benda yang jatuh di sebelah.

"astagafirulla, apa itu"sambil menengok ke sumber suara"apa ini?, ha tas kenapa tas ada di sini, siapa pemiliknya??"bertanya pada dirinya sendiri.

"apa jangan-jangan"sambil melihat ke atas"Aaa..." teriak lelaki tersebut

"bukk"suara yang jatuh dari atas dan menimpa sesuatu.

"ko tidak sakit ya saat jatuh"kata adifa yang masih menutup mata nya.

"aduh"terdengar suara seorang lelaki.

"suara apa itu, tapi e tunggu seperti nya suara itu dari bawah deh"kata adifa yang masih sibuk bergulat dengan gilirannya.

"ifa bisa ka kamu berdiri aku ada di bawah mu"kata bima dengan lemah.

adifapun langsung membuka matanya dan melihat ke bawah dan alanka kagetnya di saat melihat tubuhnya ada di atas tubuh bima"Aaa"

bima pung langsung menutup telinganya saat mendengar teriakan kencang dari debi"berhenti berteriak"kata bima dengan suara yang meninggi.

adifa perhentian berteriak dan langsung berdiri dan berkata"Ee maaf kak aku tidak sengaja"

"Maaf maaf, tdk semudah itu tapi bdw kenapa lo bisa langsung muncul dan ada diatas tiba-tiba. jangan-jangan lo terlambat dan tidak bisa masuk lewat depan karna ada satpam terus main manjat-manjatan dan lansung lompat tampan melihat apa udah aman, dan nimpa gue kan jadinya..."kata bima dengan menebat tapi benar.

"acil...acil banyak ide juga lo ternyata, cemerlang sekali otak lo cil, gue salut sama lo"sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala nya

nama acil adalah nama yang di berikan bima untuk adifa karna menurutnya adifa itu masih anak kecil dari sifat sampai mukanya yang bisa di bilang imut-imut, maklum karna bima dan adifa bisa di bilang tumbuh bersama, mereka berteman dari TK sampai SMA jadi maklum mereka sangat akrab sampai di kira pacaran oleh teman teman mereka.

"iya kak kan dari dulu eman udah cerdas, jadi apa boleh sekarang saya pergi ke kelas sanya"kata adifa sambil melangkah pergi

"siapa bila kamu boleh ke kelas mu sekarang"kata bima sambil menyilangkan tangannya di dada.

"tidak ada si kak, tapa place kak bima sekali ini aja, bebasin adifa ya"sambil memohon dan memasang mata anak anjing nya.

sontak itu membuat bima mau tertawa dan melepaskannya, tapi apa la daya dia harus bersikap adil dan tegas bagi siapa yang melanggar aturan.

"tidak bisa kamu harus ikut gue ke BK"kata bima dengan tegasnya.

adifa hanya bisa menganggu dan mematuhi apa yang dikatakan temannya yang menurut nya sering ngebosangin nya itu.

setelah dari ruang BK, adifa pun menuju tempat lokasi yang sudah di tentukan yakni depan pintu gerbang dan di awasi oleh bima yang ditugaskan untuk menjadi pengawas adifa selama menyapu.

"begitu ceritanya"kata adifa tapi dia tidak mengambil bagian yang di suapi ibunya dan apa yang terjadi yang terjadi dia dan bima.