Chereads / Pelita hati / Chapter 2 - adifa

Chapter 2 - adifa

'tidak perlu menjadi orang lain ketika ingin di puja atau di puji.

karena yang terpenting adalah ketika dirimu mampu menerima segala kekuranganmu dengan lapang dada.'

-adifa.

"oh ternyata begitu ceritanya"kata putri,tasya dan caca bersamaan.

"ih kurang di hajar banget itu si bima, tunggu di sini gue ingin buat perhitungan sama dia" kata caca dengan suara cemprennya sambil bangkit dari tempat duduknya.

"sudah kali ca, tidak perlu gue tidak apa-apa ko lebih baik kita lanjutkan makannya dari pada bunga-bunga waktu, gue juga ingin melupakan kejadian yang tadi"kata adifa dan menarik tangan caca untuk duduk kembali.

"iya kali ca tidak usah, lebih baik kita lanjutkan makannya sebelum bel masuk bunyi"kata tasya dengan nada yang lembut. Dan dibalas angguhan oleh teman- temannya setelah itu mereka kembali menikmati makanannya masing-masing.

jam sudah menunjukkan pukul 17:00 itu artinya jam pulang sudah tiba, karna sekolah adifa merupakan sekolah negeri dan menggunakan sistem pendidikan k-13, jadi wajar kalau murid harus menghabiskan hampir setengah hari di sekolah walaupun itu terkadang sangat membosankan apa lagi kalau sudah jam satu ke bawah itu sangat membosankan karna itulah guru harus jeli dan cerdas untuk membantu muridnya semangat di jam jam tersebut, tidak seperti sekolah swasta seperti Madrasah aliyah yang santri nya menghabiskan waktu di sekolah jam 07:15 sampai jam 15:30, tapi perbedaan Madrasah dan SMA selain jam pulang, dan mata pelajaran nya yang dominan MA lebih banyak mata pelajaran nya di banding SMA, juga libur nya yang MA hanya satu kali liburan dalam seminggu yakni jumat sedangkan SMA memiliki dua kali liburan dalam seminggu yakni sapta dan minggu.

«Di rumah»

"bundaaa..."

"aduh...anak bunda yang satu ini kenapa sih? teriak-teriak didalam rumah...nanti di kira gila loh sama tetangga..."ujar bunda dengan nada has ibu-ibu tempo yang baru pulang arisan.

"ih...bunda mah jahat sama kayak kak bima"ucap adifa kesal.

"hehehe,maaf ya sayang...emangnya kenapa sih sampai rumah main teriak-teriak aja,malu sama tetangga sebelah yang rata-rata anaknya pada soleha semua"jelas ana dengan senyuman,walaupun iya sadar bahwa bisa saja anak bungsunya itu bisa sakit hati.

mendengar ucapan bundanya membuat adifa tersenyum mirim"begitulah bun,namanya juga anak SMA,bukan anak pesantren yang kerjanya hanya belajar agama dan menjunjung tinggi agama..."

mendengar ucapan putrinya itu hanya membuat ana menarik nafas lelah.seharusnya iya tau bahwa adifa bukan anak yang penurut seperti kebanyakan anak gadis di komplek mereka.tapi dia tetap bangga setidaknya putrinya tidak masuk di pergaulan bebas yang sebenarnya."gih,pergi ganti baju setelah itu turun makan malam bersama bunda dan satu lagi besok kakakmu akan pulang!"

mendengar itu adifa hanya tersenyum manis dan berlari kecil menuju lantai atas tepatnya kamarnya.