Chereads / Masa Lalu Atau Masa Depan? / Chapter 11 - Julian Lewandowski

Chapter 11 - Julian Lewandowski

Pool Cornwall

Pool adalah sebuah desa kecil yang terletak di wilayah barat Cornwall. Desa ini terletak di antara Camborne dan Redruth dan dilalui oleh 2 jalur highway yaitu A30 dan A3047.

Desa ini sangat lah bersi udaranya. Banyak anak kecil mulai berlarian di sepanjang pantai. Ku hentikan taxi yang ku naiki. Sejenak ku pandangi pantai yang begitu indah. Deburan ombak yang sangat menggoda. Air laut yang sangat bening bak sebuah berlian. Batuan karang yang amat kokoh, meskipun diterjang terus menerus oleh dahsyat nya ombak.

Di sisi pantai terdengar orang orang mulai bernyanyi sesuai dengan panduan sang penyanyi. Di sana terdapat sebuah panggung kecil yang dapat memuat 5 sampai 7 orang. Alunan lagu dari penyanyi Skylar Grey mulai terdengar. Menenangkan hati yang sedang gelisah.

Born on the wrong side of the ocean

With all the tides against you

You never thought you'd be much good for anyone

But that's so far from the truth

I know there's pain in your heart

And you're covered in scars

Wish you could see what I do

'Cause baby, everything you are

Is everything I need

You're everything to me

Baby, every single part

Is who you're meant to be

'Cause you were meant for me

And you're everything I need

Semilir angin menemani senjaku. Butiran - butiran pasir mulai mengotori kakiku. Nikmatnya senja ku. Sampai tak terasa butiran bening mulai memenuhi pelupuk mata ku. Air mataku menetes bersamaan dengan bersembunyi nya sang surya ke dalam perut bumi.

"Kakak kenapa kau menangis?" Kata seorang anak kecil menghampiri ku.

"Ah ini, mata kakak gatal makannya keluar air mata"

"Oo begitu. Sudah kak jangan bersedih lagi. Ini bunga untuk mu"

Anak kecil itu memberi ku setangkai mawar merah.

"Wah indah sekali bunga ini. Terima kasih"

Belum sempat kutanya kan tentang namanya ia sudah berlari menjauh dari ku menuju teman temannya.

Pukul 19.00

Tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat. Aku terlalu asyik menikmati pemandangan pantai ini. Hingga lupa bahwa kini sudah pukul 19.00

Aku segera bergegas mencari tempat penginapan. Namun sayangnya semua tempat penginapan sudah penuh. Aku berjalan menyusuri jalan kota yang mulai sepi. Hanya tersisa suara anjing yang menggonggong dan juga suara semilir angin yang mulai membuat badan ku membeku. Aku terus berjalan hingga pada akhirnya aku berhenti disebuah gereja tua. Ya aku sangat ingat gereja ini adalah gereja milik paman Sam. Aku tak butuh waktu lama untuk masuk kedalam gereja itu.

"Permisi apakah disini ada orang?" Tanya ku pada ruangan yang kosong itu.

Tak ada jawaban sama sekali. Aku terus melangkah kan kaki ku untuk menjelajahi setiap sudut ruangan.

"Hmm ruangan ini tidak banyak yang berubah. Semua terlihat sama seperti dulu." Gumam ku.

"Permisi nona apakah ada yang bisa saya bantu?"

Sontak saja suara itu membuat ku terkejut.

"Ah pak pendeta. Anda membuat saya terkejut"

"Ah maaf kan saya. Saya tidak bermaksud membuat nona terkejut"

"Ah iya tidak apa - apa"

"Ada apa nona datang ke sini malam - malam"

"Ah iya aku hampir lupa niat ku datang kesini. Aku kesini untuk mencari paman Sam. Apakah dia ada disini?"

"Ah tuan Sam. Sebenarnya nona tuan Sam sudah lama tidak ada disini"

"Apa.. Benarkah? Lalu paman Sam sekarang tinggal dimana?"

"Sebenarnya tuan Sam sudah lama meninggal dunia"

Sontak saja pernyataan tersebut membuat tubuh ku beku seketika. Aku tidak kuat menahan tubuhku. Aku hampir terjatuh lesu dilantai.

"Nona. Apakah nona baik - baik saja?"

"Ah iya saya baik - baik saja. Lalu dimana paman Sam di makam kan?"

"Tuan Sam di makam kan di pemakaman St. Austell."

"Baiklah aku harus pergi dulu. Terima kasih atas informasinya."

Aku mulai berjalan sempoyongan.

"Ah nona apakah anda yakin bahwa anda baik - baik saja?"

"Ah aku tidak apa - apa"

"Bagaimana kalau anda tinggal disini saja untuk semalam"

"Ah tidak usah pak pendeta"

"Jangan sungkan nona. Aku yakin bahwa nona belum mendapatkan tempat penginapan"

Sejenak ku berpikir. "Hmm benar juga ya apa yang dikatakan pak pendeta."

"Baiklah pak saya akan bermalam disini untuk sementara."

"Mari saya antar anda"

Pada saat di perjalanan menuju kamar aku mendengar suara orang berteriak.

"Ah suara apa itu"

"Tenang saja nona. Itu hanyalah suara salah satu anak dari panti asuhan ini"

"Ah begitu. Kenapa dia berteriak?"

"Julian memang suka seperti itu"