Chereads / Masa Lalu Atau Masa Depan? / Chapter 12 - Pemakaman St Austell

Chapter 12 - Pemakaman St Austell

Julian memang suka seperti itu"

"Oo namanya Julian. Seperti apakah dia? Kenapa dia berteriak seperti itu? Teriakannya seperti orang depresi saja." Gumam ku dalam hati.

"Ini dia kamar anda nona. Silahkan masuk dan beristirahat"

"Ah terima kasih pak pendeta"

Aku langsung masuk dan membersihkan diri. Tak lama kemudian ada orang mengetuk pintu kamar ku.

"Permisi nona saya biarawati yang diutus oleh pendeta Duke untuk melayani anda"

"Oo baiklah tunggu sebentar"

"Nona ini adalah pakaian untuk anda"

"Ah terima kasih bibi"

"Iya sama - sama nona"

"Umm bibi bisakah aku menanyakan sesuatu hal padamu?"

"Tentu saja nona"

Biarawati itu terlihat sangat lah rama sama dengan pendeta Duke.

"Ayo masuklah dulu bibi. Kita mengobrol di kamar saja sambil duduk"

"Baiklah nona. Ada hal apa yang mengusik pikiran mu?"

"Umm aku mau bertanya sejak kapan paman Sam meninggal?"

"Paman Sam meninggal sudah lama nona yaitu 10 tahun yang lalu"

"Apa 10 tahun yang lalu?"

"Iya nona"

"Tidak mungkin kan karena peristiwa itu?"

"Iya nona benar karena peristiwa itu"

"Lalu apakah bibi Loui masih hidup?"

(Bibi Loui adalah istri dari paman Sam)

"Nyonya Loui sekarang masih hidup nona. Tapi, sekarang dia sakit - sakitan"

"Apakah aku sekarang bisa menemuinya?"

"Tentu saja nona. Kau bisa menemui nyonya Loui. Namun nyonya Loui sekarang tidak ada disini"

"Dimana dia berada sekarang?"

"Nyonya Loui sekarang berada di mansion barat. Di daerah St. Ives. Ia tinggal bersama dengan anaknya yaitu Andrew."

"Baiklah terima kasih bibi"

09.00

Matahari sudah mulai merekahkan sinarnya ke dalam bilik kmar ku. Sinarnya yang menyilaukan membuat ku terbangun dari mimpi indah ku. Sejenak ku berpikir "sungguh indah nya mimpiku semalam. Andaikan hidup ku sebahagia di dalam mimpi itu"

Setelah aku bergumam sendiri aku mulai beranjak dari tempat tidur dan mulai untuk merapikan diri. Setelah itu aku menuju ke bawah untuk membantu para biarawati mempersiapkan makanan untuk sarapan.

"Bibi adakah yang bisa ku bantu?"

"Sepertinya kita kekurangan sayuran. Bisakah nona memetik sayuran di belakang rumah?"

"Tentu saja bibi"

Tak butuh waktu lama aku langsung menuju halaman belakang rumah. Disana aku sudah disambut oleh ribuan tanaman hijau. Aku mulai memetik satu persatu sayuran yang menurutku sudah layak untuk dimakan. Namun, beberapa waktu berlalu aku mendengar suara teriakan orang. Orang tersebut seperti sedang kesakitan. Tak butuh waktu lama aku langsung menghampiri sumber suara. Disana aku melihat ada seorang anak laki-laki yang ku perkirakan umurnya sedikit lebih tua dari aku. Dia sedang dihajar oleh beberapa orang disana. Aku berlari menuju tempat itu untuk membantu anak laki-laki itu.

"Hei berhenti. Apa yang kalian lakukan terhadap nya?"

"Hei kau jangan ikut campur. Kau hanya lah perempuan lemah"

"Apa yang kau bilang. Dasar kurang ajar" (aku mengambil sapu yang ada di sudut ruangan)

"Hei kalau kalian tidak mau berhenti aku akan memukul kalian dengan sapu ini"

"Cih. Kau pikir kita takut padamu. Dasar perempuan jalang. Kembali lah ke tempat mu berada. Kalau tidak tunggu kita selesaikan urusan ini dulu lalu aku akan menemanimu bermain. Bagaimana kau setuju kan?"

"Bermimpilah sesuai dengan kemampuan mu. Dasar bodoh"

Aku langsung memukuli nya dengan sapu namun apalah daya ku yang hanya seorang perempuan. Aku kalah dari mereka. Namun pada saat yang bersamaan ada seorang laki-laki paruh baya yang menolong ku. Seketika para berandalan itu pergi ketakutan.

"Terima kasih pak sudah menolong saya"

"Iya sama - sama. Apakah kamu berasal dari panti asuhan nak?"

"Iya pak kami berasal dari panti asuhan"

"Oo perkenalkan nama saya Steven"

"Salam kenal pak Steven. Nama saya Jolyne"

"Lalu siapakah nama pemuda yang ada dibelakang mu?"

Sejenak aku melupakan anak laki-laki yang barusan dipukuli itu.

"Hei apakah kamu tidak apa-apa? Apa perlu kita pergi ke rumah sakit?"

"Tidak perlu. Dan kau jangan terlalu akrab terhadap ku. Aku tidak mengenal mu dan kau tidak mengenal ku. Jadi jangan pernah bertemu lagi"

Anak laki-laki itu kemudian pergi dengan kakinya yang pincang.

"Dasar br*n*se*. Tidak tau terima kasih. Ah pak maaf kan perilaku teman saya tadi"

"Iya tidak apa - apa nak"

"Kalau begitu saya permisi dulu pak"

"Iya hati - hati"

Aku kembali menuju panti asuhan. Disana para biarawati sudah menunggu ku dengan khawatir karena dari tadi aku tak kunjung pulang. Setelah aku selesai dengan urusan ini aku langsung pergi menuju pemakaman St Austell.