Chereads / MP WX-Red / Chapter 2 - Case Bagian Kedua

Chapter 2 - Case Bagian Kedua

Bukan tanpa sebab dia tersenyum licik. dia saat ini sedang mendengarkan sesuatu dari earphone tanpa kabel penghubung. jari jemarinya bergantian naik turun diatas meja kayu seolah sedang memainkan melodi tertentu.

" Ternyata memang berguna juga dirinya "

Dia lantas tertawa begitu lantang, seandainya ada orang disekitarnya pasti orang tersebut akan menganggapnya gila. cara tertawanya memang tidak normal, terdengar " kha, kha, kha " bersuara tinggi, berganti " hwaaa hwa " bersuara menengah, lalu kembali tinggi dan semakin tinggi " graa, graa, graa ".

" syaah, boneka pertama, ikutilah permainan yang sudah diatur "

*****

Reva tidak memperdulikan lirikan viari. reva tetap melewati viari. ketika itu viari sedang menjelaskan runtutan waktu hingga terjadinya pembunuhan.

" menurut data, korban meninggal pukul 09:30, Tersangka pria pertama mengaku menyambangi toilet sekitar pukul 09:05, tersangka wanita sudah dipastikan pukul 09:40 sesuai waktu ditemukan mayat korban dan tuan detektive patah hati tidak tahu diri itu... "

merasa diacuhkan, viari menghentakkan kakinya kelantai " hei kamu sedang apa sih, tidak ada yang perlu diperiksa lagi kan "

reva tetap tidak perduli hingga sebuah jeweran membuatnya mengaduh " apaan sih, tidak perlu aku harus mengatakannya bukan, toh tadi aku sudah memberi kesaksian pada pak ranu jadi cukup kamu saja yang mengatakannya " jelas reva seraya menepis lengan viari.

" huh, selain itu aku tidak suka jika kamu seolah menganggap kasus ini belum terungkap kebenarannya " gerutu viari berakhir menunjukkan raut meremehkan.

" kamu tahu kelemahan seorang detektive sepertimu? " tanya zera seraya jongkok didepan sebuah lubang saluran pembuangan air yang tertutup penutup saringan lalu tersenyum setelahnya.

" apa itu, aku merasa tidak memiliki kekurangan " jawab viari yakin seyakinnya bahkan terkesan sombong.

" begitu ya, kalau begitu kamu lanjutkan saja hasil dari analisismu "

" huh, percuma! karena ka... ah.. " viari menyadari hampir kelepasan mengatakan sesuatu yang harusnya dikatakan saat klimaks dari analisisnya. semakin kesal saja viari kepada reva karena seperti menganggap reva telah dengan sengaja memancing emosinya.

" ehem, jadi kita lanjutkan, Detektive patah hati dibelakangku ini menyambangi toilet pukul 09:15, benar begitu pak ranu? "

" ya "

" saat itu, menurut kesaksian tuan detektive patah hati toilet pria sempat di tutup karena sedang di pel karena itu tuan detektive patah hati baru bisa masuk ketoilet pukul 09:25 "

" dari waktu tersebut, menurut kakak polisi yang cantik, kesimpulan apa yang bisa anda tarik "

" eh, saya?! " ucap polisi wanita yang semula tampak serius mendengarkan seketika berubah kelabakan.

" emm, bagaimana ya.. yang saya bisa tangkap sih, tersangka wanita terlepas dari tuduhan karena dia hanya orang yang menemukan mayat korban jadi sudah pasti dia mustahil membunuh korban "

" apa kakak polwan tidak memperhitungkan waktu sekitar lima menit yang kosong setelah tersangka lelaki pertama keluar dari toilet dengan asumsi hanya butuh lima menit tersangka pria pertama menuntaskan hajatnya hingga keluar dari toilet "

" apa mungkin waktu lima cukup untuk membunuh korban, jikapun cukup, bagaimana pelaku bisa terhindar dari cipratan darah? "

" wah, kakak polisi ternyata teliti juga ya "

" terima kasih " ucap sang polisi wanita tampak tidak senang dengan sunggingan senyum yang dipaksakan.

" benar, cipratan darah, bagaimanapun juga pasti pelaku akan terkena cipratan darah kecuali pelaku menaruh sesuatu yang bisa menghalangi cipratan darah "

" disini yang bisa dijadikan penghalang hanyalah tisu toilet tapi mustahil karena terlalu kecil untuk menutupi bahkan hanya untuk melindungi pergelangan tangan " ucap viari seraya melihat kotak tisu yang ada di sisi kanan salah satu wastafel.

" jadi bagaimana cara pelaku ... " ucap sang polisi wanita tidak sempat menghabiskan pertanyaannya karena keburu dipotong viari.

" mudah, pelaku tidak perlu menghindari cipratan darah tapi tinggal membuang pakaian serupa jaket yang berlumuran darah korban keluar melalui jendela "

" hei dani dan kamu rindi, periksa kebelakang segera "

" siap "

" baiklah, sambil menunggu bukti ditemukan, kita lanjut ke motif sang pelaku, untuk sang pacar dengan kemungkinan telah terjadi keributan sebelumnya antara dirinya dengan korban, jika mengasumsikan dari pesan sipelaku yang mendompleng nama MP WX Red keributan dipicu oleh perselingkuhan atau mungkin tidak adanya rasa cinta lagi dari sang korban terhadap sang pacar "

" bukannya pelaku hanya meniru cara pembunuhan MP WX Red, seharusnya pesan itu hanyalah sesuatu yang terpaksa diadakan bukan "

" jika maksud pak ranu pesan itu tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan sipelaku itu tidak benar seratus persen, karena bisa jadi ada kecendrungan psikologi pelaku yang muncul tiba-tiba mencurahkan kekesalannya agar dunia tahu, anggaplah itu sebagai sisi gila orang yang akalnya sudah dibutakan oleh kebencian ataupun balas dendam "

" ..... jadi pelakunya adalah sang pacar " ucap pak ranu terdengar tidak yakin

" bukan, bukan saya, hubungan kami sedang hangat-hangatnya karena baru seminggu jadian, jangankan ribut, selisih pendapat saja kami belum pernah "

" bohong! anisa belum lama ini curhat kalau dua hari yang lalu bertengkar denganmu karena kamu ketahuan selingkuh dengan mahasiswi dari kampus lain "

" hei rahayu, kebohongan apa yang baru saja kamu ucapkan, kami bertengkar! bukankah ... "

" pak polisi! saya tidak bohong, saya masih menyimpan bukti pembicaraan saya dengan anisa di aplikasi whaitshap "

pak ranu lantas mengambil hape yang di sodorkan oleh rahayu. setelah gerakan matanya yang cepat berhenti pak ranu mengucap "

" berarti memang kamu pelakunya, tangkap dia "

" tunggu! " viari menyeru.

" apalagi nak viari "

" saya belum selesai dengan analisis saya bukan dan tadi itu hanya dugaan dari kemungkinan yang lain "

" tapi? "

" sang pacar bukanlah pelakunya " ucap viari yakin.

" jadi... "

" sang sahabat juga terlepas dari tuduhan berdasarkan waktu kematian korban, .. yang tersisa hanyalah "

" jangan bercanda!!!! " teriak jeazy sangat keras hingga menggema keseluruh toilet.

****

" berjalan sesuai rencana, rasakanlah detektive " dia begitu senang, jemarinya semakin cepat naik turun mengetuk meja, di pemberhentian jari telunjuknya, ketukan terdengar sangat keras.

" syah, sang boneka gerakkan tanganmu "

*****

Reva tidak kaget saat viari menuduhnya sebagai pelakunya. reva justru dengan santai menghampiri jendela lalu melihat keluar. Tampak diluar dua polisi berlainan jenis kelamin sedang mencari sesuatu.

Reva juga seolah tidak perduli dengan teriakan-teriakan jeazy yang membela nama baiknya sambil menuding-nuding viari. reva sudah maklum dengan kebiasaan jeazy yang gampang tersulut emosi jika itu menyangkut dirinya. reva sebenarnya berharap jeazy tidak lagi memikirkan hutang budi masa lalu agar tidak bersikap terlalu berlebihan dalam menyanjungnya.

" rev, katakan sesuatu dong, jangan hanya diam dan malah asik dengan duniamu sendiri "

" zy, tenangkan dirimu "

" mana bisa! "

" zy!!!!!! "

jeazy terpaksa melunak karena meski ketegangan tubuhnya mengendur tapi kepalan kedua tangannya masih terlihat erat.

" dengar zy, statusku tersangka dan kini berubah jadi pelaku, jadi aku belum punya hak untuk membela diri sebelum detektive cebol itu selesai dengan analisisnya "

" tapi rev " tiba-tiba clara memegang bahu jeazy. pandangan jeazy pun tertunduk setelah melirik clara.

" Dengar ya kamu asisten jadi-jadian, kamu fikir aku senang dengan analisku, asal kau tahu, aku yang paling terpukul! dia itu orang yang aku akui, meski kami tidak akur tapi kami saling menghargai, karna kami rival, aku juga sempat tidak mempercayai tapi sudah keharusan bagi seorang detektive agar tidak melibatkan perasaannya dalam kasus yang dihadapinya "

" ho how, ternyata begitu ya perasaanmu kepadaku "

" berisik!!! aku tidak sudi digoda oleh detektive tersesat sepertimu "

" hmm, bukankah terlalu dini menyatakan aku tersesat, kamu belum menuntaskan analisismu, jadi status pelaku untukku masih abu-abu, karena itu aku tidak terima dengan pernyataanmu itu, Rivalku "

" huh, kamu bukan lagi Rivalku tapi musuhku sekarang, baiklah, aku tidak akan bertele-tele, dari waktu yang tadi disebutkan hanya tersangka pria kedualah yang sangat mungkin melakukan pembunuhan, setelah memastikan tersangka pria pertama keluar dari toilet, pelaku sebelum masuk ke toilet terlebih dulu memasang plang pemberitahuan toilet sedang dibersihkan agar tidak ada yang memasuki toilet sampai waktu yang dijanjikan dengan korban tiba hingga aksi pembunuhannya selesai "

" setelah membunuh korban, pelaku membuang sesuatu yang menghalangi cipratan darah keluar jendela, lalu menutup kembali jendela hingga akhirnya keluar toilet setelah menyingkirkan plang dan memastikan tidak ada orang yang melihatnya "

" tapi, bukannya sulit untuk nak reva menghindari dirinya agar tidak ketahuan orang lain, apalagi reva harus melewati ruang kuliahnya " tanya pak ranu.

" bukankah kelasnya saat itu seperti sarang tawon yang bahkan keributan akibat ulah penyusup kampus para penghuni ruangan tidak ada yang menyadarinya?! jadi pelaku sudah jelas bisa dengan santainya mengendap-endap melewati ruang kuliahnya tanpa disadari siapapun "

" bagaimana detektive tersesat, apa ada yang salah? "

reva tersenyum sebelumnya lalu dengan santai berkata " entahlah, selama bukti sesuatu yang kamu sebut sebagai penghalang cipratan darah belum ditemukan maka tidak ada yang perlu kutanggapi "

" itu hanya menunggu waktu "

" kamu yakin? "

" tentu " bertepatan dengan keyakinan viari, masuklah kedua polisi yang tadi diperintahkan pak ranu mencari bukti. kedua polisi itu kembali tanpa membawa apapun.

viari yang membelakangi kedua polisi tersebut tentu tidak langsung mengetahui. begitu kedua polisi melewatinya dan langsung menghadap pak ranu, viari seketika berubah tegang, matanya terbelalak.

" tidak mungkin " begitu lirih viari mengucapkannya.

" lapor, kami tidak menemukan benda apapun yang serupa dengan penjelasan nona detektive tadi "

" saya justru menemukan bekas jalanan yang saya cukup yakin belum lama ini terbentuk karena seseorang baru saja menginjaknya " lapor sang polisi wanita.

" sudah kuduga " ucap reva penuh kepuasan.

" apa maksudmu! " seru viari.

" hah, sebelum itu ada yang perlu di jernihkan terlebih dahulu bukan? dengan ini aku terlepas dari tuduhan sebagai pelaku, begitu pak ranu "

pak ranu mengangguk.

" tidak bisa begitu, meski belum di ketemukan, fakta waktu.. "

" fakta! " sela reva.

viari terdiam menahan kesal.

" hei, hei, tenangkan dirimu wahai rivalku. demi kebaikanmu, akan aku beritahu jawaban mengenai kelemahan detective sepertimu,... " ucap reva terjeda seraya mennghampiri viari lantas menepuk bahunya

".... yaitu terburu-buru " lanjut reva.

****

dia tampak lesu, dia sudah kehilangan kegembiraannya, dengan datar dia mengucap " membosankan, yah tapi setidaknya permainan boneka berjalan dengan baik "

*****

" viari, seharusnya kamu sudah bisa membenahi analisismu bukan? "

" begitulah " ucap viari setelah melihat saluran pembuangan air.

" boleh aku minta tolong padamu, anggaplah sebagai permintaan maafmu kepadaku "

" iya, iya, iya " gerutu viari seraya melangkah keluar toilet.

" nak reva " ucap pak ranu heran sambil melihat kepergian viari.

" ah, maaf, ada yang perlu di ambil guna menemukan bukti "

" sembari menunggu, mari kita bicarakan tentang kejanggalan dari pembicaraan tadi "

" kejanggalan? " ucap pak ranu berintonasi pertanyaan.

" ya, berkat itu saya mendapat bukti lain meski tidak kuat "

" pak ranu, apa isi dari chat di whaitshap tadi "

pak ranu segera menyalakan hape milik tersangka wanita yang sedari tadi masih dipegangnya.

isi chat :

" selingkuh, dia selingkuh yu "

" tidak mungkin, dia itu setia, aku yakin itu nis "

" tapi aku melihat sendiri dengan mataku sendiri, dia menggandeng mesra wanita lain di kampus Umrah "

" kamu salah lihat tidak "

" mungkin, semoga saja aku salah lihat "

selesai membaca isi chat, pak ranu terlihat seperti menelan ludah.

" sudah kuduga hanya sekedar informasi tentang dugaan selingkuh, hei kawan bisa kamu lanjutkan perkataanmu yang tidak sempat terucap karena didahului oleh teman wanitamu itu " pinta reva sambil melirik kearah wanita bernama rahayu tersebut.

" ba,baiklah.. em kalau tidak salah tadi aku mau bilang, ... bukankah kamu yang cerita kalau kamu terlibat pertengkaran dengan anisa karena membelaku "

" eh " gumam hampir semua orang yang ada diruangan toilet kecuali dua orang polisi yang baru saja selesai melakukan pemotretan pada mayat korban.

" nona rahayu, bagaimana " tanya rancu reva.

" bohong, lelaki pembohong, bukan hanya membunuh anis tapi kamu juga ingin memfitnahku "

" ayu?! " ucap tidak bertenaga sang pacar korban. pandangannya begitu sayu.

" baiklah, sepertinya harus di utarakan dengan jelas, untuk itu akan saya tegaskan pelaku dari kasus kali ini dia adalah "

" sang sahabat, Rahayu " ucap reva sambil menuding wanita yang dimaksud.

" tidak mungkin, mana mungkin saya pelakunya, bukankah sudah ada bukti isi chat, dia! lelaki itu pembunuhnya! "

" isi chat itu tidak bisa jadi bukti karena tidak membicarakan tentang pertengkaran antara korban dan sang pacar "

" tapi pak polisi tadi sudah yakin sekali bukan, ah saya baru ingat kalau setelah itu anisa menelponku jadi isi pertengkaran tidak ada di chat karena kami membicarakannya langsung "

" haah, penjelasannya sedikit rumit, begini, pak ranu tadi salah mengambil keputusan karena terburu-buru, sebab beliau yang merasa hampir mendapatkan kepastian karena analisis nona detektive tadi, akibatnya beliau hanya merangkum isi chat saja, rangkuman di fikiran beliau tanpa sadar terfokus pada kata selingkuh, hingga pertengkaran yang jadi masalah terabaikan, mudahnya karena sudah ada apinya maka beliau tidak perduli lagi dengan ada atau tidak asapnya "

" namun setelah beliau tadi membaca ulang, barulah beliau menyadari kekeliruannya, bukan begitu pak ranu "

" begitulah " jawab pak ranu datar.

" dan soal anda menelpon, apa anda tidak tahu tentang riwayat pemanggilan telepon?! "

pak ranu segera mengecek hape rahayu yang sedari tadi masih dipegangnya. tidak butuh waktu lama, pak ranu lantas menunjukkan riwayat pemanggilan diterima yang tertera dilayar, kosong.

seketika rahayu berwajah pucat.

" itu karena saya sudah menghapus riwayatnya "

" apa kamu mau terus berbohong "

" seolah kamu yakin sekali bahwa sayalah pembunuhnya, kalau begitu apa buktinya, lagipula aku tidak punya motif apapun! "

" hmm soal motif, saya hanya bisa menebak, kemungkinan terbesar kamu mencintai pacar sang korban atau yang paling mendekati sebelum korban menjadi pacar dari lelaki yang kamu cintai, kamu sudah melakukan pendekatan kepada lelaki tersebut, bahkan sudah hampir menjadi kekasih namun entah bagaimana ceritanya, sejak dipertemukannya dengan anisa, lelaki tersebut justru berpaling dan "

" cukuup! "

" kamu hanya mengarang cerita saja, kalau kamu tetap bersikeras menuduhku, mana buktinya "

" maksudmu sesuatu yang menghalangi cipratan darah? "

" entahlah, aku juga tidak tahu itu, yang penting mana buktinya, jika tidak ada, lebih baik hentikan oceha... "

" bukti itu semula ada dikepalamu ah lebih tepatnya pernah membungkus kepalamu untuk melindungi marwahmu sebagai wanita sholehah "

sang sahabat rahayu terkejut dengan muka semakin pucat.

" a,apa maksudmu, aku tidak mengerti "

" tidak, kamu pasti mengerti maksudku "

" sudahlah! kalau kamu tetap saja berbicara ngawur akan kutuntut kamu dengan tuduhan pencemaran nama .. "

" lebih baik kamu tidak usah memaksakan diri untuk membela diri nona pelaku " sela viari seraya masuk masuk sambil membawa batangan besi yang cukup panjang seukuran hampir sama dengan tinggi badannya lalu berjongkok di saluran pembuangan air. setelah membuka penutup saringan, viari memasukkan batangan besi kedalam saluran pembuangan air. dengan ujung batangan besi yang bengkok terbelah seperti bercabang itu, viari lantas berusaha menarik sesuatu dari dasar saluran pembuangan air.

" hei, hei, kenapa kamu pakai alat yang merepotkan seperti itu sih, kamu nyarinya ketoko bangunan ya " ledek reva menahan tawa.

" berisik, cuma ini yang bisa aku dapatkan soalnya "

akhirnya viari berhasil menarik sebuah kain berlumpur yang meski terlihat samar namun warna merah masih jelas menghiasi.

" apa kamu kenal kain ini, atau lebih tepatnya kerudung ini nona pelaku "

" e,entahlah, untuk apa kamu menunjukkannya padaku "

" karena ini milikmu, selain ingin memperlihatkannya padamu, saya juga ingin mengembalikannya padamu "

" jangan bercanda ... "

" sudahlah, hentikan perlawanan sia-siamu, di kerudung itu pasti masih menempel sisa rambutmu "

" Seenaknya saja, kamu fikir rambutku ini mudah rontok apa "

" begitu ya, tinggal kita buktikan saja "

pak ranu memerintahkan polisi wanita untuk mengecek kerudung berlumpur juga bernoda darah tersebut.

" saat itu pasti kamu terburu-buru melepasnya, meski rambutmu tidak mudah rontok tapi seharusnya ada rambut yang tercabut atau patah karena kecerobohanmu "

tepat setelah reva mengakhiri ucapannya, sang polisi wanita menunjukkan sehelai rambut hitam yang ternoda oleh merahnya darah.

Rahayu seketika terduduk bersimpuh lemas lalu menjerit pilu " tidak mungkin... maafkan aku "

entah untuk siapa permintaan maaf itu. yang jelas kerudung itu telah ternoda, sesuatu yang seharusnya digunakan untuk melindungi marwah wanita namun disalah gunakan untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. kerudung yang malang, mungkin kelak akan ada rumor kerudung pembawa bencana, bukankah sudah menjadi kebiasaan kebanyakan warga dinegara tempat reva kini berada justru menyalahkan atributnya padahal sudah jelas manusialah yang telah salah menggunakan atribut tersebut, bahkan benda sesuci apapun akan terlihat kotor jika dipakai oleh seorang pendosa.

*****

Dia berjalan dikeramaian kota. ditiap langkahnya tak henti lirikan matanya menelusuri setiap sudut kota. pada akhirnya dia berhenti disebuah taman. pandangan tajamnya yang seolah mampu menembus apapun itu kini tertuju ke birunya langit.

" selesai-kah?! cukup menarik untuk sebuah permulaan "

Ya, awal mula yang baru setelah beberapa pengalamannya sebulan terakhir. Dia tidak sekedar ingin memuaskan hasrat kebenciannya tapi juga harus memuaskan hasrat semangatnya. percuma jika tidak " menarik ". dia baru menyadari setelah membunuh korban ketiganya. tidak ada tantangan, tidak ada yang menyenangkan selain wajah pucat saat korban memohon belas kasih. dia butuh yang lebih dari itu.

" apa urusan yang kau sebut mendadak itu sudah selesai " ucap tiba-tiba seseorang berpakaian serba hitam dengan stelan jas yang sangat rapi dan memakai kacamata hitam serta topi koboi.

" begitulah, baru saja selesai, jadi apa permintaannya kali ini "

" itu akan diketahui setelah membacanya " jawab lawan bicaranya seraya memberikan sebuah berkas.

" asal kalian tahu, jika tidak menarik maka berkas ini hanya akan berakhir di tempat sampah "

" jika sampai begitu maka kesenanganmu didunia ini dipastikan akan segera berakhir "

" huh, ancaman yang sama juga berlaku untuk kalian, lebih baik mulai sekarang kalian berhati-hatilah "

" akan sangat buruk jika anjing peliharaan yang kami asuh justru bermaksud menggigit kami, akan aku sampaikan kebodohanmu itu "

" terserah padamu, lucifer "

*****

Disebuah rumah makan sederhana bergaya klasik berdekorasi ukiran dari adat jawa, di situlah reva dan teman-teman serta Rivalnya kini sedang memberi asupan pada tubuhnya. setelah mereka selesai menikmati hidangan yang berbeda-beda itu, viari membuka pembicaraan terlebih dahulu.

" maaf! "

" hei zy, apa kamu mendengar sesuatu " reva pura-pura tidak mendengar.

" tidak, memangnya kamu mendengar apaan barusan rev "

" hemm seperti suara ayam kate sih, mau kluruk tapi mungkin sadar sekarang siang hari eh tidak jadi deh "

" aaaah, maafkan aku detektive patah hati, aku mengaku kalah dan salah hari ini, maafkan aku karena menuduhmu sebagai pelaku, puas! " viari begitu kesal tapi kesan imutnya justru bertambah.

" hei cebol, kamu ini sedang minta maaf apa mau nyari ribut sih " jeazy berlagak menantang dengan menaruh siku tanganya diatas meja sedang telapak tangannya menyangga dagunya. sebuah tusuk gigi yang lantas digigitnya memberi kesan seorang preman yang sedang menakuti anak kecil.

" sudahlah zy, detektive cebol nan angkuh sepertinya mana tahu cara meminta maaf yang benar "

* brak * gebrakan meja yang dilakukan viari sontak membuat reva dan yang lain terdiam. pengunjung lain pun terlihat menatapi tempat lesehan mereka.

Viari bangkit dan berjalan menghampiri reva melewati clara dan jeazy. sesampainya ditempat reva, viari langsung merangkul leher reva.

" eh " gumam clara heran namun bercampur cemberut.

rangkulan viari bukanlah rangkulan yang perlu di cemberutin oleh clara karena rangkulan itu justru menyakiti leher reva pada akhirnya.

" apaan sih ini " keluh reva berusaha menahan upaya viari yang semakin mengencangkan apitan siku tangannya.

" ini cara yang benar meminta maaf bukan "

" bodoh! kau hanya memperburuknya "

" huh " viari tiba-tiba melepas rangkulan mautnya.

" jadi, apa aku sudah dimaafkan "

" dasar cebol gak tahu diri! " seru jeazy seraya bangkit namun dicegah reva dengan hadangan lengannya.

" sudahlah zy, begitulah caranya selama ini, terima saja "

" heh " jeazy kebingungan.

" rev, aku baru tahu kamu punya kecendrungan menyukai disiksa oleh wanita " ucap clara tidak percaya.

" sembarangan, api dilawan api apa jadinya, kebakaran besar, jadi lebih baik menjadi air biar padam apinya "

jeazy dan clara semakin bingung dibuatnya. mungkin secara normal mereka berdua bisa menerima jika perlakuan viari dalam batas normal tapi ini sudah tidak normal. sudahlah salah tapi justru membuat pihak yang dimintai maaf sampai menyerah.

" huh, yang lebih penting, bisa beritahu kenapa kamu tidak memberi analisis yang komplit tadi " tanya viari angkuh.

" menurutmu apa jadinya jika berita MP WX Red menjadi dalang kasus kali ini tersebar "

" nama baik kampus kita menjadi buruk, begitu "

" itu salah satunya, yang terburuk adalah kemungkinan MP WX Red lebih banyak menargetkan korbannya dikampus kita "

" tunggu, tunggu, apa maksud kalian berdua, bukankah pelakunya adalah sang sahabat, rahayu "

" hah, aku semakin yakin kamu dan wanita yang melihat dengan tatapan cemburu itu " ucap viari terhenti sambil melihat clara yang spontan salah tingkah.

" apaan sih, cemburu? sembarangan "

" ... hanya asisten gadungan, dengar ya, wanita tadi memang pelakunya namun wanita itu tidak beraksi sendirian, MP WX Red lah di balik kasus kali ini, MP WX Red sebagai pengatur rencana sekaligus membantu sebagian aksinya " lanjut viari masa bodoh dengan protes clara. clara pun semakin cemberut dibuatnya.

" eeh, kok kamu tidak menjelaskan hal sepenting itu tadi rev? " jeazy tidak mengerti.

" bukankah barusan aku sampaikan alasannya zy, selain itu juga aku ada alasan khusus "

" apa itu?! " ucapan yang datar tapi lirikan maut viari itu berarti ancaman.

" hah, masa kamu belum menyadarinya sih "

" maksudmu, kamu berupaya agar MP WX Red mengira rencananya sukses guna mempermudah perburuanmu terhadap MP WX Red, begitu "

" begitulah "

" aku rasa MP WX Red sudah menyadarinya, bukannya alat sadap yang ada di saku celana pelaku wanita tadi telah memberi informasi yang jelas kepada MP WX Red "

" tidak, jeazy coba kamu ingat, sampai si detektive cebol kembali membawa linggis, apa ada pembicaraanku yang menyinggung MP WX Red "

" hmm aku yakin tidak ada "

" hwo, itu artinya kamu sudah mengetahui sejak awal bahwa MP WX Red memang terlibat ya, karena itu kamu membiarkanku melakukan kesalahan analisis " duga viari.

" begitulah "

" sial, kenapa bisa, padahal tidak ada petunjuk lain selain keterangan waktu kejadian "

" karena itulah aku menyebutmu terburu-buru, jika kamu lebih teliti maka kamu akan merasa aneh dengan pinggiran penutup saluran pembuangan air yang basah sedangkan lantai sekitarnya kering total "

" cih, artinya setelah pelaku wanita dibantu MP WX membunuh korban lalu menutup kembali jendela yang menjadi jalur pelarian MP WX Red, pelaku wanita membuang kerudung berdarah itu kesaluran pembuangan air namun karena tidak semudah itu menjatuhkan hingga kedasar pembuangan air maka pelaku menyiramnya dengan air, begitu "

" tepat "

" tapi apa tidak aneh, seharusnya MP WX Red menyadari kesalah kecil seperti itukan, mana mungkin MP WX Red tidak mengecek saluran pembuangan air itu terlebih dahulu, lagipula bukankah lebih Aman jika MP WX Red membawa kerudung berdarah itu "

" bagaimana jika aku menyebutnya itu disengaja "

" hah? ..... " sejenak viari berfikir.

" jadi begitu maksudmu, haaah, hei detektive patah hati "

" aaah " seru tertahan clara saat melihat viari bersandar pada reva. cemberut clara bertambah kian memancungkan bibirnya.

" apa aku masih pantas menjadi rivalmu "

" tentu, perbaiki kekuranganmu, aku yakin suatu saat kamu akan melebihiku "

" hei, hei, adegan mesra apa ini " ucap jeazy

" mesra, apa matamu dan wanita pencemburu itu sudah rabun " jawab viari cuek seraya bangkit dari sandarannya.

" apaaa, ssh kamu ini ya cebol, huh , " jeazy beralih pada reva "

" reva aku tidak akan merestui hubungan gelapmu dengan wanita cebol ini "

" aku juga " sambut clara.

" kalian berdua, sejak kapan jadi sehati begini, apa tanpa sepetahuanku kalian sudah menjalin hubungan "

clara langsung shock mendengarnya. jeazy menahan kesal dibuatnya.

" reva, kenyataan kamu sebagai ahli analisis aku akui itu "

" ah biasa saja kali zy "

" tapi camkan baik-baik, aku peringatkan mulai dari sekarang cobalah untuk memperbanyak menganalisis hati wanita, jika tidak kejadian itu akan terulang kembali "

" loh kok semakin ngawur zy, kamu mau kembali jadi musuhku ya "

" kalau itu maumu, aku tidak keberatan "

" oke stop " ucap riang erin tiba-tiba muncul lalu menepuk pelan kepala jeazy lalu berjalan menghampiri reva lantas menepuk pelan juga kepala reva.

" kak reva, kak jeazy cepat baikan " perintah erin manja dengan iringan senyum yang menawan.

" huh " baik reva dan jeazy bersikap angkuh.

" CE.EPAT BAI.IKAN " perintah erin berubah menjadi sebuah penekanan nan mengancam dengan cara melihatnya yang menyipitkan matanya sedang kedua bola matanya keatas seolah pandangannya memberi perintah mutlak yang tidak bisa diganggu gugat. aura diktator erin bahkan menyebar hingga dirasakan clara dan viari, dengan wajah pucat mereka berdua akhirnya membuang muka kearah yang berlawanan.

" a,aah, je..jeazy hari ini ka..kammu mampir kerumah kan, seperti biasa, main game online kita " reva begitu gemetar dalam pengucapannya.

" o..owuh, te..tentu bro, kita kan sahabat baik, iya gak "

seketika aura diktator dan tatapan sipit nan menghimpit itu sirna dari erin. dengan manja erin merangkul reva dari belakang " gitu dong, ternyata kak reva dan kak jeazy memang yang paling bisa ngertiin erin ya "

" ngertiin dari menara effil, diancam begitu ya jelaslah, dasar ... " ucapan lirih viari namun cukup bisa didengar erin langsung disela erin dengan mode dikratornya kembali.

" hah, dasar apa "

" hii, tidak ada "

viari yang berkarakter asli sangat angkuh bukan tandingan kediktatoran erinkah? reva bisa memakluminya, bahkan ayah reva yang juga diktator kalah saat berseteru melawan erin.

" dan kamu kak clara, aku peringatkan lebih baik mundur saja, karena kak reva ini hanya milikku "

" tapi " clara hendak protes tentunya

" hah! " gertak erin.

" hii, akan kakak fikirkan " jawab clara kecut.

" baiklah, semua masalah sudah clear, ayo pulang kak "