Malam begitu dingin, jaket tebalnya bahkan hanya mampu meringankan sedikit kesejukan ditubuhnya. sesekali dia meniupi celah telapak tangan yang disatukannya. hingga dia menyadari bahwa merasakan sesuatu bukanlah hal yang patut dilakukannya lagi, segera dia memasukkan kedua tangannnya di saku celananya.
sejenak dia menatapi lautan. tidak ada keindahan, hitam, seperti permukaan hatinya. Dia menyeringai menyadarinya. mungkin begitulah dirinya. bahkan mungkin lebih buruk keadaannya. meski begitu, dia tidak lagi perduli karena dia telah menentukan jalannya. seringainya semakin melebar saat pandangannya berubah tertuju kepada kantong plastik hitam berisikan sesuatu yang ada dihadapannya.
" menghilanglah " ucapnya lirih seraya menendang sekuat tenaga kantong plastik tersebut.
* srak * suara aneh yang di dengarnya seketika mengalihkan fokusnya. dia terpaksa mengabaikan niatan hati untuk menyaksikan moment ketika apa yang baru saja ditendangnya tenggelam.
Dia harus menajamkan penglihatannya untuk meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya adalah seorang wanita yang sedang berdiri tepat di bibir jurang, dimana sebelah tangannya sedang memegang sesuatu.
" selendang " duganya tidak yakin. Dia ingin menganalisa lebih jauh, namun dikarenakan melihat gerakan paha dari wanita itu membuatnya memilih inisiatif lain.
" Asal kamu tahu... Jatuh kebawah itu menyakitkan " ucapnya lumayan bertenaga seraya mendekati wanita itu.
" Tapi saya rasa rasa sakit itu tidak akan sebanding dengan apa yang sedang saya rasakan " balas wanita itu parau tanpa menoleh dan tanpa menghentikan gerakan kakinya.
" yah, mungkin ada benarnya, tapi tidak ada gunanya, membuang nyawamu tidak akan meringankan penderitaanmu "
" apa anda pernah kesurga "
" tentu saja belum "
" kalau begitu tidak ada alasan bagi saya untuk mempercayai ucapan anda "
" begitu, jika memang kamu sudah tidak lagi membutuhkan nyawamu, bagaimana jika aku membelinya "
" maksud anda?! anda ingin berbaik hati membantu saya melepas nyawa ini "
" bodoh, nyawamu terlalu berharga untuk dilepas, aku justru ingin merawatnya "
" apakah itu sebuah pengakuan? "
" pengakuan cinta maksudmu? jangan ngelantur, aku hanya membutuhkan nyawamu "
" untuk apa? "
" Untuk persembahan! "
keputusan yang tidak tepat diambilnya, wanita itu kembali menggerakkan kakinya maju kedepan. dengan sigap dia meraih tangan kanan wanita itu.
" lepaskan saya " rengek sang wanita seraya meronta.
" tenanglah " ujarnya seraya memeluk sang wanita.
dalam dekapannya, sang wanitapun menangis.
" Saya mencintainya, saya tidak sanggup hidup tanpanya, saya.. saya... saya .. "
" aku mengerti, karena itulah aku ingin membeli nyawamu, aku akan menawarkan padamu dunia yang baru "
" dunia baru ? "
" ya, dunia yang mampu menggantikan rasa sakit menjadi rasa yang menggebu! rasa itu menarik hingga aku berhasil lepas dari belenggu rasa pilu "
" apa itu juga akan berhasil terhadap saya "
" entahlah, karena itu aku bermaksud membeli nyawamu, jika gagal maka dengan tanganku sendiri kelak aku akan mengakhiri hidupmu, bagaimana? "
" hmm " gumam sang wanita menenggelamkan diri dalam dekapannya.
" Red! "
Dia segera tersadar. dia mengira telah sampai ditempat tujuan namun apa yang didapatinya hanyalah pemandangan jalanan sempit dihiasi beberapa tong sampah.
" jika anda tidak tertarik, lebih baik kita mundur saja "
" tidak bisa begitu white, aku tidak bisa menolak permintaan orang itu "
" dengan kemampuanmu dan dukungan saya... "
" kamu mau bilang kita mampu mengatasi mereka? "
" ....! "
" yah kamu tidak sepenuhnya salah, Aku yang sekarang memang berbeda dibanding saat berhadapan pertama kali dengan orang itu, tapi.. yah, anggap saja aku tidak ingin memiliki hutang kepadanya "
" begitu, saya mengerti "
" hei white "
" ya "
" sampai kapan kamu mau mendampingiku, kamu sudah bebas, Aku juga tidak lagi membutuhkanmu "
" selamanya! saya sampai kapanpun akan terpenjara oleh cinta saya kepada anda, saya yang membutuhkan anda, lagipula sejak anda membeli nyawa saya, sejak itulah hidup saya telah saya serahkan untuk anda "
" merepotkan, dengar white, sampai kapanpun aku tidak akan membalas cintamu, dan seharusnya kamu tahu bahwa pada akhirnya kamu akan menjadi salah satu targetku "
" saya tegaskan, saya justru bahagia bila mati ditangan anda "
" kalau begitu, matilah! "
pisau yang terhunus cepat hanya tertancap di tembok kayu.
" kenapa anda ragu! apa itu artinya anda menerima cinta saya "
" bodoh! aku hanya menguji kelayakanmu.. sudahlah, ayo kita bergegas "
" baik "
****
Rumah mewah bertingkat tiga dikeliling pagar besi menjulang dengan sorot cahaya lampu berkilau dititik-titik tertentu itu layaknya istana. rumah mewah itu kini sedang dalam penjagaan aparat kepolisian. lebih dari dua puluh personil polisi tampak berjaga ditempat terpisah, mulai dari pagar utama hingga pintu masuk rumah.
salah seorang polisi yang berpenampilan berbeda dari yang lain karena mengenakan jaket panjang berwarna coklat kehitaman tampak membuka pintu masuk lalu segera masuk kedalam di ikuti dua polisi lain yang sedari awal mengikutinya.
" wah, wah, anda sampai harus turun tangan, padahal sudah saya katakan saya tidak perlu perlindungan " sambut seorang pria berpakaian stelan jas hitam berkemeja putih yang sangat rapi.
" maaf jika kurang berkenan tapi lebih baik saya tegaskan, saya dan personil saya kemari bukan untuk melindungi anda tapi untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan atau anda boleh mengartikannya bahwa saya tidak perduli dengan keselamatan hidup anda "
" huh, saya juga tidak perduli dengan ucapan anda, tapi lebih baik anda menjaga ucapan anda, karena jabatan anda bisa hilang karenanya "
" terima kasih atas nasihatnya, tapi maaf saja, saya bukanlah tipe orang seperti anda yang takut akan kehilangan kekuasaan "
" terima kasih atas pujiannya, mulai detik ini saya sarankan untuk terus berdoa agar kedepannya hidup anda tidak susah "
" akan saya pertimbangkan setelah anda berdoa terlebih dahulu untuk keselamatan hidup anda malam ini "
" baiklah kalau begitu, bekerjalah dengan baik, jangan kecewakan atasanmu "
" .... "
" apa-apaan sikapnya itu " ucap seorang polwan muda sambil melihat orang yang dimaksud berlalu pergi.
" begitulah contoh orang yang hatinya sudah dibudak oleh kesombongan "
*****
Di sebuah kamar yang terletak di lantai dua.
" sebentar lagi seluruh kemewahan ini akan jadi milikku " ucap seorang pria berpakaian santai yang sedang duduk di kursi mewah di mana terdapat seorang wanita berada dipangkuannya menempel disisi kiri dadanya dengan mesra sembari merangkul manja.
" kamu kejam sayang, kamu seperti berharap sekali ayahmu mati malam ini " ucap sang wanita.
" bukan begitu sayang, mana mungkin aku berharap buruk untuk ayahku sendiri, sebagai anak tentu saja aku berharap baik untuk keselamatannya, tapi itu mustahil bukan! bukankah sejauh ini tidak ada yang selamat setelah menjadi target dari organisasi blak hole "
" ya itu memang benar sih.. tapi ya sudahlah, aku juga tidak perduli.. ngomong-ngomong bagaimana dengan budak wanitamu itu "
" kenapa, apa kamu cemburu? "
" bodoh, selama kamu terus memanjakanku dengan hartamu maka tidak ada alasan untukku mencemburuimu, kamu bebas bercinta dengan wanita manapun dan sebanyak apapun "
" kamu yang terbaik sayang.. hmm soal budak wanitaku ya,.. yah dia bernasib layaknya seperti budak, ironisnya dia tidak tahu jika dia diperbudak, wanita polos sepertinya terlalu mudah tertipu hanya dengan modal rayuan biasa "
" ke.e.jam, tapi apa tidak apa kamu berbicara bebas seperti ini " tanya sang wanita seraya melirik seorang pembantu yang sedang membereskan meja.
" hei kamu,.. pembantu barukah.. kamu pasti sudah tahu aturan disini bukan, kalau belum akan saya beri tahu, dengar! tidak boleh ada gosip, mengerti! " ucap sang pria dengan galak.
" y,ya tuan muda "
*****
di salah satu kamar pembantu, sosok itu menangis tersedu.
" sakit, sakit, sakit! bagaimana nasib anak ini kelak " gumamnya pilu.
" aku memiliki solusinya "
" ka,kamu siapa? "
" perkenalkan, saya Shadow Red "
****
" Blak hole, Sang Pembenah, konyol! seolah mereka ingin membenahi tatanan negara ini, mereka mungkin berhasil mengambil nyawa orang-orang bodoh itu tapi aku .... "
pemilik rumah nan sombong tertawa.
" datanglah sang pembenah, tunjukkan dirimu, ambil nyawaku, coba tembus kamar besiku "
* blaar *
Spontan pemilik rumah terkejut.
suara ledakan itu seolah menjadi jawaban darinya yang kini sedang beralih menjadi sang pembenah.
****
" hah, merepotkan, ini bukan gayaku, tapi... "
" white... apa itu benar... "
" tentu saja, Red "
" menarik! "
****
" hidupkan mesin cadangan, cepat! "
" siap komandan "
" sudah di mulaikah "
lampu hidup kembali.
" a, a, tes tes, seperti biasa, hah merepotkan.. ah maaf, karena tawaran kami tidak di penuhi, seperti yang telah di janjikan kami datang untuk memberi hukuman " begitulah ucapan yang terdengar dari alat pengeras suara namun tidak di ketahui dari mana asal suara itu berasal. ucapan itu terdengar oleh seisi rumah dan mereka yang berada di luar rumah.
Mereka yang mendengar pengumuman tersebut menjadi tegang karenanya. hanya sedikit dari mereka yang tampak tenang dan diantara mereka yang tenang itu ada satu yang menyunggingkan senyum kecil, orang itu lantas bergumam.
" ternyata mereka juga punya rasa humor "
" maksudmu apa rev! "
" sudah jelaskan, maksudnya apa coba ' tes tes ' tadi, seperti pemula saja, kan tidak mungkin mereka mengirim seseorang yang tidak ahli " jawab viari.
" meremehkan aparat yang bertugas, candaan mereka terlalu buruk " ucap reva lalu menunjukkan senyuman yang bisa diartikan sebagai kesiapan diri untuk menghadapi lawan yang pantas.