Chapter 5 - Permulaan

Sungguh hari yang penuh kesialan, ternyata si brengsek itu bilang kalau aku adalah pembantu barunya kepada hitto. ya itu nama orang pagi tadi yang tak sengaja melihat kesalahan antara aku dan si gila itu, kalau kalian sempat berfikir kalau aku tidak marah dan jawaban nya 'aku sangat marah besar' aku ingin bilang pada hitto kalau si gila itulah yang memohon padaku agar aku di sisisnya. namun apa yang bisa kujelaskan orangnya sudah pergi tepat saat aku mulai mengamuk pada si gila itu.

aku yang tengah duduk di ruang tengah sambil meminum susu panas yang tadi sempat di buatkan bajingan itu untukku, well mungkin ia merasa bersalah atau mungkin ini alat untuk membungkam mulutku yang tadinya tak henti-henti memakinya. drrrrttttt..... drrrrtttttt...drrrtttt.... oh ya ampun benda sialan itu mulai bergetar lagi baru aku mau mengambilnya diatas meja yang berada tak jauh dariku langsung disambar ashraf dan yang heran sekaligus kaget dia mengangkat telfonku dan itu tidak sopan menurutku. " hana sedang tidak enak badan sebaiknya kau jangan mengganggunya" siapa? siapa yang menelfon barusan? akupun memandang bajingan itu dengan penuh tanda tanya setelah ia mematikan sambungan, yang kulihat dia mengedikkan bahunya dan melemparkan ponselku padaku, dengan segera akupun mengecek siapa barusan yang telah berbicara denganya.

ohh astaga!! matilah aku,,kali ini benar-benar tamat ternyata 'Doni' abang sepupuku yang tinggal di kota ini juga,dan beraninya si gila itu berbicara tidak sopan padanya. oh ya tuhan apa yang harus aku bilang nanti jika aku bertemu dengannya? saat itu juga aku menerima sebuah pesan dan aku yakin. pasti dari abangku,, benarkan dugaanku dia yang mengirimiku pesan ' hana siapa barusan yang telah bebicara seperti itu pada kakakmu? kakak tunggu kamu di cafe biasa,, kamu berhutang penjelasan padaku.? ini sungguh diluar dugaanku dia benar-benar marah, aku tau karna setiap dia marah dia akan menyebut dirinya 'ku' dan diakhiri dengan titik diakhir pesan.

ini semua perbuatan si bajingan itu, seandainya kalau tadi dia tidak mengangkat telfonku aku mungkin tidak akan berada dalam bahaya sekarang. dia harus bertanggung jawab, dengan langkah cepat aku langsung menuju kamarnya aku yakin dia berada disana. buuukkkk!! ku banting pintu kamarnya dengan kekuatan yang kumiliki,, kemana dia? dia tidak berada dikamarnya lalu kemana dia? "apa yang kau lakukan disini?" oh astaga tidak bisakah dia berjalan dengan bersuara,, dia sangat hobi berbisik di telingaku dan itu sangat menyebalkan.

kuberi dia dengan tatapan penuh amarah dan tanda dialah yang telah membuatku marah,dan entah kenapa dia slalu berlagak dia tidak tau apa-apa. "cukup!jangan menatapku seolah-olah aku telah berbuat sesuatu yang buruk padamu" ucapnya sambil menekan hidungku dengan tunjuk sialannya itu, langsung ku tepis kasar tangan menjijikkannya dari hidungku.

"kau harus bertanggung jawab" ucapku dengan nada tegas dan langsung berkacak pinggang, tampak dia mengernyitkan keningnya tanda ia tak mengerti dengan perkataanku barusan. saat aku mau mulai buka bicara lagi " aku tidak menyentuhmu semalam, dan hentikan omong kosong ini!!" sekarang dia berani berteriak padaku dan langsung pergi mengakhiri pembicaraan. yang benar saja? apa dia berfikir aku meminta pertanggung jawaban dalam artian lain? dasar pria mesum... otak kotor!.

segeraku kejar dia keluar dan langsungku tangkap lengannya "kau kira ini lelucon huh? aku sungguh-sungguh kau harus bertanggung jawab atas perkataanmu terhadap kakakku pagi tadi" kini aku melepaskan gengamanku pada lengannya "baiklah aku akan menemuinya" aku sungguh tak percaya denagan santainya ia berkata seperti itu.

aku masih mengaga dengan ucapannya tadi " baiklah kau kirimkan saja alamatnya padaku akanku temui dia nanti" pas dia hendak pergi langsung kutahan lagi lengannya "tidak,kau tidak boleh menemuinya".

"aku terburu-buru han" ucapnya pelan seakan itu akan menenangkanku. " aku serius brengsek!" teriakku padanya, seketika saja raut wajahnya berubah dan dia langsung menegang, aku menyesal aku baru sadar aku telah membuat dia marah dan aku akui aku takut akan tatapannya sekarang. dia menarik kasar tangannya dan langsung pergi menuju motornya yang terparkir diluar, ntah setan apa yang tengah berada di tubuhku hingga aku berlari mengejarnya. aku rasa dia pasti tau kalau aku tengah mengejarnya tapi dia tidak menoleh sedikitpun dia meraih helmnya dan hendak menaiki motor, langsungku cegat dia denganku lintangkan ke dua tanganku membatasi dia dengan motornya.

"apalagi huh?" tanya sibajingan itu dengan sedikit nada marah, "k-kau mau kemana?" hanya itu pertanyaan yang berhasil meluncur dari mulutku, ku akui itu memang pertanyaan bodoh tapi aku berhak mengetahuinya, dia adalah tuan rumah ini dan dia mau meninggalkan ku sendirian disini? "aku ada kelas siang ini,aku harus pergi kalau tidak.."

"kalau tidak apa hah? apa kau berencana membiarkanku sendirian disini? apa kau tidak berfikir kalau nanti kau pulang aku akan membakar rumahmu? atau kau tidak takut kalau nanti aku kabur dengan membawa isi rumahmu?" pertanyaan barusan ku ucapakan tanpa ku pikirkan terlebih dahulu dan itu sungguh konyol, ku lihat dia tampak menyengir seolah-olah perkataanku tadi adalah lelucon. "aku tidak akan lama" dia menyentuh kedua pundakku dengan kedua tangannya dan itu berhasil membuatku menegang, ku rasakan ada desiran aneh dalam tubuhku saat ia menyentuhku, ini sungguh bukan diriku. "tidak!" teriakku sambil menyentak tangannya. dan saat itulah jurus memekiku ku keluarkan "dasar bajingan brengsek, keparat.... bitch! tidak waras.. bahkan setanpun lebih baik da..." 'chu' dia mengecup lembut keningku.astaga!! ini sungguh tidak waras aku mematung bibirku seakan membeku tidak bisa digerakkan. "aku janji aku tidak akan lama". itulah kata-kata terakhirnya sebelum sibajingan itu meninggal kan ku sendirian disini. ini sungguh di luar kendaliku.