Chapter 6 - Vas bunga

ASHRAF

"Dari sejak masuk kelas dan hingga sekarang pembelajaran berakhir kulihat kau tidak berhenti menahan senyum,dan ada apa dengan raut wajahmu ini huh?" panggil saja dia hitto dia sepupuku dan satu-satunya orang yang kupercayai saat ini.

"berhenti berbicara omong kosong" aku tak tahan kagi dengan tingkahnya dari tadi slalu memperhatikan setiap perubahan dari mimik wajahku, dan harus ku akui memang ada yang aneh dari diri ku semenjak sikapku yang tak normal pagi tadi. aku masih memikirkan raut bodoh si wanita itu saat aku mengecup pelan keningnya. sekarang aku sudah tau cara agar dia diam dan tak berkomentar lagi, "oh ayolah ashraf kau harus berbagi sedikit denganku" satu lagi manusia cerewet yang harus ku hadapi, hitto sepupu ku ini tidak berhenti berkicau, dari tadi dia slalu menggangguku,dan aku tidak suka itu.

"Tidak ada yang harus ku bagi denganmu" ucapku tegas dan memberi dia tatapan mautku. nah barulah dia diam walaupun sebentar. "oh ya, apa aku boleh kerumahmu siang ini?" lagi lagi dan lagi harus kah aku menyumbat mulutnya dengan tinjuku? lalu seandainya itu bisa membuat dia diam, akan ku lakukan dari tadi, sayangnya aku masih memiliki hati dan dia adalah keluargaku.

" hei kurasa si pembantu barumu itu cukup cantik"lagi lagi hitto slalu menggodaku aku tau dia mengira hana adalah salah satu wanita yang akan ku jadikan target selanjutnya. "oh ayolah,, kau fikir aku tertarik dengan wanita galak itu huh?? apalagi dia hanya setinggi bahuku" memang benar hana memeng cewek pendek yang slalu berani memakiku dan menunjuk asal wajahku serta memukulku.

"ya aku tau itu dan kau menyukai nya" ucap hitto padahal aku tau dia cuma menggodaku dan entah kenapa itu membuatku marah. "jika mulut kotormu itu berbicara lagi akan ku pastikan kau tidak akan bisa membukanya esok pagi" aku benar-benar geram dengan mulut bocornya itu,kulihat dia hendak berbicara lagi langsung ku pelototi dengan garang dan itu berhasil membuatnya bungkam dan sekarang dia merajuk, oh ayolah.. dia slalu seperti itu seperti anak kecil yang di marahi ibunya. akhirnya kami berdua sampai di parkiran kampus aku langsung menaiki motorku dan seperti biasa aku slalu mengantar sepupuku yang menyedihkan ini pulang. "cepat naik atau kau akan ku tinggal" dia menurut dan duduk di belakangku, entah kenapa aku slalu tak bisa marah terlalu lama padanya walaupun dia menyebalkan tapi dia slalu ada untukku dan dia slalu merepotkanku.

setelah mengantarnya pulang aku langsung pulang kerumah memenuhi janjiku tadi pada wanita galak itu, heran ketika aku masuk tidak terlihat tanda-tanda hana. apa mungkin ia melarikan diri? ku cari dia sampai ke lantai atas tapi tetap tidak ku temukan dia, ini gawat aku sudah susah-susah membawa dia kemari dan dengan begitu mudahnya dia menghilang. dia slalu membuatku pusing! 'srrrrrrhhkk' suara apa itu? suaranya datang dari sisi samping tempat tidurku, segeraku lihat tapi dengan langkah perlahan, dan ohh ini sungguh membuatku ingin tertawa, dan ya sekarang aku tak bisa lagi menahan senyumku.

kenapa wanita ini bisa tertidur di atas lantai? dia sungguh bodoh fikir ku, ku angkat perlahan tubuhnya aku takut nanti dia terbangun dan mulai lagi memaki dan meneriakiku. Dengan hati-hati ku letakkan perlahan tubuhnya di tempat tidur ajaibnya dia tidak terbangun,dan ku pandangi terus wajah polosnya begitu konyol dan sedikit lucu. aku mulai tersenyum lagi mengingat si wanita ini sungguh bertenaga dengan seribu makiannya untukku jika dia terbagun. aku mulai beranjak dari tempat tidur dan pergi kebawah melihat apa yang mungkin bisa ku lakukan nanti.

selang beberapa menit, yang ku lakukan cuma duduk sambil memandangi layar tv yang tampak begitu hitam karna tak ku nyalakan. aku tak tau apa yang harus kulakukan dirumah. biasanya menjelang sore aku pergi bermain dengan para jalangku di apartemen mereka,namun sekarang aku disini yang hampir tampak seperti orang blo'on.

" kau cocok dengan tampangmu yang seperti itu" tampaknya wanita itu sudah bagun dari tidur panjangnya, dia tampak sedikit menawan dengan balutan baju sederhana yang di kenakannya.... oh asataga!! apa yangku fikirkan? aku tidak akan meliriknya lagi, bisa-bisa hal-hal bodoh menyelimutiku nanti. "apa yang kau fikirkan?" dia mulai bertanya dan aku benci itu, "bukan urusanmu" jawabku tegas dan langsung membuang muka. walaupun aku tidak melihat kearahnya kupastikan dia kini tengah duduk di sofa yang sama denganku, dia berada di ujung sebelah kiri dan aku di kanan sofa tersebut. mungkin kalau dilihat orang kami sedang tampak lagi bermusuhan. Dan ya kami memang adalah musuh mungkin itu anggapan si wanita galak itu, padahal membawanya kesini bukanlah keinginanku. Ada hal yang tak bisa kujelaskan dan itu tidak mudah untuk dikatakan.

" jadi apa yang kau lakukan selama aku pergi?" aku sedikit penasaran bukan berarti aku ingin tau, " memangnya apa yang bisa ku lakukan disini?" dia balik menjawab dengan jawaban dan aku paling benci itu. " sudah ku katakan sebelumnya jangan.." " jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan bukankah itu yang mau kau bilang?" dia langsung memotong perkataanku,lalu melanjutkannya dan itu terdengar mengolokku menurut pendapatku dan kali ini aku benar-benar ingin marah, kulihat raut wajahnya agak ketakutan dan mulai terdiam, sekarang aku merasa bersalah. dia selalu saja membuatku kacau dia yang telah memancing emosiku dan kini akulah yang seolah-olah menyakitinya.

Ku banting vas bunga kedinding karna itu benda terdekat yang bisa ku ambil, langsung kulangkahkan kaki ku menuju dapur aku tak ingin melihat wajahnya yang begitu ketakutan karna nanti aku akan sangat merasa bersalah dan aku tidak ingin menyesalinya.

entah apa yang tengah ku lakukan aku mengambil sekop sampah dan juga sapu reflek,ku bawa ke ruang tengah dimana aku mengamuk tadi. " ambil itu dengan ini" dia tampak bingung saat aku menyodorkan kedua benda yang ku bawa tadi, karna tak ada respon ku singgung tangannya kemudian barulah di ambilnya.

ku perharhatikan setiap gerak-geriknya tak sadar ternyata aku telah melipat kedua tangan ku di depan dada "berhenti memandangiku" si wanita itu masih bisa memarahiku, apa dia tidak ingat kejadian beberapa menit yang lalu? "siapa yang memandangimu?" mungkin ini terdengar munafik, namun aku harus berbohong agar dia tidak salah faham dan mengira aku tertarik padanya. "baiklah ku rasa aku bisa mempercayainya jika kau tidak memandangiku sekarang dan juga sebelumnya" kini dia telah berhenti memungut pecahan vas tadi dan mulai mengomel padaku.

" sebaiknya kau tuntaskan pekerjaanmu" alihku dan aku langsung pergi kemana saja asal tidak berdebat dengannya itu akan membuat rambutku rontok, eittss tunggu tadi sepertinya dia sempat menyebutku 'tak waras' dasar wanita tak tau sopan santun,sempat aku ingin berbalik dan memarahinya namun ku urungkan karna aku tau wanita itu akan lebih galak dariku dan mengeluarkan sumpah serapahnya yang dengan sekejap akan membuatku emosi dan ingin memukulnya tapi aku tau kalau dia wanita seandainya saja dia sama denganku akan kupastikan saat itu juga di di bungkus kain putih.