Chereads / Mage Of Muggle / Chapter 2 - Chapter 1 : Akademi Artemisia

Chapter 2 - Chapter 1 : Akademi Artemisia

Cicitan burung yang bertenger diranting ranting pohon mempermanis pagi yang cerah ini. Nampak gadis mungil berjalan menuruni tangga dirumahnya untuk sampai dimeja makan. Sang gadis yang diketahui bernama Maria itu mengeser kursi secara perlahan dan mendudukan dirinya disamping wanita paruh baya yang sangat disayanginya itu. Ya Maria tinggal dengan paman dan bibinya karena orang tua Maria telah meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan.

Dan ketika orang tua meninggal saat itu Maria masih bayi, dia ditemukan orang-orang terbungkus selimut dalam pelukan sang ibu yang bersimpah darah. Mulai saat itulah Maria tinggal dengan keluarga pamanya. Paman dan bibinya merawat dan menyayanginya seperti putri mereka sendiri. Well pamanya itu belum diberi kepercayaan untuk memiliki seorang anak, jadi mereka bersyukur Maria tinggal bersama mereka.

"selamat pagi bibi, selamat pagi paman." sapa Maria.

"Selamat pagi Maria." jawab mereka berdua.

"Hari ini kamu akan kembali ke akademikan.?" tanya sang paman.

"Iya paman, masa liburanku sudah selesai dan aku harus kembali keasrama dan mulai sekolah lagi."

"Bagaimana sekolahmu selama dua semester ini.?"

"Menyenangkan." jawab Maria dengan wajah cemberutnya karena tiba-tiba teringat musuh bebuyutannya.

"Menyenangkan? Kok wajahnya cemberut gitu sih sayang." giliran sang bibi yang berbicara.

"Gak papa" jawab Maria seadanya, jujur Maria malas harus menceritakan tentang Arnold sang musuh bebuyutan.

Setelah ucapan Maria tadi keadaan menjadi hening karena mereka sedang menikmati sarapan.

"Paman bibi, ayo kita berangkat 45 menit lagi kereta akan berangkat." ajak Maria.

"Iya sayang, ayo berangkat" jawab bibi. Mereka mulai beranjak dari duduk, meraih barang yang akan mereka bawa ke stasiun Artemisia dan kemudian masuk kemobil. Dengan perlahan namun pasti mobil itu mulai meninggalkan pekarangan rumah.

Sekitar 15 menit perjalanan, sampailah mereka distasiun di daerah Jakarta Selatan. Stasiun inilah jalan utama bagi para murid Akademi Artemisia untuk bisa sampai distasiun Artemisia, karena hanya distasiun inilah yang diizinkan kementrian sihir untuk dibuatkan pintu menuju stasiun Artemisia.

Maria yang pertama kali keluar dari mobil dengan menyeret kopernya lalu disusul bibi dan pamannya. Mereka mulai berjalan melewati puluhan orang untuk sampai ditempat yang dimaksud yaitu didepan sebuah dinding dengan ukiran khas Artemisia berada diatasnya.

"Paman, bibi Maria pergi dulu. Paman dan bibi jangan lupa jaga ksehatan. Maria pasti merindukan kalian." dengan lembut serena mengecup pipi pama dan bibinya.

"Iya sayang, kamu juga hati-hati disana."

Maria mulai berjalan menjauh dari kedua orang yang disayanginya itu, dan menatap dengan mantap dinding didepannya yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Hembusan nafas keluar dari bibir kecilnya, dengan sedikir berlari serena menyeret kopernya menuju dinding.

JESSS

Suara kereta artemisia terdengar, Maria berhasil menembus dinding pembatas antara stasiun Artemisia dengan stasiun didunia muggle. Gadis itu mulai mengedarkan penglihatannya, dia sedang mencari kedua sahabat di keramaian.

"MARIA!!!!." teriakan dari seorang perempuan yang kini sedang melambaikan tangannya kearah Maria seakan menyuruh mendekat padanya.

Dengan langkah sedikit tersendat karena terhambat oleh banyaknya orang yang akan menaiki kereta yang kini masih diam diatas lintasannya. Setelah berjuang melewati orang orang dan tinggal 10 meter dari tempat kedua sahabatnya menunggu, tiba tiba, BRAKK suara tubrukan antara kepala Maria dengan bola sihir dengan kerasnya.

"Aduh!! " ringis So Eun dengan muka merah padamnya, Maria mulai mencari seseorang yang sangat dikenalnya, siapa lagi kalau bukan si Arnold. Maria hafal betul kelakuan sang musuh, disetiap waktu pasti mencari gara-gara padanya.

Arnold adalah penyihir darah murni, ayahnya adalah salah satu mentri sihir yang terpandang. Arnold paling tidak suka dengan adanya muggle diakademi Artemisia. Tak pantas dan penghianat katanya, orang-orang yang dia anggap pantas bersekolah diakademi Artemisia hanyalah orang-orang yang mempunyai darah seorang penyihir.

Dan seorang muggle sangat tak pantas bersekolah ataupun belajar ilmu sihir. Dia masih sangat tidak suka terhadap muggle, karena dimasa lalu para muggle berbuat hal keji kepada para penyihir dan menuduh para penyihir menggunakan kekuatan mereka untuk menghancurkan dunia.

Arnold adalah seorang penyihir dengan kemampuan diatas rata-rata atau bisa dibilang dia murid terpandai diakademi Artemisia. Wajah rupawannya dibalut rahang yang keras dan kokoh ditambah sorot mata yang tajam nan arogan membuat Arnold menjadi idola di Artemisia. Banyak murid perempuan Akademi Artemisia tergila-gila padanya.

Hanya satu perempuan yang tak menyukainya atau bisa dibilang sangat membenci sang penyihir rupawan itu, dia adalah Maria. Maria sangat membenci Arnold karena dia terlalu memandang rendah seorang penyihir dari bangsa muggle seperti dirinya. Karena Arnold jugalah saingan terberatnya untuk menjadi nomer satu di Artemisia.

Ekor mata Maria menangkap dengan jelas Arnold yang sedang tertawa dengan kedua temannya. Dengan gerakan diam diam Maria mulai mengayunkan tongkatnya kearah Arnold dan mulai mengumamkan mantra.

Slash

Mantra sihir mengenai ketiganya. Mereka bertiga tak menyadari perubahan yang terjadi pada mereka karena mereka masih asyik tertawa.

'Waktunya pembalasan Arnold, sampai jumpa diakademi dengan rambut landak warna warnimu' batin Maria tertawa bahagia.

Maria mulai berjalan untuk menemui kedua sahabatnya.

"Hei Maria kenapa lama sekali?" tanya Andi sahabat Maria.

"Ada sedikit masalah tadi, ayo naik 10 menit lagi kereta akan berangkat. Aku juga harus berganti baju".

"Ayo" jawab Andi dan Yura.

Mereka bertiga mulai menaiki kereta dan menuju salah satu ruangan yang selalu mereka gunakan ketika berangkat dan pulang dari akademi artemisia.

***

Suara tawa mulai terdengar disekeliling Arnold dan kedua temannya yang tak lain adalah Jackson dan Cristian. Mereka bertiga mulai menghentikan tawanya, mereka mengamati sekeliling dan mendapatkan tawa ejekan yang ditunjukkan kepada mereka bertiga.

"Hei, Arnold ada apa dengan rambut mu?, apa selama liburan kau mengubah gaya rambutmu?. Hahaha, gaya rambut barumu sungguh cocok untukmu!" teriak salah seorang pria yang berada disekitar Arnold.

Teriakan itu menyadarkan Arnold bahwa ada yang tidak beres terjadi pada penampilan mereka, terutama rambut mereka. Dengan cepat mereka mengamati penampilan mereka dan mendapati rambut coklat mereka berubah menjadi seperti duri landak dengan warna pelangi.

"Sial, ini pasti ulah Maria. Memalukan!" dengan geram Arnold mengumamkan sebuah mantra. Dengan perlahan penampilan mereka kembali seperti sedia kala.

"Mari kita balas ketika kita tiba diakademi" seru Arnold. Mereka bertiga menyerigai licik.

"Ayo kita kekereta sebentar lagi jereta akan berangkat. Aku tak mau jika kita tertinggal disini" ajak Arnold kepada kedua temannya.

Dengan ekspresi arogan mereka bertiga mulai berjalan menuju kekereta. Jubah hitam berlogo akademi Artemisia berkibar terkena angin menambah pesona sang pemakai layaknya pangeran negeri dongeng.  Oh ini adalah pemandangan yang sangat menakjubkan dan sayang untuk dilewatkan oleh siapapun, termasuk perempuan-perempuan yang sedari tadi memperhatikan Arnold dan kedua temannya.

Beberapa menit berlalu, kereta Artemisia mulai bergerak meninggalkan stasiun.

Tbc.