Chereads / Sparkle in Love / Chapter 2 - Jadi Kita Akan Berada di Dunia Manusia Selama Setahun?

Chapter 2 - Jadi Kita Akan Berada di Dunia Manusia Selama Setahun?

Sebuah portal lingkaran berwarna hitam tiba tiba muncul dibawah jembatan dan beberapa detik kemudian muncul seorang wanita cantik. ia nampak melihat kekanan dan kekiri untuk meyakinkan bahwa ia tiba ditempat yang benar.

"Tak buruk, persis dunia penyihir"gumamnya. kemudian ia mengucapkan sebuah mantra untuk mengetahui dimana dirinya berada.

"Indonesia? hmm, jadi saya harus mengganti bahasa? baiklah Change"ucapnya kemudian seketika ia sudah menghafalkan bahasa Indonesia dan tubuhnya bersinar, setelah cahaya dari sinar itu menghilang penampilannya tiba tiba diganti, semula ia menggunakan jubah putih sebagai tanda seorang guru kini berganti menjadi gaun pesta putih tanpa lengan.

"Keren juga bajunya"ucap wanita itu sambil tersenyum melihat hasil dari pekerjaannya. kemudian tiba tiba pandangannya tertuju kearah lengan kanan, terdapat tanda emas batangan yang nampak berkilauan. Simbol dari Sparkle Gold.

"Upss, sepertinya ada masalah disini, jangan sampai tanda ini diketahui oleh manusia, Change"ucapnya baru sadar kemudian mengganti penampilannya lagi menggunakan baju simple dengan celana jins panjang.

"Baiklah, sepertinya 07 mendarat ditempat ini, semuanya, pergilah"ucap wanita itu kemudian mengangkat tangan kanannya keatas dan dari tangannya muncul burung burung merpati dan menyebar untuk mencari seseorang, Sparkle 07.

***

Seorang pemuda terlihat sedang duduk di sebuah taman, ia nampak menunduk menatap semut semut yang berlalu lalang di depan kakinya, dahinya mengerut karena tak mendapat jawaban dari pikirannya.

"Aku harus bagaimana? sihir apa yang digunakan untuk kembali ke academy sparkle gold? Teleportasi? Tapi.. Mr Warren pernah bilang bahwa teleportasi yang diajarkan olehnya tidak boleh digunakan untuk ke alam lain, sementara dunia manusia dan dunia penyihir itu berbeda, mereka alam yang berbeda. jadi.. aku harus bagaimana?"pikirnya lagi yang kini menatap lurus kedepan, berharap ini semua masih mimpi. tiba tiba pandangannya menangkap seekor merpati putih yang berdiri tak jauh dari dirinya, ia mengenal merpati putih itu, tapi apakah mungkin? Tiba tiba merpati itu terbang kearahnya iapun langsung mengulurkan telunjuknya kedepan dan merpati putih itu langsung berdiri diatas telunjuknya.

Pemuda itu membisu dan mengusap mengusap punggung merpati putih itu, apakah memang mungkin? Tiba tiba merpati yang semula berdiri di telunjuknya kini terbang kearah depan, lebih tepatnya menghampiri pemiliknya.

Pemuda itu membulatkan matanya, ia tak percaya bahwa ini benar benar terjadi,

"Miss" Lirih pemuda itu begitu seseorang menghampirinya. Wanita yang menghampirinya tersenyum dan duduk disampingnya. Pemuda itu hanya menatap lurus kedepan dan sesekali melirik wanita yang berada disampignya. Berharap sosok itu asli, bukan karena sihir atau penglihatannya yang salah.

"07"Panggil wanita itu pelan lebih tepatnya sedikit berbisik. Pemuda itu hanya menutup matanya, apakah sekarang telinganya mulai bermasalah? Apakah ini efek samping penyihir berada di dunia manusia?

"Hei, 07"panggil wanita itu lagi. Pemuda disampingnya membuka matanya, ia yakin sosok itu memang asli.

"Miss, apa benar ini Miss? Bagaimana bisa miss berada di sini?"Tanya pemuda itu. Wanita itu tersenyum, ia tau benar bahwa Pemuda yang berada di sampingnya ini sangat ketakutan berada di dunia manusia, Mungkin ia juga akan mengalami hal yang sama apabila ia berada di dunia manusia sendirian.

"Ya, 07. Ini saya, Miss Winda"ucap wanita itu sambil tersenyum kemudian menjelaskan bagaimana ia bias berada di hadapannya.

"Jadi Kita akan berada di dunia manusia selama setahun?"Tanya Pemuda itu masih tak percaya. Wanita disampingnya mengganggu. Kemudian melirik ke pergelangan tangan kanannya yang terdapat sebuah jam yang jarum panjangnya di angka 6 dan jarum pendeknya di antara angka 6 dan 7. Langitpun sudah mulai gelap dan taman tempat mereka duduk sekarang sudah mulai sepi.

"Jadi, selama setahun kita harus seperti manusia?" Miss Winda mengganguk lagi.

"Dan menurut Mister Gray kita harus mencari tempat tinggal dulu untuk bermalam hari ini"ucap Miss Winda. Pemuda disampingnya nampak berpikir, malam ini ia harus bermalam dimana? Ia biasa bermalam di alam bebas ketika sedang menjalankan misi, namun, dunia manusia tampak sangat berbeda dengan dunia penyihir. Setelah tak mendapat jawaban, ia kembali melirik wanita disampingnya seakan meminta jawaban.

"Menurut buku yang saya dapat dari Mister Gray, lebih baik malam ini kita cari hotel ditempat ini"ucap Miss Winda lagi. Namun malah mendapat tatapan heran dari pria yang berada disampingnya.

"Ya, tentu kamu tak akan mengerti maksud saya, jadi.."ucap Miss Winda terputus kemudian meletakkan telunjuk kanannya di samping kepala dan menyebutkan sesuatu kemudian ia menunjuk kearah kepala pemuda yang disampingnya. Pemuda itu mengganguk mengerti, gurunya mengirimkan sebuah informasi, bagi mata yang belum terlatih memang hanya seperti menunjuk biasa tapi bagi mata yang sudah terlatih lebih tepatnya mata siswa Sparkle Gold dengan jelas bisa melihat sebuah cahaya, cahaya informasi.

"Oh ya, hampir saja lupa, sebelum kita pergi, kita harus mencari sebuah nama untuk kamu, 07"ucap Miss Winda. Pemuda disampingnya tersenyum.

"Aku sudah menemukannya"jawabnya. Wanita disampingnya tersenyum, setidaknya pekerjaannya berkurang sedikit.

"Aku tadi bertemu seorang gadis, aku membantunya dan kita berkenalan. Lalu kubilang saja namaku Allen. Bagaimana?"Tanya pemuda itu yang bernama Allen. Wanita disampingnya terdiam, seperti berpikir sesuatu. Kemudian tersenyum.

"Baiklah, Allen. Ayo kita pergi mencari tempat untuk bermalam"ajak Wanita itu sambil berdiri. Pemuda yang mulai sekarang bernama Allen itu mengganguk. Kemudian keduanya berjalan keluar taman. Dan berhenti di tepi jalan raya.

"Miss, kenapa berhenti?"Tanya Allen bingung. Wanita disampingnya hanya tersenyum.

"Untuk ke hotel, kita harus menggunakan taksi, oh ya, satu lagi, jangan memanggil aku miss, panggil saja Winda, kita disini adalah kakak adik"ucap Winda menjelaskan. Namun tetap saja mendapatkan pandangan heran dari pemuda disampingnya.

"Taksi? Baiklah, Winda"ucap Allen sedikit kaku memanggil gurunya dengan nama tanpa embel embel Miss. Winda hanya mendesah pelan, ia tak tau bahwa akan serepot ini.

"Yah semacam alat untuk transportasi, ingat? Keberadaan kita didunia manusia tak boleh diketahui"terang Winda. Allen hanya mengganguk mengerti. Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti didepan mereka setelah Winda menyetopkannya. Setelah menyebutkan arah tujuan mereka. Mobil itupun melaju meninggalkan taman tempat mereka bertemu.

***

"Eh mba, bayar dulu"cegah sang sopir taksi begitu melihat Winda dan Allen berjalan meninggalkannya.

"Miss, bagaimana? Kita harus bayar, bayar itu apa?"bisik Allen polos, hampir tak terdengar. Winda hanya tersenyum pasrah, ia lupa untuk menyiapkan sesuatu untuk pembayaran.

"Bagaimana yah? Aku lupa sihir apa yang digunakan untuk alat pembayaran manusia, kalo kabur, ntar di sangka kita kriminal lagi. Baiklah, sepertinya ini cara satu satunya"batin Winda yang kebingungan. Entah kenapa ia jadi pelupa sekarang. Mungkin terlalu bersemangat berada disamping muridnya yang sudah berapa lama menjadi perhatiannya. Ia menatap Allen disebelahnya lalu tersenyum. Kemudian dengan anggun ia menghampiri sopir taksi yang kira kira berusia 30-an.

"Seduction"bisik Winda pelan menyebutkan sihir keahlihannya, Winda adalah penyihir yang berkemampuan di bidang cinta. Love Spellmenjadi salah satu sihir yang sangat dikuasainya dan Seductionmerupakan level ketiga dari Love Spellmilik Winda.

"Pak"ucap Winda pelan sambil sedikit mendesah. Sopir taksi yang berada di depannya hanya bisa salah tingkah. Winda memang memakai sihir Seductionsihir ini adalah sihir level ketiga. Winda terpaksa menggunakan sihir level ketiga karena dia tidak tahu apakah sihir level pertama dan kedua bisa mempengaruhi sopir taksi ini, selain itu, dia juga tidak ingin membuang waktu.

"i-iya b-ba-bayar d-du-lu"ucap sopir itu terbata bata. Winda tersenyum menggodanya membuat sopir taksi itu lebih salah tingkah.

"Masuk dulu yuk, kedalam, banyak yang lihat disini"ucap Winda lagi kini mulai membelai wajah sopir taksi itu. Sopir itu mengganguk salah tingkah. Winda tersenyum. Sementara itu Allen hanya memandang gurunya sambil menggeleng gelengkan kepala, bukankah mereka dilarang menggunakan sihir?

"Pak"bisik Winda ketika ia dan sopir taksi itu sudah berada didalam mobil.

"I..I..iya"ucapnya terbata bata karena salah tingkah, keringatnya sudah bercucuran.

"Kita lagi gak bawa uang nih pak, gimana dong?"Tanya Winda lagi, masih membelai wajah sopir taksi itu dan mengarahkan kepala sopir taksi itu agar bisa melihatnya.

"Sa..Saya ga.k ma..mau tau, pokoknya harus bayar"ucap sopir taksi itu dan menutup matanya.

"Pak, kok tutup mata sih? Lihat sini dong"ucap Winda lagi. Mengarahkan kepala sopir taksi itu. Sopir itu membuka matanya dan menatap Winda, tatapan mereka bertemu.

"Terima kasih, Pak Sopir"ucap Winda kemudian mencium pelan pipi sopir itu. Sementara sopir itu hanya kejang kejang bagaikan pergi kelangit ketujuh. Winda keluar dari mobil taksi dan menghampiri Allen yang menunggunya.

"Ayo, kita masuk kedalam"ucap Winda sambil tersenyum. Sementara Allen masih geleng geleng melihat sikap gurunya itu, sepertinya ia harus berhati hati karena gurunya bisa sesadis itu.

***

"Miss"ucap Allen masih mengikuti seorang wanita yang berjalan didepannya. Wajahnya kelihatan lelah karena tadi kalah berdebat dengan gurunya itu.

"Sudahlah, Allen. Lagipula kita kakak adik, kan? Tidur sekamar tak jadi masalah, yang penting single bed nya ada dua, hihi"ucap Miss Winda. Allen mendesah pelan, sebelumnya ia mengajukan untuk cari penginapan lain, namun, ketika ia lengah miss Winda memakai sebuah sihir sehingga ia hanya menurut saja.

"Ayolah, ceria. Kita harus ceria ketika di dunia manusia, Allen"ucap Miss Winda lagi, mencoba menghiburnya kemudian membuka kunci kamar hotel mereka. Allen pun mengikutinya masuk kedalam kamar. Kemudian menatap kedua ranjang yang berada disana. Iapun memilih salah satu dan menghampiri ranjang tersebut dan langsung menjatuhkan tubuhnya.

"Empuk"batinnya sambil memejamkan mata. Mencoba menikmati kenikmatan yang didapatnya dengan tidur dikasur.

"Bagaimana? Apakah kamu masih kesal?"Tanya Winda sambil menatapnya dalam dalam. Sepertinya ia ingin menggunakan Love Spelllagi.

"Sudahlah Miss, mending Miss tidur juga. Aku capek"ucapnya. Kemudian mengangkat kedua tangannya keatas, "Protection"ucapnya. Seketika terlihat sebuah cahaya menutupi sekeliling ranjang itu. Kemudian Allen tiba tiba menghilang.

"Hihi, Dia terlihat tampan ketika sedang kesal dan sekarang menggunakan sihir protection? Sudahlah, mending aku jangan berlebihan mengganggunya"ucapnya kemudian tersenyum dan segera merebahkan dirinya diranjang dan mulai berpikir kembali apa yang harus mereka lakukan besok.

Hampir sama dengan Winda, Allen juga belum langsung tertidur. Ia masih menatap langit langit kamar hotel. Ia mengaku bahwa ia kangen Academy-nya. Kangen Mr.Chairman, Mr.Gray dan guru guru yang lainnya, ia juga kangen akan teman temannya yang pernah satu misi dengan dirinya, kangen suasana cafeteria. Kangen misi misi yang harus dihadapinya. Tiba tiba ia mengingat sesuatu, gadis sore tadi. Kate. Ia kemudian kembali berpikir, apakah memang Love Doveynya seburuk itu? Atau memang Kate penyihir hebat seperti dirinya yang bisa mematahkan sihir Love Dovey? Karena setahunya sihir itu adalah sihir level 5 dari Love Spelldan hanya bisa bisa dipatahkan oleh penyihir hebat.

Ia terus memikirkan itu, sampai akhirnya ia lelah menemukan jawaban atas pertanyaannya, dan memejamkan matanya untuk tidur.

***

"Akhirnya kamu bangun juga"Sapa Winda ketika melihat sihir Protection lenyap, tandanya pengguna sihir itu sudah membatalkan sihirnya. Allen mengerjap ngerjapkan matanya. Dia memang mengatur sihir itu agar batal ketika dia terbangun. Dia menemukan Winda yang sedang duduk di sofa sambil membaca sebuah kertas yang dia sendiri tak tahu itu apa.

"Sebaiknya kamu ke toilet dulu, bersihkan dirimu"ucap Winda yang masih sibuk dengan kertasnya. Allen mengangkat alisnya.

"Bukankah kita bisa menggunakan sihir untuk membersihkan diri?"tanyanya yang masih menatap Winda bingung. Winda tersenyum.

"Kita harus bisa hidup sebagai manusia. Jadi sekarang kamu pergi ke toilet dan belajar membiasakan diri untuk menggunakannya" Allen hanya mengangguk kecil kemudian berjalan ke arah toilet dan mulai mencuci wajahnya dan menyikat gigi, seperti perintah Winda.

"Jadi sekarang kita harus ngapain?"Tanya Allen. Meminta izin untuk melakukan sesuatu, Winda nampak berpikir sebentar kemudian tersenyum.

"Kita harus ke sekolah manusia, layaknya manusia"ucap Winda. Allen membulatkan matanya, haruskah dia ke sekolah manusia? Dan seperti apa sekolah manusia itu? Yang jelas ia yakin itu sangat membosankan.

"Ya, sesuai kata Mister Gray, kamu harus ke SMA sementara aku akan mengajar di sekolah yang sama, dan ingat kita kakak beradik jadi kamu bisa memanggilku Winda, atau kak Winda, Mengerti?"Tanya Winda yang masih duduk di tempatnya tadi sementara Allen duduk ditepi ranjangnya.

"Baiklah, Winda"ucap Allen dengan nada ragu karena memanggil gurunya dengan namanya. Winda tersenyum.

"Karena kamu disini berumur 17 tahun berarti kelas 2 SMA, sekarang kita harus mencari sebuah sekolah untukmu"ucap WInda. Allen mengangguk, kemudian berpikir sebentar dan menatap Winda lagi.

"Hari ini aku harus ke sekolah?"tanyanya. Winda melihat jam yang berada di kamar hotel itu, 06:30.

"Ya, dan sepertinya aku sudah menemukan sekolah yang bagus untukmu"ucap Winda kemudian menunjukkan sebuah kertas ke arah Allen. Allen mendekati Winda dan melihat kertas itu. Ternyata itu adalah kertas berisi nama nama sekolah di daerah sekitar.

"Dari semuanya sekolah ini paling terpopuler dan terbaik disini, SMA Teitan"lanjut Winda sambil menunjuk ke arah kertas. Allen menatapnya.

"Apakah aku harus masuk ke sekolah terpopuler dan terbaik? Kenapa gak sekolah yang ini saja? Yang biasa?"Tanya Allen sambil menunjuk ke arah salah satu nama sekolah yang berada di kertas itu. Winda menggeleng.

"Kamu bisa lebih mengerti menjadi manusia ketika sekolah di sekolah terbaik"ucap Winda lagi. Allen mengangguk mengerti.

"Baiklah, sekarang kita harus ke SMA Teitan. Sebelum kita pergi, sepertinya penampilanmu harus diubah sedikit"ucap Winda lagi sambil memperhatikan penampilan Allen dari atas ke bawah layaknya seorang penata busana.

"Diubah?"Tanya Allen tak mengerti. Winda tak menjawab kemudian mengucapkan sebuah mantra dan menggoyangkan telunjuknya dan menunjuk ke arah Allen. Seketika pakaian Allen langsung berubah. Dia mengenakan seragam putih dan celana panjang abu abu.

"Inikah seragam sekolah manusia?"Tanya Allen seakan mengerti pikiran gurunya itu. Winda mengganguk.

"Tapi sepertinya kalo seragam yang dimasukkan itu gak keren di kalangan anak muda. Tentunya kamu harus menjadi sosok keren di dunia manusia agar gadis gadis manusia bisa terpikat denganmu"Ucap Winda lagi sambil terkekeh pelan kemudian mengubah penampilan muridnya lagi. Dengan kemeja yang agak pendek berada diluar dan mengecilkan kaki celana panjang agar tidak terlalu lebar.

"Iya sih, lebih keren ini"Ucap Allen seakan sependapat ketika melihat pantulan dirinya di cermin besar yang berada di kamar tersebut. Winda mengangguk kemudian terdiam sebentar, memikirkan sesuatu.

"Tunggu, rambutmu juga harus diatur, sebentar"Ucap Winda lagi kemudian mengucapkan sebuah mantra dan mengganti gaya rambut muridnya itu. Setelah beberapa kali diganti model rambut Allen akhirnya Winda tersenyum karena telah memilih gaya rambut yang tepat.

"Sejak kapan kamu mengetahui gaya manusia?"Tanya Allen yang hanya bisa geleng geleng melihat gurunya ini.

"Sejak semalam"jawab Winda sambil tersenyum.

"Apakah Kita harus pergi sekarang?"Tanya Allen, memastikan lagi. Winda mengangguk kemudian berdiri dari posisinya dan berjalan ke arah pintu. Belum sempat dia membuka pintunya, dia berhenti.

"Apa lagi?"Tanya Allen

"Aku juga harus menjadi guru di sekolahmu, jadi.. aku harus berpenampilan "menarik" "Ucap Winda sambil tersenyum. Allen menggeleng, dia tau arti penampilan menarik bagi gurunya ini. Dan dia berani jamin bahwa sebentar gurunya ini akan menggunakan Love Spell untuk menggoda kepala sekolah atau guru lain agar membantunya. Winda kembali mengucapkan sebuah mantra untuk mengubah penampilannya, ketika dia memilih untuk menggunakan gaun tanpa lengan, lengan kanannya kembali bersinar keemasan.

"Lambang Sparkle Gold"Ucap Allen pelan namun dapat didengar oleh Winda. Winda kemudian mengganti lagi penampilannya,

"Benar, selama berada di dunia manusia, kita harus hati-hati agar lambang yang berada di lengan kita tidak terlihat oleh siapapun, termasuk manusia. Aku belum tahu apakah manusia bisa melihat lambang ini tapi sebaiknya kita berhati-hati. Jadi pastikan kamu selalu memakai baju yang cukup berlengan untuk menutupi lambang ini "Ucap Winda. Allen mengangguk. Bisa repot juga jika manusia melihat lengannya bersinar

"Baiklah, ayo sekarang kita pergi"ucap Winda kemudian memegang gagang pintu dan baru akan membuka pintu kamar mereka. Dia tiba-tiba berhenti.

"Apalagi?"Tanya Allen yang kini mulai bosan dengan gurunya. Winda kembali menyebutkan sebuah mantra kemudian muncul sebuah lingkaran sihir di telapak tangannya dan sebuah benda yang muncul dari situ, dia memberikan benda tersebut pada Allen.

"Pakai kacamata itu. Itu adalah informasi tentang dunia manusia dan pelajaran di dunia manusia. kalo kamu ingin terlihat pintar, gunakan informasi yang berada disitu. Informasi itu akan secara otomatis muncul ketika kamu berada di sekolah mengingat hanya di luar sekolah kita akan bersama sama, jadi aku bisa memantau semuanya. Itu juga bisa digunakan ketika kamu bingung ingin menjawab pertanyaan teman barumu. Mengerti?"jelas Winda panjang lebar, Allen mengangguk kemudian menggunakan kacamata itu.

"Oh ya, satu lagi. Kalo nanti ada yang tanya kamu pindahan dari mana karena di dunia manusia biasa menanyakan hal itu, bilang saja dari Amerika"jelas Winda. Allen mengangguk.

"Jadi sekarang kita bisa pergi?" Tanya Allen. Winda melihat jam yang berada di kamar hotel itu. 07.00.

"Ya, tapi sepertinya kita terlambat, ayo gunakan sihir teleportasi saja, kamu masih ingat caranya kan?" Tanya Winda sambil tersenyum.

"Tentu saja" Jawab Allen. Keduanya secara bersamaan mengucapkan mantra teleportasi dan dalam sekejap berada di lingkungan SMA Teitan.

***