Chereads / Sparkle in Love / Chapter 5 - Anak Gabriel Seorang Perempuan

Chapter 5 - Anak Gabriel Seorang Perempuan

Allen dan Winda kini sedang berada di depan sebuah rumah di salah satu perumahan yang berada tak jauh dari SMA Teitan. Entah bagaimana Winda bisa mendapatkan rumah ini. Tapi Allen sama sekali tidak ingin membayangkannya.

"Ayo masuk," ucap Winda kemudian membuka gerbang rumah baru mereka. Rumah itu bercat kuning keemasan, memiliki tiga ruangan kamar, satu kamar mandi dan ruang tamu yang menyatu dengan dapur. Tidak terlalu mewah namun juga tidak terlalu sederhana. Cocok dengan selera Allen.

"Padahal aku ingin mendapatkan rumah yang memiliki dua atau tiga lantai. Tapi tinggal ini saja yang merupakan terbaik dari yang tersisa," keluh Winda sambil duduk di sofa di ruang tamu. Allen hanya mengabaikannya dan mulai menjelajahi rumah barunya.

"Aku ambil kamar yang ini," kata Allen setelah selesai menjelajahi rumah tersebut dan menunjuk kamar yang berada di dekat pintu masuk. Winda hanya mengangguk kemudian mulai membaca buku yang diberikan oleh Mister Gray

"Mm, rumah sudah, berikutnya pakaian ya, terus makanan," gumam Winda yang sedang membaca buku tersebut

"Allen, kita harus membeli pakaian," kata Winda. Allen yang sedang berada di kamarnya keluar dan kemudian duduk di depan Winda

"Bukannya kita bisa pakai sihir Change?"

"Tidak, tidak, tidak." Winda menggelengkan kepalanya "Kita harus mulai terbiasa menjalani kehidupan sebagai manusia, jangan terlalu mengandalkan sihir, Allen"

"Bukannya rumah ini kamu dapat karena mengandalkan sihir?" cibir Allen. Winda hanya tersenyum, "Ya sudah ayo kita pergi."

***

Keesokan harinya Winda dan Allen sudah selesai bersiap-siap untuk ke sekolah. Jam telah menunjukkan pukul 6.30 pagi

"Ayo pergi," ucap Allen dan bersiap-siap menggunakan mantra teleportasi namun langsung dihentikan oleh Winda

"Bukankah sudah kubilang kalau kita harus terbiasa menjalani kehidupan manusia? Kita jalan kaki saja. Sekolahnya dekat kok dari sini." Winda mengambil tas barunya yang dibeli kemarin dan keluar. Allen menyusulnya dari belakang

***

"Kamu harus ke kantor kepala sekolah dulu sebelum ke kelas. Nanti guru yang akan menjadi wali kelasmu yang akan menjemput dan mengantarkan kamu ke kelas. Aku pergi dulu," kata Winda setelah mereka sampai di depan gerbang sekolah kemudian mendekat ke arah Allen.

"Ingat! Jangan menggunakan sihir dan jangan sampai lambang Sparkle Gold dilihat oleh manusia. Kita tidak pernah tahu apakah manusia bisa melihatnya atau tidak," bisik Winda di dekat telinga Allen. Allen mengangguk tanda mengerti.

Setelah berpisah dengan Winda, Allen menuju ke ruang kepala sekolah. Di dalam ruangan itu ada seorang gadis yang menggunakan seragam High Class sedang duduk. Allen hanya meliriknya kemudian duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Mm, hai." gadis itu tersenyum canggung ketika melihat Allen.

Allen memang memiliki paras yang dapat dikatakan menarik. Tingginya sekitar 185 cm dan tubuh yang sedikit berotot. Wajahnya juga dapat dikategorikan menarik, selain wajahnya yang bersih, dia memiliki hidung yang tinggi dan pandangan mata yang terlihat tajam membuat gadis itu sedikit canggung.

"Hai." Allen hanya tersenyum kemudian mengangguk.

"Duh maaf aku terlambat." Setelah menunggu beberapa menit. Tiba-tiba saja seorang gadis dengan seragam biru tua masuk di ruangan kepala sekolah.

"Kalian berdua sudah datang rupanya," ucap gadis itu yang melihat Allen dan gadis berseragam biru.

"Kate? Kenapa kamu di sini?" tanya Allen yang terkejut melihat kedatangan Kate. Bukankah kata Winda tadi seorang guru yang akan mendampinginya?

"Ah, gue kemarin ditugaskan pak Ryuji untuk mengantarkan kalian berdua di kelas soalnya pagi ini para guru akan mengadakan rapat. Kalian udah pada kenalan belum? Anita juga baru masuk sekolah ini kemarin, lho. Kemarin sewaktu gue ke ruangan pak Ryuji ada Anita juga di dalam." jelas Kate panjang lebar.

"Allen," ucap Allen sambil mengulurkan tangannya ke arah Anita dan langsung disambut Anita "Anita, salam kenal ya, Allen," ucap Anita sambil tersenyum

"Kalau begitu, ayo, kalian berdua ikut gue," kata Kata kemudian membuka kembali pintu ruangan dan berjalan menuju lift. Allen dan Anita mengikutinya.

Setelah sampai di lantai dasar, Kate berjalan ke arah kiri, menuju area High Class.

"Mm, tapi aku bukan siswa High Class, Kate," ucap Allen ketika Kate hendak membuka pintu area High Class.

"Gue mau nganterin Anita dulu, setelah itu baru lo. Udah ikut aja, anggap aja lo beruntung bisa lihat suasana di High Class, meskipun tidak terlalu berbeda sih," jelas Kate kemudian membuka pintu kelas.

Anak-anak yang berada di koridor sekolah langsung menatap ketiga nya ketika pintu itu terbuka dan anak-anak itu langsung memandang hina Allen dan mulai bergosip.

"Hei, hei, bukankah dia cowok kemarin di cafetaria? Kenapa dia di sini?"

"Kenapa Normal Class ke sini sih?"

Dan berbagai cibiran dan hinaan mulai terdengar

"Kate-senpai, apa maksudnya siswa kampungan Normal Class datang ke area High Class?" kata seorang pemuda menghalang jalan tiga orang itu, di belakangnya terdapat 2 pemuda juga.

Pemuda yang menghalang itu adalah pemuda kemarin yang menghajar Allen di kantin High Class.

"Selamat pagi juga, Tom. Sepertinya itu bukan urusan lo, deh," ucap Kate kemudian tetap berjalan memutar menghindari Tom dan teman-temannya. Allen dan Anita tetap mengikuti Kate.

Kate memang sudah lama kesal dengan sifat Tom yang terlanjur sombong dan menganggap dirinya selalu lebih di atas orang lain. Mungkin nanti saat rapat Student Association dia akan membahas soal Tom

Tom menggeram kesal melihat tingkah Kate, dia masuk SMA Teitan karena sekolah tersebut merupakan sekolah terbaik dan paling bergengsi, meski ada beberapa rakyat jelata yang juga bersekolah di sini, tapi pihak sekolah sudah membaginya menjadi Normal Class dan High Class tapi rakyat jelata itu sudah dua kali berada di wilayah miliknya! Berani-beraninya dia!

"Allen kamu tunggu dulu di luar ya,"ucap Kate ketika mereka sampai di depan sebuah kelas. Di atas kelas itu terdapat papan yang bertuliskan 2-B. Allen mengangguk.

Anak-anak siswa kelas 2-B yang sejak tadi sibuk sendiri tiba-tiba diam setelah melihat Kate masuk dengan seorang siswi

"Siapa tuh Kate? Boleh juga"

"Cantik euyy, dah punya cowok belum?"

Dan beberapa kata-kata dan siulan mulai terdengar

"Udah woy, nih di kelas kalian ada anak baru. Kenalin diri lo deh," ucap Kate ke Anita. Anita hanya mengangguk

"Halo, namaku Anita Lira, kalian bisa panggil aku Anita," ucap Anita sambil tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya. Anita memiliki bentuk tubuh apel dengan tinggi sekitar 167 cm.

"Halo Anitaaa." Siulan-siulan itu semakin berisik terdengar ketika Anita selesai memperkenalkan dirinya.

"Udah jangan berisik woy, ketua kelas, sisanya gue serahin ke lo, ya," ucap Kate menatap ketua kelas dan Anita kemudian keluar dari kelas menghampiri Allen

"Hai, maaf ya nunggu lama."

"Tak masalah,"jawab Allen. Keduanya kemudian berjalan menuju area Normal Class.

"Kamu di sini tinggal bareng kakakmu?" Kate membuka percakapan ketika mereka berjalan. Allen hanya mengangguk

"Memangnya orang tuamu di mana?" Tanya Kate lagi yang penasaran. Allen terdiam sejenak kemudian mengingat pesan Winda bahwa jika ada yang menanyakan mereka pindahan dari mana, jawab saja Amerika.

Jadi Allen menjelaskan bahwa orang tua nya saat ini sedang berada di Amerika. Kate hanya mengangguk saja setelah mendengar hal itu.

Setelah memasuki area Normal Class, keduanya tiba di depan sebuah kelas. Kelas tersebut terdapat papan yang bertuliskan 11-B.

Wajah Allen terlihat sedikit bingung dan Kate menyadari hal tersebut lalu menjelaskan

"Untuk kelas di High Class, kelasnya dinamakan dari 1, 2 dan 3, sementara untuk Normal Class namanya kelas 10, 11 dan 12. Tingkat nya sih sama aja sebenarnya cuma namanya aja yang berbeda." jelas Kate. Allen mengangguk mengerti. Keduanya kemudian masuk ke dalam kelas itu.

Sama seperti di kelas 2-B, anak-anak yang melihat Kate yang diikuti oleh seseorang masuk di dalam kelas langsung duduk diam di tempat mereka masing-masing dan mulai menunjukkan rasa penasaran mereka

Apalagi para siswa yang matanya langsung berbinar-binar dan menunjukkan rasa ketertarikan

"Siapa tuh Kate?" Tanya seorang siswi yang sedang memainkan rambut panjangnya.

"Dia murid baru, berhubung para guru lagi rapat jadi gue yang nganterin dia," ucap Kate kemudian menyenggol lengan Allen, "Ayo kamu perkenalkan dirimu"

"Ciee yang kamu-aku sama anak baru, aku juga mau dong Kate" goda seorang siswa yang langsung disambut tawa oleh teman-teman cowoknya

"Duh kalian berisik deh! Gue mau dengar nama bebeb gue nih, jangan berisik!" kata seorang siswi yang langsung mendapat sorakan dari satu kelas

"Bebeb? Apa lagi itu? Di kamus bahasa yang aku beli kemarin tidak ada kata itu," Batin Allen bingung sementara Kate hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menyadari tatapan bingung Allen.

Setelah suasana kelas mulai tenang. Allen memperkenalkan dirinya

"Halo, aku Allen, pindahan dari Amerika. Salam kenal" ucap Allen melambaikan tangannya dan tersenyum

"Nama panjangnya apa?"

"Punya pacar nggak?"

"Ada nomor AppWhats? ID LiMe? ID GI? Pesbuk?"

Allen terdiam sejenak akibat banyaknya pertanyaan yang dia terima dan tidak mengerti olehnya. Dia membetulkan kacamata nya yang sedikit melorot, tiba-tiba dari kacamata itu menampilkan pertanyaan dan jawaban dari para siswa

"Aku Allen Smith, saat ini aku masih sendiri dan tidak memiliki akun media sosial," ucap Allen sambil tersenyum.

"Baiklah, ketua kelas tolong urusin ini ya, gue pergi dulu," ucap Kate menatap ketua kelas. Ketua kelas itu mengangguk.

"Aku duluan ya, semoga betah di sini," ucapnya pada Allen. Allen mengangguk kemudian berjalan menuju tempat duduknya.

***

Begitu bel istirahat berbunyi, meja Allen langsung di kerumuni oleh gadis-gadis. Allen sudah terbiasa akan hal itu ketika dia berada di Sparkle Academy sehingga kali ini sama seperti di Sparkle Academy dia berusaha untuk tidak ramah atau mencoba dekat dengan gadis-gadis itu dan menjawab sekenanya saja.

"Hei, kamu mau ke kantin?" Tanya Allen pada teman semeja nya. Teman semeja nya memiliki tubuh besar, menggunakan kacamata dan pendiam. Sejak tadi dia tidak mengajak bicara pada Allen sehingga Allen tiba-tiba tertarik padanya.

"Dia mirip banget dengan 10," Batin Allen yang mengingat teman seperjuangannya di Sparkle Academy

Cowok itu hanya menatap Allen sebentar kemudian berkata, "Aku tidak suka ke kantin"

"Kenapa?"

"Bukan urusan lo," katanya kemudian mengeluarkan handphonenya untuk mencari sesuatu.

Allen yang masih tertarik dengan teman semeja nya juga memutuskan untuk duduk diam dan memejamkan matanya dan melakukan meditasi.

***

"Hei lo berdua, ikut gue"

"Kemana?"

"Ke area Normal Class, gue dah kesel banget sama rakyat jelata itu, dia kayaknya harus diberi pelajaran"

Sejak tadi Tom sudah bertekad untuk memberikan pelajaran lagi pada Allen, dia masih belum puas menghajarnya kemarin di kantin, Berani-beraninya rakyat jelata itu belum menerima pelajaran karena sudah memasuki kantin High Class dan sekarang dia berani masuk di area kelas High Class! Dia harus segera memberi pelajaran rakyat jelata itu sebagai contoh sebelum semua rakyat jelata bertingkah sepertinya!

Tapi Tom tidak menyangka bahwa pelajaran yang akan diberikan olehnya malah menjadi pelajaran baginya.

***

Sementara itu di suatu tempat di SMA Teitan

Ada dua orang yang diam-diam sedang bertemu

"Tidak salah lagi murid baru dan guru baru itu bukan manusia, seperti katamu mereka dari Sparkle Academy"

"Tapi hanya seseorang yang ikut terlempar bersamaku kemari, yang satunya siapa? Apa kita serang saja mereka?" tanya orang satunya

"Aku masih mencari identitasnya. Dasar bodoh, jangan gegabah. Ingat, identitas kita jangan sampai ketahuan, melihat ada seseorang yang ikut dengan orang yang terlempar bersamamu, kemungkinan dunia sihir sudah mengetahui tujuan kita"

"Tapi bagaimana kita mencari tahu anaknya Gabriel? Apakah ada petunjuk?"

"Menurut Chairman yang merupakan teman Gabriel, anak Gabriel adalah seorang perempuan dan memiliki tanda sihir di punggung nya sebagai tanda pelindung dari Gabriel. Chairman mengetahui hal ini karena Chairman pernah melihatnya dan keluarga manusia Gabriel dulu tinggal di daerah sekitar sini"

"Bagaimana Chairman mengetahui informasi sepenting ini?"

"Menurutmu siapa yang membocorkan informasi Gabriel yang menikah dengan manusia pada dewan dunia sihir sehingga mereka mengeksekusinya?" Orang itu tersenyum menyeringai.

"Chairman memang yang terbaik" balas orang satunya juga ikut menyeringai.