✨.Jangan berpikir kamu sendiri,
Sahabatmu akan selalu melindungi dari belakang.
Dan maju jika kamu membutuhkannya.✨
🔹🔹🔶Selamat membaca🔶🔹🔹
Cuaca yang cerah mengiringi perjalanan Azka yang semangat menggoes sepedanya sampai ke sekolah. Hari ini ia sengaja memakai sepeda lamanya dari pada naik angkot, menghabiskan uang saja.
Titttt....
Pegangan Azka seketika bergetar ketika mobil hitam dari arah belakang mengagetkannya.
"Minggir woy cupu!"
Teriak seseorang dari dalam mobil sambil membuka kaca dan menertawai Azka yang hampir terjatuh. Azka benar benar mengetahui dengan jelas mobil hitam itu. Mobil peninggalan sang papah yang kini dipakai oleh kakaknya. Sebenarnya masih ada satu mobil lagi di garasi, tapi ia tidak mau memakainya karena alasan tertentu.
Orang yang berteriak tadi bukan kakaknya, tapi temannya. Azka tahu betul, kakaknya sangat cuek terhadap apapun yang ia lakukan.
Azka melanjutkan perjalanannya dan melupakan apa yang barusan terjadi. Sudah terbiasa ia di klakson seperti itu, bahkan mendapatkan cacian.
Tak terasa gerbang sekolah sudah menjulang tinggi dihadapannya. Ia langsung memarkirkan sepedanya dipinggir motor sport hitam kemudian melangkah pergi memasuki kelas X Bahasa.
"Azka!" Teriakan yang membuat telinga hampir meledak sudah menyapanya di pagi hari seperti ini.
Fani menarik paksa tangan Azka untuk duduk di sampingnya dan menunjukan sebuah cerita baru dari penulis favoritnya dari ponsel yang ia nyalakan. Azka memandangnya datar lalu ber-Oh ria.
Fani mencabikkan bibirnya karena tidak puas dengan respons yang ia terima.
"HELLO EVERYBODY!" Teriak cowok yang muncul dari ambang pintu. Diikuti dengan dua orang di belakangnya. Semua siswi langsung menyapa balik dan berteriak memuji most wanted itu.
Mereka adalah Kevan, yang paling berisik dan gak punya malu, Aldi yang kalem kalem tapi menarik perhatian, dan Rayyan yang dingin, cuek, tapi banyak yang suka karena kegantengannya dan terkenal paling tajir.
"Maygat! Si Aldi cakep bener!" Puji Fani ikut ikutan dengan mata yang membola. Sedangkan Azka, hanya memandangnya tak nafsu.
"Bukannya pacar kamu itu Farel kelas IPS satu?" Tanya Azka polos yang membuat Fani terkekeh.
"Itu yang nomor satu, ini yang keduanya."
Azka menggeleng gelengkan kepala, bingung dengan otak sahabatnya ini.
Setelah cowok yang bernama Kevan selesai bertingkah di depan kelas, mereka menuju bangkunya yang berada di sebelah Azka.
"Eh Cup!" Panggilnya ke arah Azka, namun sama sekali tidak dihiraukan. "Ihh gue manggil elo!" Decaknya bertingkah seperti anak kecil.
"Apa?" Jawab Azka sambil memandangnya malas. Selalu saja ia diganggu oleh makhluk menyebalkan ini.
"Senyum dong cup!, kalo cemberut makin cupu." Kevan memelas sambil memiringkan wajahnya.
Dengan terpaksa, Azka memelengkungkan bibirnya karena kalau ia tidak menurut, maka gangguan setan itu tidak akan berhenti.
"Nah kan, cupunya jadi berkurang." Finalnya kemudian memangku tangan.
"Duduk atau gue bunuh!" Ancam Fani yang menyodorkan gunting ke arah Kevan sehingga membuatnya bergidik ngeri.
"Gue gak bisa duduk gimana dong?"
Fani semakin naik pitam meladeni cowok yang berada di hadapannya.
"Lo gak punya pantat?"
"Emang lo punya? Tepos gitu!"
"Lo nantangi gue hah?!"
"Ih cup, temen lo galak." Rengek Kevan sambil terus menunjuk Fani yang melotot ke arahnya.
"Lo suka sama Azka?" Tanya Fani yang langsung mendapatkan tolehan dari kedua teman cowok tersebut.
"Gue gak doyan cewek cupu." Ucapnya santai sambil menarik kursi untuk di simpan di hadapan Azka dan Fani.
Fani semakin melotot, bahkan bola matanya hampir keluar. "Lo mau gangguin temen gue lagi, Hah?!"
Kevan memutar bola matanya malas dan menatap Fani intens. "Gue cuma mau nyontek peer matematika."
"Apa lo? Seenaknya aja!"
"Apaan dah? Kok lo yang sewot!" Timpalnya tidak terima. Lalu matanya beralih kepada Azka yang masih memperhatikan perdebatan mereka. "Cupu, mana dong buku lo?"
Azka menghembuskan nafas pasrah lalu mengambil buku PR-nya dan menyodorkan ke arah Kevan.
"Gak bisa!" Fani langsung merampas buku yang hampir saja diambil Kevan.
"Cupu ihh" Pelas Kevan menatap Azka dengan pupil eyes.
Fani otomatis menimpuk mata Kevan dengan penghapus. "Jangan liatin temen gue kayak gitu! kalo lo sampe suka, gue gak bakalan restuin!"
Kevan mencebik lalu merebut buku yang ada di tangan Fani dan lari menyelusup ke mejanya.
Ada ada saja!
Beberapa detik kemudian, terlihat guru matematika yang bernama bu shanty sudah stay di sana sehingga semua murid menjadi sunyi detik itu pula.
"Selamat pagi anak anak!"
"Pagi bu!"
Semua murid menjawab, kecuali cowok yang duduk di ujung kiri. Dia tidak terusik sama sekali dengan kedatangan guru killer itu.
Semua murid mengikuti arah pandang bu Shanty menuju ke Kevan yang asyik menyontek dari buku Azka.
Ekhemmm
Bu Shanty berdehem setelah sampai di meja cowok itu. Namun Kevan, sama sekali tak terganggu.
"KEVAN!!!" Teriak bu Shanty sambil memukul Kevan dengan penggaris ampuh yang selalu ia bawa.
Cowok yang dipanggil akhirnya mendongak. Ia menelan salivanya gusar, tiba tiba tenggorokannya menjadi kering. "Eh ibu."
"Enak ya pagi pagi udah nyontek."
"Ini namanya bukan nyontek bu, tapi nyalin." Balas Kevan terkekeh sendiri, padahal semua murid memandangnya iba.
"Bisa dijelaskan perbedaannya?" Tanya bu Shanty lembut namun penuh penekanan.
Cowok tersebut hanya mematung tak bisa menjawab apapun. Mulutnya terasa berat untuk diangkat. Ia hanya memandang bu Shanty takut.
"Mampus lo!" Decak Fani karena masih kesal dengan orang tersebut.
"Kasian Fan!" Bisik Azka dengan sepelan pelannya.
"Sekarang kamu berdiri dan diam di depan sampai pelajaran ibu selesai." Titah bu Shanty sambil menunjuk lantai di depan papan tulis. "Setelah ibu selesai, kamu harus membersihkan semua toilet!"
"Yah kok double bu?"
"Mau ibu tambah lagi?" Ancamnya dengan mata menusuk.
Kevan menggeleng lalu dengan sesegera mungkin berdiri di depan, dari pada hukumannya bertambah banyak.
"Rasain lo!" Fani tersenyum penuh kemenangan lalu memandang cowok yang di depan dengan remeh.
"Jangan gitu!" Ucap Azka sambil melirik Fani yang masih meledek Kevan.
Drttt...
Tiba tiba ponsel Fani bergetar. Untung saja sangat pelan, sehingga bu Shanty tidak mendengarnya.
Cewek itu buru buru mengecek ponselnya. "Wah pacar gue nih." Setelah membuka notifikasi pesan dari Farel, wajah Fani berubah menjadi pucat pasi, tangannya bergetar, dan ia melongo menatapnya.
Azka yang kepo, ikut ikutan melihat ponsel sahabatnya. Lalu membaca pesan tersebut.
Pantesan! Abis ini singa pasti bakalan ngamuk.
Farel lupe❤
Sorry, kita putus aja!
Bersambung...
🔹🔹🔶🔹🔹
04 Juli 2019
By: irmalw