Sedari tadi Adit terus terusan menyalahkan Ansel atas ketidak diaman mulutnya itu.
"Kau sih, gak kau jaga mulutmu itu! " kesal Adit pada Ansel, Ansel tentu tidak membiarkan dirinya di salahkan terus menerus oleh Adit.
"aku bicara soal fakta ini., biasanya laki laki itu kalo... " ucapan Ansel terhenti di kala Caca melirik kebelakang, dan mulutnya di bekap oleh telapak tangan kanan Adit.
Tak berapa lama, caca kembali meneruskan perjalannya menuju kelas, dan perdebatan itu pun terus berlanjut hingga mereka tiba di kelas. Tentunya di sertai dengan aksi toyor menoyor jika argumen masing masing di tolak oleh lawan bicaranya.
####
Aku menundukkan wajahku di atas meja, siska yang di sampingku tengah asik asik berselfiria. Adit dan Ansel di belakangku dan hanya bisa berbisik bisik gak jelas.
Uh... Kenapa aku begini?? Kenapa aku kesal sendiri.. Kenapa aku bertindak aneh sih. Aku sendiri bingung dengan diriku sendiri. Ah sudahlah mending begini saja, cukup membuatku tenang.
Tapi tentu saja ketenanganku tidak akan bertahan lama kalo A kuadrat ada di sekitarku. Yap siapa lagi kalo bukan Ansel dan Adit. Baru aja aku berusaha menenangkan diri, eh malah di gangggu kan asem.
"ngapain sih narik narik rambutku!!" teriakku pada mereka. Aku gak tau siapa yang menarik rambutku, tapi aku yakin itu adalah ulah salah satu dari A kuadrat.
"berhenti gak!! " rambutku yang sepanjang bahu masih di tarik tarik dan itu terasa sakit.
Dengan terpaksa aku bangkit dari ketenanganku, dan menatap mereka berdua dengan tatapan tajam. Alhasil mereka berdua terbelalak kaget.
Lucu sih, pengen ketawa. Tapi aku lagi marah, jadi terpaksa aku menahan tawaku.
"jujur!! Siapa yang narik narik rambut aku!" teriakku penuh amarah pada mereka berdua.
Mereka berdua hanya menatapku dengan diam, lalu memandang seseorang di arah berlawan dengan posisiku saat ini.
Wajahku memucat, dengan perlahan aku menoleh kearah belakang sambil menutup mata. Oh no!! Aku pasti bakalan di hukum ini.
Dan setelah aku menoleh ternyata....
Ternyata hanya ada Tania yang tengah membelakangi aku.
"sialan!! " umpatku, mereka berdua tertawa terbahak bahak menyaksikan aku yang hampir saja jantungnya copot.
Dengan segera aku bangkit dan meraih buku yang ada di atas mejaku, ku kejar mereka berdua sambil memukulkan buku di tanganku, dengan kuat ku pukul mereka satu persatu.
"rasakan...rasakan...rasakan!!" itulah teriakanku di sela sela amarahku yang membuncah
"ampun..ampun..." jerit mereka
"tolong woy!! Aduh.. Ratu sihir ngamuk" Ansel semakin membuatku geram
"aduh udah dong Ca, sakit nih" Adit memelas
"gak mau!! Kalian nyebelin" ucapku sambil terus memukul mereka satu persatu.
"udah deh ampun, entar Adit traktir kita di kedai eskrim mamanya tuh! " ucapan Ansel seketika membuatku berhenti. Dan dengan mata berbinar aku menatap Adit.
Mungkin saat ini Adit tengah mengumpat dalam hati atas perkataan Ansel yang semena mena, tapi akumah bodo amat!! Yang penting makan eskrim.. Ulala
"bener ni Dit?? " tanyaku berbinar
"i.. Iya bener" ucapan Adit terasa berat. Namun aku dan Ansel menerimanya dengan penuh semangat yang membara
"tanding makan eskrim terbanyak!! " teriak Ansel padaku
"weh siapa takut!! " ucap ku lantang
Sedangkan Adit hanya terduduk lesu dengan wajah yang pucat.
"mati aku!!" bisiknya dengan suara lemah yang aku dan Ansel bahkan tidak bisa dengar.
####
Adit hanya bisa menatap wadah wadah bekas eskrim yang aku dan Ansel habiskan, tenggorokkannya seakan kering. Ia meneran ludahnya berkali kali, sambil menatap aku dan Ansel bergantian dengan wajah memelasnya.
"Kenapa Dit?? " tanyaku memperhatikan dia
"e... I.. Itu udah cukup?? " tanyanya lesu
"aish perhitangan banget kau Dit, nih ya makin banyak kau bagi sama kami makin banyak kau dapat balasannya tau" Ansel berbicara sambil menikmati eskrim dan kue yang telah di sediakan oleh mamanya Adit.
"ya itu sih kalo orang lain, kalo kalian mah bangkrut nih usaha mamaku" Adit sedikit kesal, tapi aku tau dia tidak benar benar kesal.
"eh si ratu sihir udah tenang nih! " Ansel mengalihkan topik, tapi malah membahas aku, memang dasar cengunguk satu ini.
Hendak saja aku membalas kata katanya tapi rasanya aku sangat malas. Bukan malas karna aku asik makan atau semacamnya.
Tapi aku malas bergerak setelah melihat dua orang yang sedang bergandengan tangan dan memilih duduk di pojokan kedai eskrim milik tante Diana, mamanya Adit.
Bukan karna aku jomblo, jelas bukan. Aku sudah punya pacar, namanya Reno. Dan dia sekarang sedang bermesraan dengan seorang cewek di pojokan sana.
Dasar bodoh! Dia selingkuh tapi gak tau tempat, dasar kurangajar! Katanya tadi dia mau ngerjain tugas kelompok. Tapi ini apa??
BULLSHIT!..
~bersambung ~
Semoga kalian suka part ini 😊