Aku bangkit dari tempatku, menghiraukan Adit dan Ansel. Tentu saja itu membuat mereka kebingungan dan terus memperhatikan gerak gerikku.
Aku berjalan sambil terus meredam emosi yang menjalar dalam diriku. Aku menghampiri Reno dan selingkuhannya.
Aku berdiri dengan sikap tegak, emosiku berusaha aku redam sedalam dalamnya dan berusaha berpikir ini hanyalah sebuah kesalahpahaman saja.
"Reno?? Dia siapa? " tanyaku pelan, rasanya sangat sesak.
Reno sedikit terkejut dan melepaskan genggaman tangannya dari si selingkuhan. Tapi si selingkuhan itu malah memegang balik tangan Reno.
Api dalam tubuhku menyala semakin kuat. Ini cewek gak baca sikon apa? Berani banget masih pegang pegangan tangan seolah aku ini bukan apa apa.
"woi mbak!! Tangannya di kondisikan" ucapku masih menahan amarah.
Si cewek malah menatapku dengan penuh amarah.
"Dia pacar aku! Tau?? Gak masalah dong aku pegang pegang tangan dia" ucapannya sangat sinis dan menusuk.
Tapi aku masih berusaha tenang dan menunggu respon dari Reno.
"tunggu.... " baru saja Reno ingin berbicara, tapi malah di potong oleh si cewek selingkuhan yang sok itu.
"sayaang.. Jadi dia nih mantan pacar kamu yang masih ngaku ngaku jadi pacar kamu itu yaa?" ucapnya manja pada Reno.
Kata katanya benar benar menusuk, aku gak percaya dengan ucapan cewek gila ini. Aku benar benar sudah meledak.
"HEH!! KAU... TUTUP MULUT KAU ITU YA. DIAM!! GAK NGOMONG AKU SAMAMU TAU!! AKU NGOMONGNYA SAMA COWOK INI!! " ucapku penuh amarah sambil menunjuk ke dada Reno dan berharap ia mengatakan sesuatu yang ingin aku dengar.
"please Ca, kamu tenang. Aku tau ini gak baik." Reno menahan kata katanya.
Kemudian Reno menggenggam tangan selingkuhannya makin erat dan berdiri. Sepertinya mereka akan pergi.
"kita udah selesai Ca" Reno berlalu dan meninggalkan aku sambil menggandeng pacar barunya.
Dan pacar barunya itu kini menatapku dengan sinis, sangat sinis.
"daah mbak mbak yang ga bisa move on" ucaonya sambil berdecih lalu mengalungkan tangannya kelengan Reno dengan sangat manja.
Tess.... Tes... Tes....
Akhirnya arimataku mengalir juga, mengalir dengan sangat deras. Aku ingin berhenti menangis, aku pikir menangis buat cowok kayak Reno itu gak perlu secara logika. Dia udah nyakitin aku, dia udah mutusin bahkan sebelum aku tau kalo kami ternyata udah putus. Lalu apa yang aku tangisi??
Kenapa aku bodoh! Kenapa aku terus menangis?? Aku malu... Aku malu pada diriku sendiri yang malah menangis karna cowok bullshit seperti dia.
####
Adit dan Ansel segera menghampiri Caca yang tengah menangis, sedari tadi mereka juga sudah menahan emosi dengan aoa yang mereka lihat. Hanya saja mereka tidak ingin ini makin sulit untuk Caca.
"Ca, jangan nangis Ca. Cowok kayak gitu gak perlubkau tangisi" Adit terlebih dahulu berbicara.
Adit duduk di kursi sebelah Caca, saat ini Caca tengah menenggelamkan wajah di balik kedua tangannya.
"biar ku hajar cowok sialan itu!! " Ansel hendak mengejar Reno, tapi di tahan oleh Adit.
Ansel malah memberontak dan berhasil melepaskan genggaman Adit, dan kali ini dia kembali membiarkan emosinya dan berusaha mengejar Reno yang masih belum jauh dari sana.
Stop Ansel!!....
Lagi lagi langkah Ansel tertahan, kali ini karna ucapan dari Caca, sahabat yang sangat dia sayangi.
Dengan terpaksa ia membiarkan Reno pergi dengan pacar barunya, namun amarah dalam hatinya masih belum reda. Ia tak rela sahabatnya diperlakukan seburuk ini.
~bersambung ~
Semoga kalian suka part ini 😊