Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 65 - Masuk Markas Penjaga

Chapter 65 - Masuk Markas Penjaga

Mereka masuk ke dalam lubang ventilasi seperti yang biasa mereka gunakan menuju ke bagian manapun dalam bunker ini secara sembunyi-sembunyi.

Saat mereka berada di tengah-tengah lubang ventilasi gudang, langkah mengendap Dr. Ben yang ada di bagian depan terhenti.

"Tunggu!!", ucap Dr. Ben seraya menghentikan langkahnya.

"Kita harus keluar dari lubang ini di bagian depan gudang, tak ada jalan lubang ventilasi menuju markas penjaga"

Setelah memberitahu hal itu pada istri dan kedua temannya, mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka sampai di lubang ventilasi yang berada tepat di depan gudang.

Dr. Ben membuka lempeng besi berlubang yang menutupi lubang ventilasi tepat di depannya.

Krak...

Pleng...

Tak sengaja Dr. Ben menjatuhkan lempeng besi itu ke lantai di bawahnya.

Mulut Arash menganga terkejut melihat hal itu. Takutnya, makhluk yang ada di bawah sana mendengar itu dan bisa-bisa mengejar mereka.

Bukan hanya Arash yang terkejut, melainkan Dr. Ben yang menjatuhkan benda itu juga ikut terkejut. Dengan hati-hati, ia tengok ke bawah lewat lubang yang penutupnya lepas tadi.

"Aman!", ucap Dr. Ben lirih sambil menyatukan ujung jempol dengan ujung jari telunjuk kanannya ke hadapan Arash.

Lantas ia pun turun ke bagian gudang dengan bantuan tali yang dipegang Beno di atas lubang ventilasi.

Trap..

Dr. Ben berhasil turun tepat di depan pintu masuk gudang setinggi 3,5 meter.

Trap..

Arash pun berhasil turun. Dan berdiri di samping Dr. Ben. Dr. Ben selalu siap siaga dengan keadaan sekitar.

Saat giliran Leah hendak turun, tiba-tiba....

"Awas Arash!!!!", teriak Dr. Ben saat melihat secara tiba-tiba makhluk penjaga aneh itu hampir menyerang Arash dengan kapak.

Dengan sigap Arash menghindar, dan dengan sigap pula Dr. Ben menembak kepala penjaga aneh itu.

Dorrr.....

Suara tembakan tadi terdengar menggema cukup keras dalam gudang yang luas itu. Sehingga mengundang penjaga aneh lain berdatangan. Baiknya, mereka berjalan lamban, hingga Dr. Ben bisa menahannya sampai akhirnya Beno di barisan terakhir turun dengan cara melompat. Tali yang tadi mereka gunakan untuk turun. diambil dan dimasukkan kembali ke dalam ransel yang ada di punggung Beno.

Dorrrr...

Dorr,,,

Aksi kedua pria tangguh itu melawan belasan penjaga aneh yang hendak menyerbu mereka dari berbagai arah. Hingga penjaga aneh di ruangan itu habis bergelimpangan. Cukup mudah memang membuatnya tak berdaya, hanya tinggal menembak kepala yang berisi otak sebagai pengatur tindak-tanduk makhluk itu.

"Ayo cepat!!", ujar Beno dengan pistol kecil sebagai senjata perlindungan di tangannya. Mereka berjalan keluar dari gudang itu lewat pintu besar yang mengarah ke bunker.

Udara segar terasa saat mereka keluar dari tempat persembunyian mereka di pagi hari. Kini Beno ada di barisan pertama. Berjalan agak cepat namun tetap hati-hati. Sepertinya akan ada lebih banyak lagi penjaga aneh di markas yang mereka tuju.

Luasnya halaman bunker milik Max ini terbatasi oleh Benteng tinggi di sekelilingnya. Kecuali bagian yang mengarah ke sungai deras, tak ada pembatas atau pagar disana. Beno dan kawanannya disuguhkan dengan pemandangan puluhan penjaga aneh itu jauh berkeliaran mengejar seorang mangsa di halaman Bunker. Ditambah lagi mayat manusia yang merupakan korban kebrutalan penjaga gila itu bergelimpangan dimana-mana. Mayat dengan isi kepala yang berceceran di sekitarnya.

Beno dan kawanannya menghiraukan saja hal itu, mereka fokus pada tujuan mereka. Mengambil senjata di Markas para penjaga yang hanya berjarak 5 meter dari gudang tempat mereka bersembunyi.

Langkah yang cukup cepat ditambah tak ada penjaga aneh yang menghambat kaju mereka, membuat mereka sangat cepat sampai di ujung dinding luar Markas para penjaga. Mereka berhenti sejenak di celah antara gudang dan Markas itu.

Untuk masuk ke dalam Markas itu, mereka harus melalui benteng kokoh berpintu besi di bagian depan dan sampingnya.

"Pasti akan lebih banyak manusia itu disini", ucap Beno sebelum ia bersiap dengan mengisi peluru untuk pistol kecil di tangannya.

"Siapkan diri kalian!", tambah Beno sesaat sudah siap untuk masuk ke dalam benteng Markas itu.

Beno masih berada di barisan paling depan. Mereka berencana masuk dari bagian samping. Karena mungkin jaraknya dengan pintu masuk ke markas juga lebih dekat dibanding jika mereka masuk dari gerbang depan. Ia perlahan membuka pintu besi berwarna hijau tua yang hanya memiliki lebar 90 cm. Dan benar saja dugaan mereka, belum saja masuk ke dalam Markas para penjaga, mereka sudah mendapati puluhan penjaga pembunuh itu tengah mencari mangsa dan jalan keluar dari Benteng Markas itu.

" Sial!! Banyak sekali mereka!", tegas Beno yang kemudian menutup kembali pintu besi itu rapat-rapat.

"Seberapa banyak kah?", tanya Dr. Ben.

"Kira-Kira 40an, aku pikir, kita tak akan bisa atasi ini, peluru kita juga terbatas"

Arash sempat terkejut mendengar kisaran angka yang disebutkan Beno. Begitu juga dengan Dr. Ben ia cukup terkejut karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang sebelumnya telah mereka lenyapkan. Ia juga berpikir, kalau mereka tak bisa menghabisi makhluk ganas sebanyak itu dengan senjata yang mereka punya.

"Jika kita masuk, bisa mati kita!", ujar Dr. Ben.

"Apa ada jalan lain untuk masuk?"

Dr. Ben mencoba mengingat sejenak, denah site bunker yang pernah ia lihat dulu di ruangan Max. Hingga setelah berusaha mengingat apa yang pernah ia lihat, ia pun berucap, " Seingatku,, tak ada jalan lain menuju Markas ini, hanya ini satu-satunya jalan masuk".

Lantas itu membuat mereka kebingungan dan malah terdiam beberapa menit disana.

Mereka masih terdiam, bahkan terduduk menunduk disana. Hingga mereka mendengar. ..

Sreetttt.....

Srettt..

Yang membuat kepala mereka yang asalnya menunduk menjadi awas ke sekitarnya. Itu adalah suara kapak para penjaga yang diseret mereka saat berjalan. Dan...

Dorr...

Dorrr...

Dr. Ben menembaki sekumpulan manusia aneh yang hampir saja mengerumuni mereka. Beno membantu Dr. Ben yang mulai kewalahan. Ditambah lagi senjata dan peluru yang sangat terbatas membuatnya cemas.

Arash berinisiatif mengambil tali yang tadi mereka gunakan untuk turun dari lubang ventilasi, lalu ia buat sebuah simpul di salah satu ujungnya kemudian dilemparkanlah ujung bersimpul tadi ke batang penangkal petir di bagian atap.

Yapp..

Ujungnya dengan tepat mendarat di batang yang dituju. Lantas ia pun menariknya supaya simpul tadi mengikat dengan kuat pada batang tempatnya mendarat.

Lalu ia pun berpegangan pada tali itu dengan kuat. Kakinya menapaki dinding kokoh Markas para penjaga. Dan bergerak secepat mungkin ke atap. Beno dan Dr. Ben mencoba melindungi Arash dan Leah yang hendak menyelamatkan diri.

Setelah Arash berhasil mencapai atap, kini giliran Leah. Sedangkan Beno dan Dr. Ben masih mencoba menghentikan langkah para penjaga yang kian membludak jumlahnya, semakin lama semakin bertambah meski jalannya cukup lambat.

Leah telah tiba di atap dengan Arash. Dr. Ben melemparkan senjata miliknya pada Arash untuk membantu Beno menghambat pergerakan mereka saat dirinya berusaha ikut naik ke atap dengan tali yang dikaitkan Arash tadi. Dr. Ben sampai di atap dengan selamat.

"Giliranmu, Beno!!", ujar Dr. Ben

Beno melakukan hal yang sama seperti yang Dr. Ben lakukan, yaitu melemparkan senjata miliknya pada Dr. Ben untuk melindungi dirinya saat naik ke atap.

Meski Dr. Ben dan Arash terus menembaki mereka tanpa henti, tapi para penjaga aneh itu bukannya berkurang melainkan malah bertambah semakin banyak.

Beno masih berusaha menaiki dinding, Arash dan Dr. Ben terus menghabisi puluhan makhluk brutal itu, sedangkan Leah, ia memberi semangat pada Beno yang sedang berusaha menaiki dinding itu.

"Ayo!! Beno,, cepat!!", ucap Leah menyemangati Beno dengan posisi kedua lutut menumpu pada atap itu dan kedua tangannya menumpu pada ujung atap asbes, atau istilah lainnya dalam posisi merangkak namun diam di tempat.

Krakk...

Ujung Atap asbes sebagai tumpuan kedua tangannya rapuh dan patah hingga jatuh ke bawah. Untungnya, hanya tangannya saja yang terpeleset.

"Aawww"

"Hati-hati, Leah!",ucap Arash sembari terus menjaga Beno.

Leah bangkit dan berdiri, melangkah sedikit bergeser dari tempat atap itu patah.

Beno yang tinggal memanjat 2,5 meter lagi menuju atap. Tiba-tiba, seorang penjaga aneh itu berhasil lolos dari pandangan Arash dan Dr. Ben. Dia berusaha ikut memanjat lewat tali yang sama di bawah Beno. Beno yang berada di atasnya, merasa tali itu bergoncang dan merasa lebih tertarik ke bawah.

Saat ia melirik ke bawahnya,

"Dr. Ben!! Arash!! Leahh!!! Tolong aku!!", teriak Beno dibarengi dengan keadaan panik.

Leah segera menatap ke arahnya dalam keadaan masih berdiri.

Krakk....

Atap asbes itu benar-benar rapuh. Hingga membuat Leah terjatuh.

"Aaaaa!!"

Hap...

"Aku memegangimu, tenang", ucap Beno yang langsung meraih tangan Leah saat ia hendak terjatuh ke dalam kumpulan penjaga ganas. Karena satu lengan Beno memegang Leah, jadi ia hanya berpegangan pada tali satu lengan saja.

"Raih tali disampingmu, Leah!", pinta Beno karena lengannya sudah tak kuat menahan tubuh Leah.

Leah menuruti apa yang dikatakan Beno, ia meraih tali di sampingnya dan memegangnya erat. Beno segera menapaki dinding itu lagi dan akhirnya sampai ke atap bersama Dr. Ben dan Arash.

Krrtttt...(Suara tali yang jadi pegangan Leah tergores-gores pada ujung atap)

"Cepat Leah!!", seru Beno menyemangati Leah karena dibawahnya sudah ada 2 penjaga aneh ikut memanjat menggunakan tali yang sama dengan Leah.

"Ahh!! Sial! Pelurunya habis", ucap Dr. Ben saat kehabisan cadangan peluru untuk melindungi Leah.

"Peluruku juga sama", sahut Arash. Sehingga mereka tidak bisa melindungi Leah yang sedang berusaha naik ke atap untuk kedua kalinya.

Krrrtttt...

Ptttsss.. (Tali itu terputus)

"Aaaaa!!!!!"

"Leahhh!!!"

Teriak Beno saat Leah tak bisa terselamatkan lagi. Leah terjatuh ke dalam kerumunan penjaga pembunuh. Hal itu membuat Beno sangat terpukul.